Bab 5. Lupa tidak membeli pengaman.

1023 Words
Di tempat Dewangga berada. "Kakek..." sapa lelaki itu yang tampak hormat pada lelaki yang sedang menyandarkan punggungnya di atas ranjang. Tampak Dewa menunduk sedikit membungkuk sesaat. "Teman masa kecil kamu besok pagi kakek suruh datang ke sini. Kamu temui dia dan jangan buat kakek kecewa!" ucap lelaki dengan aksen kulit keriput dan mata cekung serta tubuh yang sudah tidak muda lagi di sana. Namun kewibawaannya masih terus Dewa rasakan. Dia adalah lelaki yang membesarkan Dewa seorang diri dengan pengaturan ketat dan cara didik yang minim kasih sayang. Menurut kakeknya, Dewa harus tumbuh dengan mental kuat dan tidak lembek apa lagi sampai mencari dukungan. Yang kakek Dewa inginkan lelaki itu bisa berdiri sendiri dengan kedua kakinya. Hingga masalah percintaan sampai umur lelaki itu hampir kepala tiga pun belum pernah Dewa alami. Karena tertanam dalam diri Dewa jika ia tidak harus memiliki tambatan hati yang akan melemahkannya, tapi ia hanya butuh partner saja untuk memperkuat posisinya. "Sepertinya Dewa tidak bisa memenuhi apa yang kakek inginkan," ucap Dewangga dengan jawabannya. "Apa maksud kamu bicara begitu Dewa?" tanya kakek kemudian. "Karena besok saya akan membawa calon istri saya untuk menjenguk kakek," ucap lelaki itu dengan jawabannya. Setelah waktu berjalan cepat, usai menunggui Ibunya selama operasi berlangsung sampai sang Ibu di pindah ke ruangan ICU, Kayla tertidur dengan kepala yang menyandar pada tepian ranjang yang Ibunya tempati. Kayla terbangun ketika ia mendengar dering ponselnya yang saat itu membuatnya langsung melonjak dari tempatnya ketika ia tahu siapa orang yang tengah menghubunginya di sana. "Astaga!" ucap Kayla saat itu yang langsung membuat gadis itu menatap pada jam dinding yang ada di dalam ruangan tersebut. "Mati aku! gawat! astaga!" teriak dalam hati Kayla seakan suaranya menggema memenuhi seluruh tubuhnya hingga ia merasakan jika saat itu tubuhnya bergetar di sana. "Iya halo tuan... akh maksud aku bos... eh bukan-bukan!" ucap gadis itu yang terbata-bata di sana. "Kamu di mana sekarang? hampir satu jam lebih aku menunggumu di kamar ini, kamu mengundurkan diri?" ucap lelaki itu yang langsung membuat Kayla keluar dari dalam ruang ICU itu. Di mana ia tidak bisa membuat gaduh di dalam ruangan itu. "Halo... maaf... aku ketiduran tadi, kamu tidak marah kan? aku akan segera kesana, aku mandi sekalian ya, jadi tunggu!" ucap gadis itu kemudian pada Dewa. Namun suara datar lelaki itu langsung membuat Kayla terdiam dan patuh. "Tidak perlu, kamu tidak perlu mandi sekarang cepat ke sini karena aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi," ucap lelaki itu kemudian pada Kayla yang membuat gadis itu langsung meneguk ludahnya sendiri sekali teguk ketika ia mendengar ucapan dari lelaki di seberang panggilan teleponnya saat itu. "Apakah sudah sebegitu inginnya dia merasakan tubuhku sampai-sampai dia tidak bisa menunggu lebih lama lagi padahal aku hanya ingin mandi saja, Apakah tidak apa-apa kalau aku tidak mandi terlebih dahulu? nanti bukan dia malah ilfil ya kalau mencium bau keringatku, tapi ya sudahlah itu juga kemauan dia aku tidak harus ambil pusing bukan? kalaupun dia tidak menyukaiku bukankah itu jauh lebih baik di mana dia pasti akan jarang-jarang untuk datang ke kamarku nantinya. Bukankah itu malah luar biasa kenapa aku sampai tidak berpikir sejauh itu, ya baiklah kalau begitu aku tidak akan mandi seperti apa yang ia inginkan!" ucap Kayla dalam hatinya. "Hei kenapa kamu malah diam saja, Jawab! Apakah kamu mau mundur dari kesepakatan kita, kalau iya kamu harus mengembalikan dana yang sudah aku berikan padamu lima kali lipat!" ucap Dewa dengan nada datar namun sudah bagaikan petir yang menggelegar bagi Kayla. Gadis itu pun langsung menjawabnya segera. "Iya tuan ini saya datang!" ucap Kayla kemudian dengan nada suara yang lumayan lantang dan segera bergegas menuju ke arah lelaki itu berada. Dewa yang mendengar panggilan terputus pun hanya bisa menunggu sampai gadis itu datang. Setelah beberapa saat lamanya. "Tit, brak!" suara pintu kamar hotel yang terbanting keras membentur tembok yang ada di belakang pintu. Kayla melangkah masuk ke dalam kamar kemudian menutup kembali pintu kamar itu rapat-rapat. "Minum... aku harus minum dulu..." ucap Kayla sembari berjalan cepat seakan sedikit berlari menuju ke arah lemari pendingin yang ada di dalam kamar itu. Ia melewati Dewa begitu saja untuk bisa mencapainya. Ia mengambil air mineral dalam kemasan botol kaca lalu meneguknya beberapa kali tegukan. Terlihat gadis itu begitu ngos-ngosan dan tidak ada anggun-anggunnya sama sekali. Dan ketika Kayla menyadari jika Dewa sedang menatapnya, gadis itu pun kembali berubah menjadi anggun sebisanya. "Oh, maaf tuan... saya sedikit terlambat," ucap gadis itu kemudian yang lalu segera berjalan mendekat menuju ke arah lelaki itu berada. "Mana?" tanya Dewa. "Apanya?" tanya balik Kayla sembari duduk di sofa yang ada di seberang meja yang ada di depan Dewa. "Berkasnya!" sahut Dewa datar. "Oh," balas Kayla sembari kedua tangannya sibuk mengambil berkas yang sudah ia siapkan dan ia bawa di dalam tasnya. Kemudian Gadis itu menyodorkan berkas tersebut ke arah lelaki yang ada di hadapannya. "Kalau begitu saya mau mandi dulu," ucap Kayla di mana ia sudah tidak tahan dengan lengket keringatnya sendiri apalagi bau keringat di tubuhnya. "Ya..." balas Dewa. Dan disaat yang bersamaan Dewa juga beranjak dari tempatnya, Kayla berpikir jika lelaki itu akan ikut bersama dengannya masuk ke dalam kamar mandi akhirnya Kayla pun langsung berbalik begitu saja dan mencoba untuk menghadang lelaki itu dengan kedua tangannya di sana. "Tunggu dulu tuan, sepertinya saya harus mandi sendiri saja," ucap gadis itu kemudian. "Silahkan..." ucap Dewa lagi. "Kamu tidak berpikir akan ikut mandi aku sekalian bukan?" ucap tanya gadis itu lagi. "Tentu saja tidak!" balas Dewa. "Cepatlah mandi sana! nanti ada sesuatu yang penting yang ingin aku sampaikan padamu," ucap lelaki itu lagi yang lalu membuat Kayla berbalik memunggungi lelaki itu kembali dan perlahan Kayla berjalan menuju ke arah kamar mandi. Sedangkan Dewa berjalan kembali untuk menyimpan berkas-berkas yang baru saja ia terima saat itu. "Syukurlah aku pikir dia mau ikut aku mandi sekalian, kenapa aku juga sampai ceroboh sekali kenapa aku lupa tidak membeli pengaman tadi ketika lewat di apotek, akh sial karena aku terlalu tergesa-gesa aku jadi lupa untuk membeli pengalaman, Apakah dia tipe lelaki yang menyiapkan hal-hal seperti itu? aku rasa tidak mungkin dia tidak peduli dengan hal-hal kecil seperti itu terlihat dari wajahnya dia adalah lelaki yang egois," ucap gerutu Kayla saat itu dalam hatinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD