Rentetan pesan yang Kirana berikan, mulai dari jadwal kegiatan hingga anjuran makan malam bertiga dengan putrinya, cukup untuk menepis segala pikiran negatif yang sempat singgah. Apalagi jika menilik kembali proses kedekatannya dengan Selva dan Belva. Semua berkat campur tangan wanita yang baru saja dijelek-jelekan oleh sepupunya sendiri. Daripada menanggapi ocehan Melisa, Satya lebih memilih kembali ke kamar. Dia tidak ingin membebani pikirannya dengan masalah sepele ini. Cukup pekerjaan yang membuat kepalanya terasa mau pecah. Sedangkan, Melisa semakin melebarkan senyumnya, memandangi punggung Satya yang perlahan menjauh. Diraihnya cangkir yang masih menyisakan cairan hitam pekat, lalu menyesapnya tepat di jejak bibir Satya yang tertinggal. "Wow! Ternyata bibir Mas Satya bisa menetr