Lo emang nyebelin, tapi buat gue Lo cowok yang gak pernah buat gue kecewa.
Sharena Mikaila Anindiatama
Rere menuruni tangga dengan tergesa-gesa, lantaran sekarang sudah pukul 06.15 dan artinya tiga puluh menit lagi, bel SMA Cempaka akan berbunyi.
"Sarapan dulu re," tawar Ando saat melihat anaknya itu tergesa-gesa.
"Gak usah. Rere berangkat dulu, keburu ANGKOT nya lewat." Rere sengaja menekankan kata 'Angkot' untuk menyindir papanya.
"Kalau gitu, Alice berangkat juga deh pah, mah. Takutnya ntar Rere gak ke sekolah malah kelayapan lagi." ujar Alice sambil mencium tangan kedua orang tuanya.
Mendengar kalimat yang diucapkan Alice spontan Rere menghentikan langkahnya dan berucap "Gue gak pernah ngejelekin orang, buat dapet apa yang gue inginkan,"
Sudah lima belas menit Rere berdiri didepan halte, dan hasilnya nihil, tak ada satu angkot pun yang lewat disana.
Rere terus memperhatikan jam tangannya, tanpa sadar dibelakangnya ada sebuah motor sport yang berhenti.
Seseorang yang mengendarai motor sport itupun menepuk sebelah pundak Rere.
Rere langsung menoleh untuk melihat siapa orang itu.
"Astaga Benua, Lo penyelamat gue hari ini. Gue gak tau lagi kalau gak ada Lo mungkin gue bakal bolos hari ini," cerocos Rere panjang lebar.
"Iya." jawabannya dengan menyerahkan helm kepada Rere.
"Lo ganteng hari ini, gue suka."
Deg! Meskipun Benua tau bahwa ucapan Rere hanyalah sebuah candaan, tapi tetap saja mampu membuat jantung Benua berdetak lebih cepat.
Hanya menempuh perjalanan beberapa menit, mereka berdua memasuki sebuah parkiran. Dan itu sontak saja menyita perhatian banyak orang.
Setelah turun dari motor Benua, mereka berjalan beriringan selama menuju kelas Rere. Semua orang berpikir bahwa mereka berdua sedang menjalin hubungan satu sama lain, tapi nyatanya mereka hanya sebatas berangkat ke sekolah bareng saja.
Layaknya couple goals yang lagi trending topik disekolah, mereka langsung mendapat tatapan iri dari semua siswa SMA Cempaka. Bayangkan saja jika dua orang most wanted Sekolah yang dipersatukan.
"Makasih pahlawan gue hari ini." Rere mengeluarkan senjata andalannya, yaitu memamerkan senyuman manisnya yang dapat membuat siapa saja terpesona saat melihatnya.
"Iya,"
Benua pun meninggalkan kelas Rere untuk segera menuju kelasnya.
Brukk!
Benua yang menyadari bahwa ia menabrak seorang, ia langsung berbalik untuk menolong orang yang ditrabaknya.
"Lo gak papa?" Tanya Benua.
Bukannya menjawab, perempuan itu malah melongo saat melihat wajah orang yang ditabraknya.
Ganteng banget, gimana pun caranya gue harus dapetin dia.
"Gak papa kok,"
Setelah mendengar ucapan wanita tersebut, Benua lantas pergi meninggalkannya.
"Eh, tunggu!" Cegah perempuan itu.
Benua hanya menautkan kedua alisnya, seolah bertanya kenapa?
"Gue murid baru disini, ruang TU dimana ya?" Tanya perempuan itu.
"Sana." ucapnya seraya menunjuk ruangan yang berada dibelakang laboratorium.
"Makasih ya," balasnya dengan mengeluarkan senyum paling manis yang dimilikinya.
Sayangnya Benua tidak tertarik sama sekali dengan perempuan itu. Mungkin jika cowok lain akan langsung tertarik dengannya.
Benua sudah sampai dikelasnya, dan dapat dilihat ketiga sahabatnya itu nampak sedang menunggunya.
Dan benar saja Alvaro langsung menghampiri Benua.
"Ben, sumpah Lo hari ini ganteng banget," puji Alvaro.
"Mau apa?" Benua sudah tau jika diantara ketiga sahabatnya ada yang Memuji nya, berati ada maksud lain dari pujian itu.
"Babang Benua peka banget sih! Tau aja kalo dedek Alvaro lagi butuh sesuatu."
"Jadi gak?"
"Eh- iya iya, pinjem buku fisika Lo dong? Gue kagak bisa," ucap Alvaro sambil menunjukkan deretan giginya.
Benua yang mengerti pun langsung menyerahkan tasnya "Nih, cari sendiri."
Disaat semua temannya sedang menyalin semua jawabannya, Benua hanya mengotak-atik ponselnya tidak jelas, lantaran ia ingin menghubungi Rere, tapi ia juga tidak mempunyai nomernya.
"Woy! Masukin buku Lo pada! Ada Bu Shinta," teriak Brian tergopoh-gopoh saat melihat Bu Shinta sedang menuju kelas XI-3.
"Selamat pagi anak-anak." sapa Bu Shinta kepada seluruh siswa XI-3.
"Pagi buuuu," jawab mereka kompak.
"Hari ini kita kedatangan murid baru dari Bandung, ayo Alice silahkan masuk." pintah Bu Shinta.
Dengan sedikit malu-malu orang yang dipanggil namanya itu pun berjalan menuju depan papan tulis.
"Perkenalkan diri kamu Alice,"
"Hai guys, kenalin nama gue Alice Shaninvya Gilbert. Kalian bisa panggil gue Alice." jelas murid baru tersebut.
"Ada yang kalian tanyakan pada Alice?" Tanya Bu Shinta.
Semua siswa XI-3 nampak diam pertanda tidak ada yang ingin mereka tanyakan.
"Alice kamu bisa duduk disampingnya Benua," ucap Bu Shinta seraya menunjuk ke arah Benua.
"Lho Bu? Benua kan duduk sama saya? Ibu gak bisa gitu dong, terus saya duduk sama siapa?" Alvaro tidak terima dengan keputusan Bu Shinta, karena ia duduk sebangku dengan Benua.
"Kamu bisa duduk dengan Teguh dibelakang."
"Kasian Benua Bu nantinya," elak Alvaro.
"Justru saya memisah kamu dengan Benua, karena kamu membawa pengaruh buruk bagi Benua," ucapan Bu Shinta langsung membuat gaduh ruangan XI-3 karena dipenuhi oleh suara gelak tawa muridnya.
"Ibu kok jahat si sama saya," balas Alvaro sok memelas.
"Sudah, kamu pindah ke meja Teguh sekarang!"
Dengan berat hati akhirnya Alvaro pun duduk disebelah Teguh.
"Kamu boleh duduk sekarang Alice."
Alice pun kini sudah berada di meja yang sama dengan Benua, yakni bangku bekas Alvaro tadi.
Alice yang nampak menyadari bahwa Benua adalah orang yang menabraknya tadi lantas berteriak kegirangan dalam hati.
"Gue Alice, Lo yang nabrak gue tadi kan?" Ucap Alice sambil mengulurkan tangannya kepada Benua.
Benua hanya melirik Alice sebentar tanpa berniat untuk menyambut uluran tangan Alice.
"Hm,"
Karena uluran tangannya tidak dibalas oleh Benua, ia pun menarik tangannya kembali.
"Gue minta nomer telpon Lo dong, siapa tau gue ada perlu apa gitu sama Lo,"
"Ga,"
"Kenapa?"
"Gapapa."
"Kalau gapapa, kenapa gak dikasih?" Desak Alice terus menerus.
"Gak tau,"
"Ngomong gak pakek kuota kali, gausah singkat singkat napa?"
"Iya."
Dan Benua tidak menanggapi lagi ocehan ocehan yang dilontarkan oleh Alice.
=Sharena=
Kini diwarjok sudah ditempati oleh Rere, Manda, Karin, Alvaro, Mario, dan Andrian.
Benua kemana?
"Lo pada tau Benua dimana kagak?" Tanya Rere kepada ketiga teman Benua.
"Tadhi Ben hua lagi sama mur id ba u." balas Alvaro dengan mulut yang dipenuhi makanan.
"Telen dulu b**o," tutur Mario.
Setelah menelan makanannya Alvaro memperbaiki ucapannya.
"Tadi Benua mau kekantin, tapi dicegah dulu sama murid baru yang ngerebut tempat duduk gue." jelasnya.
"Murid baru?" Tanya Manda dan Karin bersamaan.
"Iye, tuh si Alice,"
Rere, Manda, dan Karin langsung kaget saat tau bahwa Benua sedang bersama Alice sekarang.
"Gue kekamar mandi dulu," alibi Rere, padahal tujuan utamanya adalah mencari Benua dan Alice.
Rere langsung berjalan keluar dari kantin.
Benar saya ia melihat Benua dan Alice yang sedang berjalan bersamaan disekitar koridor. Tidak lupa tangan Alice yang bergelayut manja di lengan Benua.
Benua tampak risih dan berusaha melepaskan tangan Alice darinya, tapi itu juga tidak berhasil. Ia tidak mungkin melepaskan tangan Alice secara kasar, mengingat Alice adalah seorang cewek.
Melihat hal itu, tanpa sadar tangan Rere terkepal kuat-kuat sambil meremas roknya sendiri.
"Al, lepasin! Ini disekolah." Benua semakin risih dengan Alice sekarang.
"Tapi aku takut hilang Ben," ucapannya yang masih dengan keadaan memeluk lengan Benua.
"Jangan lebay, ini cuma sekolahan." Benua sudah terlihat kesal.
Tak tahan akan hal itu, Rere langsung menghampiri keduanya dan melepaskan tangan Alice dari lengan Benua.
"Apa-apaan sih lo?!" Alice tak terima dengan perilaku Rere itu.
"Gatel banget sih Lo cabe! Belum puas Lo dapetin semua yang gue milikin?" Teriak Rere.
"Emang Lo siapanya Benua? Sampe Lo larang larang gue?" Tantang Alice.
"Benua milik gue!" Ucapnya dengan penuh penekanan disetiap katanya.
Deg! Jangan panggil Alice jika ia tidak bisa mendapatkan apa yang ia inginkan.
Alice tersenyum sinis dan berjalan menuju Rere.
"Gue gak akan biarin Lo sama Benua, tunggu aja tanggal mainnya sayang," ucap Alice tepat di telinga Rere, dan pergi meninggalkan keduanya.
Entah kenapa saat Alice mengatakan jika akan merebut Benua darinya, terdapat perasaan tidak rela pada Rere.
"b*****t!" spontan saja Rere mengucapkan kalimat itu.
Benua mendengar kalimat yang diucapkan olehnya langsung menyentil pelan bibir Rere.
"Kamu cewek, saya gak suka calon pacar saya berbicara seperti itu,"
"Yaudah kalau gak suka, Sono Lo jauh jauh dari gue." usir Rere.
"Tadi maksudnya apa?" Benua tersenyum penuh arti pada Rere.
"Ya anu itu--"
"Apa?"
"Ya biar Lo gak kena perangkap nya tuh anjing satu, harusnya Lo berterima kasih dong sama gue," bela Rere pada dirinya sendiri, padahal maksud Rere bukan itu yang sebenarnya.
"Kamu cemburu?" Putus Benua.
"Hah?! Eng-enggak ngapain gue cemburu sama Lo?"
"Hmm?" Benua masih menatap Rere secara intens.
"Enggak!"
"Kalau cemburu bilang aja sayang," godanya dengan tangan kanan yang beralih mencolek dagu Rere.
"Lo ngomong gitu lagi sama gue, gue tinggalin Lo!" Rere menghentak hentakkan kakinya dan segera meninggalkan Benua, tapi berhasil ditahan di Benua.
"Eh? Jangan dong, ngambekan banget sih kamu," balas Benua yang kemudian menggandeng tangan Rere, dan Rere pun mulai terbiasa akan hal itu.
Mereka terus bergandengan saat menuju kantin.
Sekarang Rere sudah mulai yakin jika perasaannya bukanlah hanya perasaan sementara saja, dan Benua berhasil membuka hati Rere untuk menerima laki-laki lain dalam hidupnya.