Rumah

853 Words
Harapanku cuma satu, punya keluarga harmonis tanpa pertengkaran yang selalu menemaniku setiap saat. Sharena Mikaila Anindiatama Perlahan namun pasti, Baca lagi kaki menuju pelataran Rumah. Terlihat jelas ada dua mobil terparkir rapi di garasi Rumah. Hal itu menandakan kedua orang tuanya sedang dirumahnya. Dengan menghela nafas berat, Baca kembali sebuah pintu kayu kokoh bertuliskan keluarga Aditama. Didalam rumah sudah terdengar jelas suara kegaduhan yang dihasilkan oleh kedua orangtuanya. Ini Selamat datang di rumah? Oke, gue juga udah terbiasa di pakai kek gini. " Mau kamu itu apa sih mas?" "Mau gue tuh Lo ikutin apa kata gue barusan!" "Tapi aku gak bisa mas," "Ya itu urusan lo, bukan urusan gue," Sekuat Tenaga Berhasil untuk menghiraukan pertengkaran yang ada, tetapi sama saja Tetap saja selama ini ia rasakan, yaitu kerapuhan yang lebih baik saat melihat orang tuanya seperti itu. Ditengah Tengah Berjalan menuju tangga untuk membantunya, tiba-tiba ucapan Ando mampu melepaskan langkahnya. "Apakah darimana kamu? Semalam tidak pulang, mau jadi apa kamu?" ucap Ando dengan nada tidak sukanya saat melihat Baca kembali. "Papa nanya ke Rere?" Tantang Rere untuk sang papa. "Kamu semakin hari semakin ngelunjak aja ke orang tua! Kalau kamu masih kayak gitu terus semua fasilitas kamu papa sita," Emosinya seketika tersulut saat mendengarkan ucapan Rere. Celine hanya ingin melihat yang penting, karena jika ia ikut campur maka akan semakin rumit, jadi ia memilih untuk diam saja. "Rere gak butuh itu pa! Rere gak butuh, kalau emang papa mau nyita semua fasilitas Rere, tolong, Rere gak diminta," Wajah Ando semakin memerah saat mendengar teriakan Rere "kamu itu harusnya bersyukur! Diluar sana banyak orang yang mau diposisi kamu!" "Diposisi Rere? Rere malah kepingin jadi anak selain sana yang masih bisa ngerasain punya keluarga harmonis dan terima kasih dari orang tua mereka. Contoh hal kecil aja, yang suka, apa papa tau makanan kesukaan Rere? Enggak kan? papa sama mama gak pernah memperhatikan sama Rere. " Baca lebih banyak tentang apa yang harus Ando terima. Celine juga Ando sama sama diam, berusaha menjawab apa yang barusan disetujui oleh Rere. "Kenapa kamu diem? Bingung mau jawab apa? Selama ini tau apa kesukaan Rere dan selalu ngerti posisi Mere bebas mbok Iyem, Rere jadi ragu yang cuma jadi ibu Rere itu mbok Iyem atau mama?" Giliran Rere menyindir sang mama yang dari tadi masih setia dengan diamnya. "Rere!" Celine tak terima dengan apa yang disetujui. Akhirnya diangkat mengangkat suara. Setelah menunggu beberapa saat ternyata tidak ada tanggapan dari kedua orangtuanya, Baca kembali untuk pergi menuju kamarnya. "Kalau gak ada yang dibicarain lagi Rere keatas," Apakah memang sengaja menghentak karena melibatkan mereka, agar mereka mengerti. Dari Arah dapur terlihat mbok Iyem yang memperhatikan drama yang dibuat oleh ketiganya. Jauh di lubuk hati mbok Iyem, ia sangat penting bagi Rere, lantaran remaja diusia Rere harus menerima terima kasih dari kedua orang tuanya bukan malah terbebani dengan yang dibuat oleh orang lain. Dilain sisi nampak sebuah keluarga yang beranggotakan lima orang asyik menikmati makan malamnya disebuah meja makan. Sesekali keluarga itu tertawa lepas dari yang dilontarkan oleh salah satu dari mereka. Keluarga mereka sangat hangat dan harmonis berbeda dengan keluarga. Reere yang kacau, dengan alasan mereka bersatu karena dijodohkan. Ditengah tengah makannya Satria bertanya tentang sekolah di barunya "Benua bagaimana dengan sekolah baru kamu nak?" "Baik yah," "Abang kalau ada jangan banyak ulah ya?" Tutur Riska pada Benua. "Iya bunda." jawab Benua seadanya. Benua pun segera menyelesaikan makannya untuk segera menyelesaikan menuju kamarnya. "Benua keatas dulu mau belajar," kata Benua kepada orang tuanya dan diangguki oleh mereka. Benua menghampiri meja Rista dan mencium keningnya, Rista merupakan adik Benua yang baru mengerti empat tahun, tetapi sudah sangat pintar seperti diundang. "Abang keatas dulu." Perlahan lahan Benua menaiki tangga untuk menuju kamarnya. Setelah sampai di kamarnya, Benua duduk di atas ranjang dan melihat hpnya yang berubah beberapa kali menunjukkan banyak notifikasi yang masuk di sana. Cogan dari segala cogan (4) Alvaromendes : assalamualaikum para ukthi :) Zeusandrian : Ukthi pala lu! Itu semua pakek Alvaro Mendes, kek ABG alay baru pubertas Lo. Marionichol : Besok kimia ada ulangan, kagak belajar Lo pada? Alvaromendes : Belajar? Makanan baru tuh? Kok gue kagak tau? Benuaraga : (2) Zeusandrian : (3) Alvaromendes : Bew cewek yang marah pas dikantin tadi cantik ye, bar bar gitu tapi gapapa deh. Oteb gebet guee. Marionichol : Emang dia mau sama model p****t panci kek Lo? Zeusandrian: (2) Benuaraga : (3) Alvaromendes: lo mah jahat semua sama gue: (( Benua terkikik geli saat membaca pesan terakhir yang dikirimkan oleh Alvaro. Alvaro memang paling aktif soal meramaikan grup dengan ocehan ocehan tak jelasnya, tapi mampu membuatnya tertawa. Mendengar kata cewek yang marah waktu dikantin, seketika Benua menjadi ingat untuk Rere, apakah Rere sudah ingat? Benua berjalan menuju balkon Rumah untuk bersantai dan menikmati dinginnya angin malam yang menerpanya. Seketika pikirannya terfokus pada sosok Reere yang berhasil tidak akan bisa tidur malam ini. Benua terus berusaha cara untuk memulihkan Rere dan bagaimana mengaktifkan untuk mengingatkan Rere kembali. Sebenernya Benua masih kurang yakin karena orang yang dicarinya selama ini atau bukan, tapi setelah mempertimbang timbangkan akhirnya Benua yakin bahwa orang itu adalah Rere. Bagaimana pun menggunakan gue akan berhasil untuk dapetin Lo re! Terdengar egois memang, tapi sepertinya yang harus dipahami Benua saat ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD