“A-ada apa dengan Cyra?” Arlo berusaha menyembunyikan rasa gugupnya. Jakunnya bergerak naik turun tidak bisa disembunyikan. Pandangan Ema yang selalu menatap ke arah bawah dan menghindari kontak mata dengan Arlo, bibirnya yang digigit kecil serta jari-jari yang saling meremas, cukup untuk membuat Arlo tahu bahwa wanita di depannya itu sedang meragu dalam hatinya. “Ah, itu,” Ema menggantung kata-katanya tanpa tahu kalau Arlo sudah hampir mati dibunuh rasa penasaran dan juga gugup. “Ada apa?” Kini Arlo sedikit mendesak, dia tidak mau merasa tersiksa terlalu lama. Ema tampak terkejut tapi sebentar kemudian dia sudah kembali menguasai dirinya. “Aku mau minta tolong, bisakah kamu menjaga Cyra sebentar? Aku harus pergi ke kantor desa sekarang,” ujar Ema. Arlo menatapnya dengan tatapan tida