When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
*** Di dalam kamar mandi yang luas dan dingin, Catherine duduk di lantai berubin marmer. Punggung sempitnya bersandar lemah pada daun pintu, sementara kedua lututnya ditarik hingga menyentuh d**a. Wajahnya tenggelam di antara lengan dan lutut yang saling berpelukan, menyembunyikan air mata yang sejak tadi tak kunjung berhenti. Isak tangisnya menggema pelan di ruang tertutup itu, membalut udara dengan rasa sesak dan getir. Sejak masuk tadi, dia tak berhenti menangis. Hatinya benar-benar kacau. Nicolas… pria itu terus mendesaknya untuk bercinta, dan itu membuat Catherine semakin takut. Bukan hanya karena ketidaksiapan, tapi juga karena ada sesuatu yang selama ini dia sembunyikan—rahasia yang bisa menghancurkan semuanya jika sampai terbongkar. ‘Kalau kami benar-benar melakukannya… dia pa