Awal Baru!

619 Words
Azzam dan Khumaira sekarang ada di kamar pribadi mempelai wanita. Keluarga besar Azzam menginap di rumah Aisyah dan Sulaiman. Mereka tampak canggung akan situasi ini. Khumaira meremet jari karena gugup setengah mati. Begitu pun dengan Azzam. "Dek," panggil Azzam bernada gugup. "I-iya, Mas," sahut Khumaira gugup. "Ayo Shalat dua rakaat," ajak Azzam. "Ayo." Khumaira meminta Azzam duluan yang masuk kamar mandi lalu dia menyusul. Azzam wudhu dengan khusyuk setelah itu kembali ke kamar Khumaira. Tentu Istrinya langsung mengacir ke kamar mandi. Melihat sikap malu-malu kucing Khumaira membuat Azzam gemas. Khumaira mengusap mukanya yang terpoles make up sederhana. Usai wudhu ia kembali ke kamar. Dia sudah melihat Azzam memakai sarung biru dengan atasan kemeja putih panjang yang menjadi lapisan tuxedo. Khumaira mengambil mukena di lemari dan mereka Shalat berjamaah untuk yang pertama kali. Shalat 2 rakaat malam pengantin telah usai dan Azzam berbalik mengulurkan tangan tentu Khumaira menerimanya dan mengecup punggung tangan sang Suami. Khumaira hendak melepas tangannya namun di genggam Azzam lumayan erat. Ia jadi malu dan deg-deg kan akan situasi ini. Mereka saling diam dengan tangan bertautan. Azzam mundur guna duduk di samping Khumaira. Khumaira menahan napas mencium bau maskulin Azzam. Dia semakin gugup dibuatnya. "Dik," panggil Azzam lagi. "Iya, Mas," cicit Khumaira. "Boleh Mas mengecup kening, Adek?" tanya Azzam terdengar gugup. Khumaira tanpa sadar meremas tangan Azzam. Dia gugup sekali sekarang. Perlahan mata besar bermanik coklat karamel menatap mata Hazel Azzam. Dia mengukir senyum manis. "Saya Istri, Mas. Tentu saja boleh karena kita sudah muhrim. Mas bisa melakukan apa saja yang ingin dilakukan terhadap saya!" tutur Khumaira lembut. Azzam tersenyum mendengar perkataan Khumaira. Perlahan dia melepas tautan tangan mereka. Tangan kekarnya menangkup pipi Khumaira penuh perasaan. Perlahan tapi pasti bibir tipis Azzam mendarat sempurna di kening Khumaira. Khumaira menggenggam lengan kekar Azzam lembut. Dia memejamkan mata tatkala sang Suami mengecup keningnya lama. Azzam menyatukan kening mereka dan tangan tetap bertengger manis di pipi sang Istri. "Dik," panggil Azzam dengan suara berat. "Iya, Mas," sahut Khumaira gugup. Mereka merasakan embusan napas menggelitik pipi. Rasanya begitu mendebarkan. "Apa Mas boleh tanya?" "Silakan." "Kenapa Adek setuju menikah dengan, Mas?" Khumaira membuka mata lalu sedikit mengangkat wajah. Nyaris bibir mereka bersentuhan akan situasi ini. "Adek yakin Mas jodoh yang dikirim Allah untuk, Khumaira. Karena ... Saya mencintai Mas dan menerima pernikahan ini dengan kuasa-Nya." Khumaira berkata dengan nada lembut. Mata Hazel Azzam membulat sempurna mendengar perkataan Khumaira. Istrinya mencintainya. Ya Alllah, rasanya begitu mengharukan. "Mas senang mendengar jawabanmu, Dek. Mas juga mencintaimu karena Allah," aku Azzam sukses membuat Khumaira terbelalak tidak percaya. "Mas," cicit Khumaira. Azzam merengkuh Khumaira penuh kehangatan. Mereka sudah sah sekarang jadi halal melakukan apa saja. Khumaira merona parah merasakan tubuhnya di rengkuh Azzam erat. Bau maskulin semakin tercium sempurna. "Mas," panggil Khumaira. "Iya, Dek." "Assalamu'alaikum, imanku!" salam Khumaira sembari mendongak menatap Azzam. Azzam tersenyum tulus mendengar salam Khumaira, "Wa'alaikumssalam, makmumku." Khumaira malu sekarang. Tangannya merengkuh Azzam dan menyembunyikan wajahnya di d**a bidang Azzam. "Dek," panggil Azzam lembut. "Iya, Mas," sahut Khumaira. "Boleh Mas mengambil hak? Mas tahu ini bulan puasa namun izinkan Mas memiliki Adek seutuhnya," bisik Azzam. Khumaira tambah berdebar kencang mendengar permintaan Suaminya. Dia memberanikan diri untuk menatap Azzam dengan wajah merona. "Mas, ambil hakmu yang kujaga selama ini. Miliki aku dengan izin Allah dan sentuh aku sampai Mas merasa puas. Aku Istrimu, tubuhku, cintaku dan segalanya untukmu!" tegas Khumaira penuh ketulusan. Azzam mengukir senyum tulus mendengar perkataan Khumaira. Sungguh dia sangat beruntung mendapatkan bidadari surga. "Dek, terima kasih, sungguh aku sangat menyayangimu. Aku mencintaimu karena Allah dan izinkan Mas membawamu ke surga." Khumaira menangis haru mendengar perkataan Azzam, "Adek juga mencintai, Mas karena Allah. Izinkan Adek menjadikan Mas sebagai ladang amal menuju surga." Mereka melempar senyum tulus satu sama lain. Lalu kembali berpelukan mesra.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD