1. Pernikahan Reno

1276 Words
“Anita….” Gumam Zahira, tangannya gemetar memegang undangan pernikahan Reno dan Anita, mati matian ia tahan air matanya yang akan jatuh. Ia menunduk dan berjalan cepat menuju kamar mandi, setelah masuk kamar mandi office adiminstration ia segera mengunci pintu dan membuka kran air yang memang sangat keras. Ia menangis sembari menggigit bibirnya menahan tangisnya yang akan pecah, dadanya sakit menahan tangis juga menahan perasaan sakit karena dihianati oleh kekasihnya. Reno tega melangsungkan pernikahan padahal status dirinya dan Reno masih sepsang kekasih, semalam bahkan Zahira dan Reno masih berkirim chat walau memang Reno seperti ogah ogahan membalasa chat Zahira tapi Zahira menganggap karena Reno lelah dengan pekerjaannya, tapi ternyata dirinya sudah dihianati oleh Reno. Zahira memang terlalu polos, saat Reno terlihat menghindarinya, Zahira tidak menyelidiki kenapa sikap Reno berubah, ia memaklumi itu karena kesibukan Reno sebagai manager hotel tapi ternyata Reno sudah menjalin hubungan dengan wanita lain dan akan menikah sore ini. Anita, nama itu kembali terlintas di pikiran Zahira, padahal Anita adalah teman dekatnya yang memang bekerja sebagai asisten Reno, mungkin setiap saat bersama membuat keduanya memiliki kedekatan dan mulai tumbuh perasaan cinta. Tapi semuanya sudah terjadi, Zahira hanya bisa meratapi nasibnya yang sangat tidak beruntung. Zahira berpikir seharusnya jika memang Reno sudah tidak mencintainya, sebaiknya Reno memutuskan hubungan dulu dengan Zahira dan baru menjalin hubungan baru, jika seperti ini, Zahira merasa menjadi orang terbodoh sedunia. “Ra… kamu masih lama?” tanya seseorang dari luar. Zahira tersadar dari lamunannya dan menutup kran air, ia kemudian mencuci mukanya agar tak terlihat sembab karena menangis. Zahira kemudian keluar dari kamar mandi, di depannya ada Sasa membawa paperbag karena akan mandi dan berganti pakaian. “Sorry, lama ya?” tanya Zahira basa basi. “Enggak kok, acara juga masih jam 7 nanti.” Zahira kemudian kembali ke meja kerjanya, teman temannya menunggu giliran ke kamar mandi untuk mandi dan berganti pakaian. “Lalu kamu gimana Ra? Kamu pulang ambil baju? Nggak keburu kayaknya,” ucap Bela. Zahira berpikir, apakah ia harus pergi ke pernikahan Reno atau tidak. Jika pergi ia takut tidak kuat melihat Reno berdiri di pelaminan dengan Anita, tapi jika tidak pergi apa kata teman temannya, mereka akan banyak pertanyaan dan bisa saja Zahira keceplosan jika dirinya dan Reno pacaran. Zahira menghela napas berkali kali, ia bingung, bahkan saat ini ia masih gemetar tak percaya kenyataan yang sudah terjadi di depan matanya. Ia masih diam melamun duduk di meja kerjanya dan tak menyadari Sasa berjalan mendekatinya. “Ra… aku temani ke mall depan hotel yuk, cari baju buat ke pernikahan pak Reno, nggak apa apa deh langsung pakai tanpa cuci, sebentar ini.” Zahira menatap Sasa, ia memutuskan ikut teman temannya pergi ke resepsi pernikahan Reno berharap Reno memberikan penjelasan. Sejak tadi ia juga mencoba menghubungi Reno tapi sepertinya sudah tak digubris oleh Reno atau mungkin nomor Zahira sudah di blok. “Iya deh Sa, makasih ya,” ucap Zahira kemudian berdiri, Sasa yang sudah memakai gaun pesta menemani Zahira mencari gaun untuk ke pernikahan Reno. ~~~ ~~~ Zahira dan teman temannya sudah berdiri di depan gedung dimana resepsi pernikahan Reno dilangsungkan, di depan pintu masuk gedung mereka melihat beberapa foto prewedding Reno-Anita yang dipajang sepanjang jalan masuk menuju venue resepsi. Zahira memejamkan matanya, ia menghela napas berkali kali menguatkan hatinya. Berharap ia tidak lemas di dalam melihat pengantin. Nada, Bela, Sheila dan Okta sudah berjalan masuk dalam gedung, sedangkan Zahira masih berdiri mematung di depan pintu masuk, Sasa menunggu Zahira. “Ra… ayo, teman teman sudah masuk,” ucap Sasa, ia menarik tangan Zahira masuk dalam gedung resepsi. Foto foto prewedding bertebaran di venue resepsi, terlihat betapa bahagianya kedua mempelai dalam foto tersebut dan Zahira merasa bodoh tidak mengetahui dan tidak menyadari semuanya. Para tamu undangan memenuhi hall gedung temapat resepsi, Sasa masih menarik tangan Zahira mengikuti teman temannya yang menuju pelaminan, tentu saja mereka harus memberikan selamat pada kedua mempelai dan kedua orangtua mereka. Jantung Zahira berdetak cepat saat langkah mereka sudah hampir sampai di pelaminan, Zahira bisa melihat dengan jelas wajah bahagia Reno dan Anita. Reno yang melihat kedatangan Zahira terkejut, begitu juga Anita karena mereka tak menyangka Zahira akan datang, mereka berpikir Zahira akan sedih, patah hati dan menangis tak mau hadir karena memang mereka tahu sifat Zahira. Zahira adalah gadis yang lembut, hatinya akan sedih dan jika itu terjadi Zahira selalu mengurung diri dan tidak akan mau bertemu orang yang membuatnya sedih. “Sayang… kenapa Zahira datang, seharusnya dia sedih, tidak mau keluar kamar beberapa hari,” bisik Anita pada Reno di atas pelaminan. “Entahlah, seharusnya begitu, kita sudah memprediksi semuanya,” bisik Reno pula. “Sudahlah, dia juga tidak akan bisa berbuat apa apa, dia paling juga hanya bisa menangis,” tambah Anita percaya diri. Zahira menaiki tangga pelaminan perlahan, ia seperti akan limbung tapi ia tahan sekuat tenaga, hari ini dirinya ingin menjadi pribadi yang kuat, tidak cengeng. Zahira memang agdis cengen, hal kecil bisa membuatnya sedih dan menangis, apalagi hal sebesar ini. Zahira berada paling belakang dari rombongan staff office administration, ia menyalami kedua orangtua Anita yang dia juga cukup mengenal mereka karena beberapa kali Zahira datang menginap di rumah Anita dulu. Setelah memberikan selamat kedua orangtua Anita, tibalah saat Zahira memberikan ucapan selamat pada mempelai. Wajah Reno dan Anita tegang, begitu pula Zahira, Zahira berdiri di depan Reno, menatap Reno dan Anita bergantian. Wajah Reno dan Anita terlihat kikuk, takut Zahira mengatakan hal bodoh diatas pelaminan yang membuat mereka malu tapi keduanya yakin Zahira tidak akan berani melakukan hal itu. “Selamat untuk pernikahan kalian,” Zahira megulurkan tangannya pada Reno. “Makasih.” Zahira pun mengulurkan tangan pada Anita, Anita hanya menjabat tangan Zahira sesaat dan mengibaskannya. Zahira tidak segera meninggalkan pelaminan, ia masih diam menatap Reno dan Anita dengan pandangan yang tak dapat diartikan. “Semoga kalian bahagia.” Zahira perlahan meninggalkan Reno dan Zahira, Zahira ingin berteriak sekencang kencangnya bahwa kedua orang di pelaminan itu adalah orang yang sangat jahat, tapi ia tidak bisa menghancurkan pernikahan orang demi memuaskan sakit hatinya. Zahira berjalan turun dari pelaminan, tapi bukannya bergabung dengan teman temannya di booth makanan, Zahira malah berlari keluar dari gedung resepsi pernikahan, ia bahkan menabrak beberapa orang hingga ia hampir jatuh tapi untungnya ia memakai gaun selutut yang membuatnya tidak tersandung gaun. Ia masuk dalam mobilnya dan pecahlah tangis Zahira yang sudah ia tahan sejak ia membaca undangan pernikahan Reno dan Anita. Zahira tetap menahan tangisnya agar tidak terdengar sangat kencang, menutup mulut dengan tangannya dan sesekali menghapus air matanya. “Apa salahku Ren, kenapa kamu melakukan ini padaku,” gumam Zahira di sela tangisnya. Hampir tiga puluh menit Zahira menangis pilu dalam mobil, untungnya ia matikan lampu dalam sehingga ia tak menjadi pusat perhatian para tamu undangan yang baru datang dan memarkirkan mobilnya. Zahira menatap kaca spion atas, wajahnya terlihat berantakan karena menangis. Ponselnya berkali kali berbunyi panggilan dari teman temannya, mungkin mereka khawatir kenapa Zahira langsung pergi tanpa mengatakan apapun pada mereka. “Aku tidak bisa pulang dengan keadaan seperti ini, mama dan papa pasti menginterogasi aku dan aku belum bisa mengatakan semuanya. Aku sedih, mereka akan lebih sedih lagi putri mereka diperlakukan seperti ini. Aku harus kemana?” gumam Zahira. Tanpa tahu tujuannya dengan jelas, Zahira menjalankan mobilnya keluar dari area parkir gedung begabung dengan mobil mobil di jalanan ibu kota malam ini yang penuh hiruk pikuk. Tanpa sadar, Zahira menghentikan mobilnya di sebuah night club, menatap orang orang yang masuk dalam night club tersebut. Ia melihat tagline di nameboard night club tersebut yang bertuliskan, “You sad? Have problem? Drinks can give you happiness” Zahira kemudian membelokkan mobilnya masuk dalam area parkir night club, mungkin ia bisa melupakan kesedihan dan masalahnya jika ia minum sedikit. Lynagabrielangga.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD