SEMUA TANGGAL LAHIRMU

1072 Words
“Kenapa sih Mas kok tinggal di apartemen, nggak di rumah mama saja. Rumah mama segitu besar, Mas malah milih tinggal sendirian di sini. Begitu kata Listy saat aku ajak dia ke apartemenku. Jangan berpikir aku akan mengajaknya tidur!” “Sama sekali tidak. Buat aku, Listy adalah dewi Venusku. Dia harus suci bersih sampai pernikahan kami nanti.” “Memang pernah aku memancingnya setelah beberapa kali dia aku bawa ke apartemen. Tapi dia selalu menolak. Dia tak pernah mau lebih dari ciuman bibir. Itu pun hanya sekadarnya saja. Tidak dengan penuh nafsu. Dia suka yang romantis dan aku hargai itu.” “Sejak kami tunangan memang dia memanggil aku MAS, bukan BANG atau ABANG lagi seperti saat awal perkenalan.” “Kamu kan tahu Babe, jam kerjaku itu tidak sama dengan jam kantor papa, mama, dan Mas Taufik. kadang aku baru pulang mau tidur mereka sedang siap-siap, sehingga aku akhirnya nggak bisa tidur. Padahal aku butuh istirahat karena saat mereka nanti pulang kerja aku baru mau berangkat kerja. Namanya juga orang seni, kan juga nggak sama dengan kerja kantoran.” “Dari pada aku selalu ganggu mereka, aku memang minta izin sama mama dan papa kalau aku tinggal sendiri di sini, jawabku atas pertanyaan polos belahan jiwaku itu.” “Oh begitu, kirain biar Mas bebas tanpa pengawasan orang tua, dia memberi tebakan yang sangat tepat. Tapi tak mungkin aku katakana kalau tebakannya benar kan?” “Kalau soal tanpa pengawasan, sejak di Amsterdam kan Mas bebas, apa kurang? kata aku pada Listy mencoba agar dia tak curiga.” “Ya justru karena Mas sudah biasa bebas, maka nggak ingin dikekang selama kembali ke Indonesia. Aku berpikir sih begitu,” jawab Listy saat itu.” “Enggak kok, enggak. Serius Mas cuma biar leluasa saja bergeraknya. Mas kasih tahu ya password kunci apartemen, biar kamu percaya sama Mas. Kuncinya tanggal lahir kamu.’ “Semua password apa pun milik Mas, sudah Mas ubah sejak kita tunangan ya. Jadi kalau kamu suatu saat kapan pun kamu masuk mau masuk saja. Passwordnya tanggal ulang tahunmu. Tanggal, bulan dan tahun. Jadi enam angka itu.” “Semua ATM, CC ( kredit card ), email, media sosial semua pakai itu. Aku menjelaskan bahwa aku sangat mencintai dia. Tak ada rahasia antara aku dan dia. Bahkan ponselku bisa dia baca kapan pun. Dia juga tahu password ponselku karena memang aku nggak pernah ngapa-ngapain di ponsel.” “Kalau aku transaksi sama para model tentu kita bicara langsung tidak lewat pesan apa pun, tidak dengan email, tidak dengan pesan di go-jek seperti artis yang ketahuan selingkuh pakai aplikasi ojek online, tidak pakai pesan di tik tok, tidak melalui pesan media sosial misalnya F4cebook atau Inst4gram atau apa pun. Bahkan dengan line atau WE-A. pokoknya kami nggak pernah transaksi melalui pesan apa pun. Kalau mau ya bicara langsung. Itu saja.” “Aku memang antisipasi jejak digital melalui pesan bila bocor, aku tak mau ada kebocoran pesan, jadi aku memang tak pernah transaksi dengan para model ku melalui chat. Itu sebabnya aku membebaskan Listy mengetahui ponselku.” “Di ponsel hanya ada jadwal pemotretan, atau jadwal shooting iklan, atau chat dari para kru yang minta agar alat diganti, atau apa pun. Hanya itu isi ponselku. Benar-benar hanya itu.” “Paling ada chat keluarga besar dan Listy memang sudah aku masukkan di grup keluarga besar sejak kami bertunangan. Tidak ada percakapan apa pun lagi selain itu. Semuanya terbuka. Aku tak ingin Listy tidak percaya padaku.” “Buatku Listy adalah matahariku, tanpanya duniaku gelap. Itu sebabnya semua aku beritahu sejelas-jelasnya.” ≈≈≈≈≈≈≈≈ “Kami sudah menetapkan tanggal pernikahan, kami sudah menyewa gedung, cari catering, bikin pakaian pernikahan, semuanya sudah kami persiapkan. Walau Listy adalah desainer tapi tetap dia ingin baju pengantin dari desainer lain. Katanya biar lebih enak. Terserahlah aku menyerahkan semua padanya.” “Kami sudah sepakat satu bulan sejak menikah nanti kami akan cari rumah. Jadi sejak pernikahan kami tinggal di apartemenku dulu, baru dari situ kami cari sama-sama. Dia tidak mau beli rumah sebelum kami menikah, entah mengapa. Padahal aku pikir beli sekarang saja lah tapi dia tidak mau.” “Nanti saja lah Mas kalau sudah menikah. Kita jalan bareng ke mana pun, sambil cari rumah. Itu selalu alasannya. Aku ya nurutin dia saja. Pada dia apa pun yang dia katakan memang aku selalu aku turuti.” “Duniaku hanya tentang dia, dia dan dia!” ≈≈≈≈≈≈≈≈ “Tapi tentu saja kalau ada orderan tidur aku masih menerimanya lumayanlah buat ngasah pedangku, karena Listy kan nggak mau aku pakai sebelum nikah dan aku memang menghargai itu.” “Pagi ini aku janjian dengan Marcella untuk iklan sebuah merk motor yang mengeluarkan type baru. Aku memang menunggu di kamarku saja. Ternyata dia nggak bisa datang pagi, dia datang sesudah makan siang karena ada panggilan dari manajemennya.” “Jadilah dia datang jam 01.00 siang dengan membawakan aku makan siang. Sebelum bertarung tentu kami harus isi perut lebih dahulu. Agar kuat berpacu.” ≈≈≈≈≈≈≈≈ “Aku sama sekali tak hiraukan beberapa kali bel apartemenku terdengar berbunyi. Entahlah siapa yang memencet bel itu, saat aku baru mulai melucuti pakaian Marcella.” “Kalau aku bangkit nanti ada tamu malah bahaya. Bisa tertunda malah bahkan batal dan bisa ketahuan kalau ada perempuan di kamarku.” “Lebih baik biarin saja, anggap saja nggak ada orang. Kalau tidak digubris tentu tamu yang memencet bel itu pasti akan pergi karena mengira apartemen kosong.” “Benar saja, akhirnya bell berhenti. Aku pun melanjutkan aktivitasku. Aku sedang berpacu untuk mencapai finish di permainan pertamaku. Ya siang itu itu memang permainan pertamaku dengan Marcella di kesempatan ketiga. Bukan kesempatan pertama tapi ketiga.” “Aku sedang berpacu ronde pertama, tentu saja kami naked tanpa busana, dan juga tak perlu selimut karena di dalam kamar sendiri. Ngapain pakai selimut seperti di film-film. Pakai selimut kan memang hanya ada di film saja. Kalau real ya taka da bermain dibalik selimut. Kami sama-sama polos, tanpa ada selembar benang menutupi tubuh kami.” “Banyak rayuan aku ucapkan. Pada siapa pun aku lakukan seperti pada Marcella. Aku suka kamu Honeym kamu selalu memuaskanku, kata-kata klise tanpa makna itu selalu aku katakan pada semua perempuan agar mereka senang dengan kata-kataku tersebut.” “Bukan hanya pada Marcella, tapi pada semuanya, agar mereka selalu menyerahkan tubuhnya buatku di kesempatan berikutnya.” “Aku memanggil semua teman tidurku HONEY, beda dengan panggilanku pada Listy yaitu BABE, BEIB atau BABY.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD