“Ada apa Ma?” kata Taufik saat dia baru masuk ke ruang keluarga di rumahnya.
“Berita Galih sudah masuk di berita gosip televisi. Production house sudah mengumumkan mereka tidak bertanggung jawab terhadap penjualan proyek yang ditukar dengan cara tidur bersama OKNUM fotografer.”
“Production house juga sudah memutus hubungan dengan Galih dan mengatakan semua itu urusan personalnya Galih. Yang kotor hanya Galih. Production house tidak pernah menjual proyek pada model mana pun,” Seruni menerangkan apa yang dia tonton pada Taufik.
“Kamu cari di youtube pasti ada lah berita ini, nggak mungkin kan kalau di TV diulang. Cari saja pasti ada.”
Saat itu memang baru jam tujuh malam dan Seruni sedang bingung di depan televisi. Dia tak menyangka anaknya membuat sensasi seperti itu dan Seruni yakin bukan Listy yang melakukan penyebaran ke media televisi. Pasti dari grup keluarga ada yang menyebar ke keluarga dari pihak dia atau dari pihak sebelah. Misalnya keponakan Mahendra Harsana mengirim untuk keluarga dari pihak ibunya, atau dari pihak bapaknya yang bukan asli Harsana.
Akhirnya berita tersebut menyebar, menyebar, dan menyebar sampailah ke wartawan. Itu yang membuat berita zaman sekarang tidak bisa dibendung.
Kalau mau dituntut Listy sebagai pelaku penyebaran utama, Listy tidak menyebarkan. Dia memberi fakta ini alasannya mengapa dia putus hubungan dengan Galih, dia hanya mengatakan itu. Yang menyebarkan berikut itulah yang harusnya dituntut. Bukan Listy. Listy sama sekali tidak bersalah. Itu menurut Seruni.
Listy hanya memberi fakta ini alasan saya mundur dari keluarga Harsana, untuk selanjutnya menyebar di luar keluarga Harsana bukan kapasitas atau tanggung jawab Listy lagi.
≈≈≈≈≈≈≈≈
“Astagfirullaaaaah,” kata Taufik saat membuka berita di You-tube karena saat ini nama sang Mama sudah ikut tersangkut paut yaitu banyak netizen yang bilang mentang-mentang ibunya pengacara kondang sehingga dia berani melakukan hal tersebut karena semuanya selalu dibela oleh sang ibu.
Tentu saja Taufik tidak berani menceritakan pada sang Mama, tapi dia yakin mamanya akan melihat sendiri besok atau nanti malam. Pasti semua keluarga entah keponakan, entah adik ipar mamanya pasti akan menghubungi sang Mama memberitahu kalau nama Seruni sudah dibawa-bawa dengan berita kelakuan Galih. Pasti seperti itu. Pasti ada yang menghubungi Seruni.
Jadi sebaiknya memang Taufik memberitahu Seruni lebih dulu sebelum Seruni mendengar kabar dari keponakan atau sepupu-sepupunya atau saudara iparnya.
Dengan berat hati akhirnya Taufik cerita bagaimana tanggapan netizen terhadap kelakuan Galih dan hubungan dengan pekerjaan Seruni. Tentu saja Mahendra sedih karena istrinya juga ikut tersangkut paut masalah immoral dari Galih.
‘PAPA TIDAK MAU TAHU. BEGITU KAMU KELUAR DARI RUMAH SAKIT KAMU WAJIB DATANG KE RUMAH ATAU KAMU SAYA TENDANG SELAMANYA!’ tulis Mahendra Harsana kepada Galih dengan huruf kapital semua dan dibolt. Benar-benar bicara pun Mahendra sudah tidak ingin pada Galih.
Itu terjadi jam 09.00 malam hari pertama Listy mengedarkan berita tersebut. jadi satu hari sesudah Listy membuat Galih babak belur.
≈≈≈≈≈≈≈≈
‘Papa tentu sudah tahu soal aku babak belur dari Mas Taufik,’ pikir Galih. Padahal Papa, Mama, dan Taufik tahu bahwa Listy membuat Galih babak belur dari pengakuan Listy sendiri di flash disk.
“Saudara, ada berita dari rumah sakit tempat fotografer Galih dirawat. Saat ini ruang rawatnya tidak bisa dimasuki karena Galih minta perlindungan untuk tidak ada wartawan yang boleh masuk menjenguk. Tapi beberapa rumor di pegawai rumah sakit dikatakan bahwa Galih babak belur dihajar oleh calon istrinya yang ternyata seorang karateka nasional. Wanita tersebut ternyata biasa menjadi wakil daerah untuk pekan olahraga Nasional karateka Putri!”
Tentu saja Galih yang sejak tadi memang mencari berita tentangnya di semua media serta Taufik, Seruni, dan Mahendra kaget melihat berita televisi tentang kemampuan Listy yang ternyata adalah atlet karateka nasional. Mereka sama sekali tak tahu soal itu dan mereka yakin Galih juga tak tahu.
“Pantas kondisi Galih hancur lebur dan tulang kaki kirinya retak, ternyata lawannya bukan kelaeng-kaleng. Aku yakin kalau Listy tak sadar diri, Galih sudah langsung masuk kubur dibuatnya,” ucap Taufik pada kedua orang tuanya.
“Jadi kita kapan enaknya bicara sama kedua orang tua Listy? Kalau kita bikin semakin lama, mereka semakin marah, karena menganggap kita tidak peduli pada kondisi hubungan anak kita. Kalau kita menunggu cooling down dan menanti sampai taatnya tiba,” tanya Seruni.
“Tapi kalau kita ke sana saat panas begini juga repot. Enaknya bagaimana?” kata Mahendra.
“Kita tanya saja dulu baik-baik Pa. Bagaimana enaknya, kapan bisa bertemu. Jangan sampai kita dianggap tidak toleran terhadap penistaan pada Listy seperti ini. Biar bagaimanapun yang jadi korban adalah Listy. Untung undangan belum disebar, baru diambil oleh Listy. Kalau sudah disebar bisa dibayangkan bagaimana kerugian imaterial yang mereka hadapi.”
“Kalau sekarang kan baru kerabat saja yang tahu bahwa mereka akan menikah. Pasti di keluarga Listy juga sudah pada tahu. Jadi sebaiknya kita tanya saja.”
“Papa tanya ke Om Prabu, kapan kita bisa datang untuk menyelesaikan masalah hubungan Galih dan Listy. Kita yakin tidak mungkin Listy akan memaafkan. Itu tidak akan mungkin. Dalam kamus hidup siapa pun tidak akan mungkin mau memaafkan.”
“Walau dibayar berapa pun tentu tidak mau. Walau misalnya Listy sedang hamil sekali pun dia tidak akan mungkin mau memaafkan, begitu melihat Gali seperti itu. Lebih-lebih Galih jelas-jelas bilang kalau Listy masih virgin sebab tidak mau melayaninya. Itu kan jelas Listy taka da beban membuang Galih yang hanya seonggok sampah.”