Dokter UGD

1175 Words
Tap...tap...tap..' Langkah sepatu Wika terdengar masuk dalam ruang UGD tempatnya bertugas saat ini. Waktu menunjukkan pukul 8 malam, waktu tugasnya mulai jam 9 nanti. "Selamat malam Dok," sapa suster yang juga berjaga malam ini. "Malam," jawab Wika ramah tapi tidak tampak senyum diwajahnya. Bukan dia sedang punya masalah, tapi memang perubahan itu sudah kurang lebih hampir 6 tahun yang lalu. Sejak menyelesaikan Internshipnya dua bulan yang lalu, Wika sekarang bekerja sebagai dokter jaga di UGD RS Royal milik keluarganya. Dia memang minta di tempatkan disana selain tugas utamanya sebagai kepala bidang pelayanan Medik. Wika yang bisa saja menempati posisi atas mendampingi om nya yang kini masih menjabat Direktur Rumah sakit ini, tapi dia lebih memilih memulainya sebagai serdadu yang berjuang dari bawah, alasannya supaya lebih mengenal seluk beluk rumah sakit dari bawah. Toh dia baru akan diserah terimakan tugas ini setelah selesai Spesialis nanti, dan dia belum tahu akan mengambil spesialis apa. "Dokter Wika sudah datang ya?" Wika yang duduk didalam ruangan dokter jaga dengan pintu terbuka bisa mendengar namanya sedang disebut seseorang yang suaranya sangat familiar "Sudah dok, ada di dalam," jawab perawatnya.Wika saat ini belum mulai jadwalnya, masih satu jam lagi, sekarang masih jamnya Dr Abimanyu yang tugas siang. "Hai Wik..." sapa orang yang menanyakannya tadi. Wika mendongakkan kepalanya mengalihkan tatapan dari hp-nya. "Ya kenapa?" tanya Wika tak acuh. Wanita yang bernama Arumi itu mengambil kursi dan duduk di hadapan Wika. "Kok cepet sih datangnya, bukannya kamu masih satu jam lagi?" tanyanya tanpa basa-basi padahal bukan urusan dia Wika mau datang cepat atau lambat. "Lagi pengen aja datang cepat," jawabnya sekenanya saja. "Kamu kenapa sih selalu tugas malam kalo weekend, sekali-sekali ambil pagi atau siang ... yang lain keenakan kalau kamu tugas malam terus." Wika hanya menarik bibirnya sedikit antara rela tak rela dia tersenyum walaupun yang keluar hanya bentuk senyuman sinis. "Dua minggu lagi acara pernikahan dokter Sari kita datang bareng yuk, tapi kamu jangan tugas malam karena acaranya Malam Minggu," ajak Arumi. "Nggak bisa, jadwalku sampai akhir bulan selalu weekend dan malam, aku sudah bilang dokter Sari nggak bisa datang dan sudah mengucapkan selamat," jawab Wika datar dan tentu saja wajahnya menyesuaikan tanpa ekspresi. " Ckk... Kamu ini seolah-olah nggak bisa mengatur jadwal, padahal kamu tinggal bilang semua juga nurut," sesal Arumi dengan tindakan yang diambil Wika. Wika hanya mengangkat bahunya singkat. "Haloo... " sapa dr Abimanyu yang baru selesai menangani pasien dari dalam ruangan tindakan UGD. "Rame dok?" tanya Wika. "Siang tadi lumayan, barusan agak sepi...cuma ada pasien sesak nafas, asmanya kumat." jawab dr Abim, begitu mereka biasa memanggilnya. Dr Abim mengambil tempat disebelah meja Wika. "Sudah selesai praktek polinya Rum?" tanya Abim padahal dari tadi Wika bahkan tidak menanyakan apa- apa padanya. "Sudah dari 15 menit yang lalu," jawab Arumi. Abimanyu lelaki umur 27 tahun itu memang lebih senior dari pada Arumi dan Wika, dan rencananya tahun depan dia mau ambil spesialis setelah istrinya selesai koas, sedangkan Arumi beda 1 angkatan kuliahnya diatas Wika tapi umurnya beda 2 tahun karena Wika kan lulus sma lebih cepat dan kalau boleh meminjam istilah dokter Abim... pendidikan dokter hingga selesai internshipnya dokter Wika itu layaknya mobil berjalan lewat tol di jam sepi, cepat tanpa hambatan. "Kok belum pulang?" tanya Abim lagi. "Tadi sudah mau pulang malah sudah sampai di parkiran ... terus lihat mobil Wika sudah datang, jadi aku samperin ke sini mau ngajak dia bareng pergi ke acara dokter Sari malam minggu 2 minggu lagi." "Bukannya dokter Wika selalu tugas malam?" tanya dr Abim. "Maka dari itu aku pikir kenapa dia nggak ambil pagi aja sekali-sekali." "Kalau mau pergi nggak apa-apa Wik, gantian sama saya .... kebetulan istri lagi nggak bisa pergi juga, kalo pergi sendiri saya males," ucap dr Abim yang memang sudah berkeluarga. "Nah oke tuh Wik ... kita pergi ke acara dokter Sari bareng ya ... jangan nolak lagi," ucap Arumi tidak memberi kesempatan Wika untuk bicara. Wika tidak menyahut, orang seperti Arumi bikin dia pusing. Dari zaman kuliah dulu selalu usaha mendekati Wika, bukannya Wika tidak sadar itu, tapi dia tidak pernah tertarik dengan wanita yang lebih dewasa darinya. Belum lagi Keisha teman seangkatannya dulu yang sekarang baru selesai koas dan sedang menunggu jadwal ukmppd, sampai sekarang sering sekali mengirim wa padanya... ujung- ujungnya minta rekomendasi supaya bisa ikut di Royal juga kalau nanti sudah selesai Intern nya. Ini resiko jadi cucu dari pemilik rumah sakit, apalagi dia calon pemimpinnya kelak. "Ok deh, aku pulang dulu ya wik...terimakasih banyak atas bantuannya dokter Abim..." ucap Arumi dengan muka yang bahagia. "Sama - sama ... senang bisa membantu," jawab dokter Abim. "Jangan lupa ya Wik ... selamat bertugas," Arumi langsung beranjak pergi keluar ruangan. Setelah Arumi sudah tidak terlihat, dokter Abim memberanikan diri bicara dengan Wika yang sudah dianggapnya seperti adik sendiri, padahal mereka baru kenal satu bulan belakangan ini, sikap Wika yang sopan, ramah meski jarang senyum dan irit bicara... tapi dokter Abim bisa merasakan bahwa Wika orang baik. "Sepertinya dokter Arumi ada hati sama dokter Wika." ucapnya memancing Wika bicara, dia penasaran tanggapan Wika. Wika melihat ke arah dr Abim," Tapi saya nggak punya hati pada siapapun." Dokter Abim agak terkejut mendengar jawaban Wika barusan. "Punya pengalaman buruk soal percintaan?" tanyanya hati - hati takut Wika tersinggung. "Worst," jawab Wika dingin. * "Win ... bisa panggil Jenny untuk masuk?" pinta Aryo dewantoro, Wadir administrasi sumber daya RS Royal kepada Winda sekertarisnya. "Baik pak." Winda pun memanggil Jenny pegawai yang baru bergabung di rumah sakit ini satu bulan terakhir. Sepuluh menit kemudian Winda mendampingi Jenny masuk ke dalam ruangan pak Aryo. "Jenny pak." Pak Aryo pun mempersilahkan Jenny duduk dan Winda pun keluar ruangan. "Bagaimana Jen ...sudah bisa mengikuti irama kerja disini ya?" tanya Aryo sebagai pembuka pembicaraan. "Ya sudah bisa pak, rekan - rekan disini banyak membantu." jawab wanita blasteran itu. "Ya memang berbeda antara Indonesia dan Amerika, tapi pasti kamu cepat menyesuaikan pekerjaan disini .. kamu juga dulu terbiasa hidup disini." "Iya pak." "Gini, kita dengan Royal Bandung mau mengadakan promosi besar - besaran dengan alat kesehatan Jantung yang akan kita datangkan dari Jerman bulan depan ... nantinya kita akan memberikan diskon yang besar untuk pemeriksaan memakai alat tersebut. Kita akan buat acara yang dikemas sedemikian rupa dan mau kasih info bahwa alat ini bagus dan saat ini baru kita yang punya alat ini. Nah ini termasuk bagian departemen kita dibagian perencanaan dan pengembangan, nanti kerjasama juga dengan pelayanan medik, mereka yang akan menentukan personal yang terlibat dalam promosi ini. Kamu saya beri tugas membuat perencanaannya dulu ya Jen ... coba tuangkan pengalaman kamu di Cedars Sinai hospital dulu. Kita punya waktu 2 bulan lagi untuk launching alat ini, jadi paling tidak saya bisa dapat draft perencanaan satu minggu dari sekarang?" "Baik pak, saya usahakan secepatnya, mungkin kurang dari seminggu sudah saya kirimkan ke email bapak." "Nah itu yang saya suka, optimis dan cepat bertindak. Nanti kalau draftnya sudah saya setujui, kamu akan presentasikan di depan pak Direktur ... kamu bisa pilih tim juga ya untuk kegiatan ini." "Baik pak." "Ya sudah itu aja keperluan saya." "Terimakasih pak, saya permisi," pamit Jenny.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD