Setelah drama menyedihkan yang aku pertunjukkan di meja makan, Mama meminta Mas Arian membawaku ke kamar. Tentu saja, melihat raut wajahku, aku tidak akan berselera lagi untuk melanjutkan makan malamku. Sebelum pergi, aku melihat wajah Mama terlihat sedih, mungkin dia merasa bersalah telah menanyakan hal seperti itu kepadaku. Setelah sampai di dalam kamar, seperti yang kubayangkan selama perjalanan menuju kamar, Mas Arian langsung mendorongku dengan kasar. Untungnya aku terjatuh di atas ranjang, tidak seperti pertengkaran kami yang sudah-sudah, Mas Arian mendorongku terjerembab di lantai. "Apa maksudmu?" Itulah kalimat pertama yang dilayangkan Mas Arian, wajahnya kembali menggelap, hampir saja jantungku mau lepas melihat wajah sangarnya. "Ma maaf..." Aku menjawab gemetar, takut setenga