Pekerjaan marketing tidak akan ada habisnya dimana ketika kita sudah mendapatkan customer berarti kita harus berusaha agar customer tersebut tetap bersama kami dan tidak pindah ke perusahaan lain atau customer satu selesai sudah menunggu customer yang lain, belum lagi target yang ditetapkan jika tidak mencapai maka ada penilaian tersendiri tapi meskipun begitu jika mencapai target bonusnya gak main-main. Makanya aku bertahan di perusahaan ini karena memang bonusnya tidak main-main
"Kerjaan baru" ucap Mita yang memberikan catatan di meja "tadi Bu Rara bilang buat kamu"
"Tapi ini bukan kerjaan aku" ucapku menatap Mita
"Bu Rara juga bilang gitu tapi ini permintaan Pak Galih sendiri" ucap Mita
"Juga harus ikut keluar kota?" tanyaku namun Mita hanya mengangkat bahu "aku harus bilang sama Yudi dulu gak bisa langsung ya aja" Mita hanya menepuk bahuku menandakan tidak bisa membantu banyak
Galih adalah atasan dari segala atasan disini dan selama dipimpin Galih perusahaan ini berkembang dengan cepat, aku bukannya tidak tahu jika Galih memiliki perasaan denganku tapi selama ini aku selalu bisa menghindari dirinya walaupun tidak bisa sepenuhnya karena pasti ada saja alasan yang dipakai Galih agar dekat denganku. Galih tahu jika aku selama ini masih perawan dan ketika aku sudah menikah bukan menjauh malah semakin mencari cara agar aku dapat bersama dengan dia
Kali ini aku harus menolak kembali pekerjaan ini karena jelas ini bukan pekerjaanku dan Galih memintaku mengerjakannya, aku tahu maksud dan tujuannya atas mengajakku ikut serta di pekerjaan ini. Aku melihat ruangan Rara yang tertutup dengan sedikit keberanian aku menolak sekali lagi
"Bu, ini kan bukan pekerjaan saya" ucapku ketika masuk kedalam ruangan Rara
"Permintaan langsung Pak Galih lalu aku bisa apa?" Rara menatapku sekilas "aku sudah berusaha menolak tapi tetap tidak mau dan ini sudah kesekian kali"
Aku menghembuskan nafas "kalau gagal jangan salahin aku loh ya" aku mengingatkan Rara
Rara tersenyum "aku yakin gak akan gagal" aku menatap Rara curiga "Pak Galih gak akan membuatmu gagal percaya sama aku secara ini permintaannya langsung"
"Aku ijin dulu sama Yudi kalau Yudi gak mengijinkan aku gak mau" ucapku menatap Rara
Rara mengangguk "aku yakin Yudi setuju secara ini hanya beberapa hari"
Aku menghubungi Yudi beruntung Yudi tidak terlalu sibuk dan dengan segera aku memberitahukan mengenai keputusan perusahaan, Yudi mengijinkan aku untuk berangkat karena ini mengenai perusahaan bukan hal negatif
"Yudi setuju" ucapku ketika masuk kembali ke ruangan Rara
Rara tersenyum "sekarang temui Pak Galih kalian bahas apa yang mesti dilakukan tadi Pak Vian sudah meminta kamu naik" aku melotot mendengar perkataan Rara "kamu tahu buat Pak Galih waktu adalah uang so buruan" aku hanya mengangguk “pesanku hati-hati” sebelum aku melangkah keluar dan menuju lantai dimana Galih berada
Ketika aku berada di lantai khusus tempat Galih yang hanya ada Vian sebagai seketarisnya, udara dingin langsung masuk kedalam badanku. Vian melihatku langsung memintaku masuk kedalam, Vian tahu jika Galih menyukaiku tapi tidak pernah ikut campur karena selama ini aku tidak menunjukkan hal berlebih
"Sudah memutuskan ini" Galih menatapku yang duduk di depannya "mau bahas sekarang atau nanti pulang kerja?"
"Sekarang" jawabku langsung
Galih mengajakku duduk di sofa dengan membawa laptopnya, Galih menjelaskan apa yang mesti dilakukan selama disana dan juga siapa yang ditemui, aku menatap profile orang tersebut dimana sepertinya aku pernah melihat tapi lupa dimana. Galih memang layak berada di posisi ini karena memang kemampuannya tidak tertandingi. Sekilas tentang Galih kami berbeda usia 10 tahun dan Galih sudah menikah dengan Weni dan memiliki anak laki-laki yang berusia 5 tahun, jadi sudah pasti aku menolak Galih karena aku masih memikirkan perasaan Weni
"Kita berangkat lusa" ucap Galih membuyarkan lamunanku "memikirkan apa?" Galih semakin mendekat dan aku bisa merasakan nafasnya karena jarak kami yang hanya beberapa cm
Seketika aku menutup mata dan merasakan benda kenyal yang berada dibibirku, ciuman Galih sangat lembut dimana aku awal mulanya ingin mendorong Galih seakan terhipnotis dengan apa yang Galih lakukan
"Bibir kamu manis sesuai bayanganku" ucap Galih sambil membelai bibirku dengan lembut "lusa kita berangkat dan siapkan pakaian terbaikmu" mencium pipiku sekilas "sudah silahkan keluar" Galih bersikap seakan tidak terjadi apa-apa membuatku dengan segera keluar
Ketika aku keluar dimana Vian menatapku dari atas kebawah lalu menghembuskan nafas tanda lelah atas apa yang dilakukan Galih dimana semua rahasia dipegang Vian dan aku yakin Vian tahu apa yang kami perbuat di dalam tapi akhirnya aku berusaha untuk tidak peduli dengan tatapan menilai dari Vian
Aku bertindak bodoh dengan membalas ciuman Galih, seharusnya aku menampar atau mendorong atau apapun itu malah terlena. Mita menatapku dengan heran ketika masuk kedalam ruangan namun tidak berani banyak bertanya karena rasanya aku ingin melampiaskan pada seseorang. Aku menghembuskan nafas untuk menormalkan emosi yang menguasaiku
Ketika aku pulang Yudi sudah menunggu di parkiran dengan segera aku masuk kedalam langsung mencium Yudi dengan b*******h membuat Yudi kebingungan dengan ciuman yang aku berikan. Yudi membeli makanan untuk kami berdua dan seperti sebelumnya kami melakukan hubungan kembali, Yudi selalu bisa memuaskan aku dalam bercinta atau aku yang tidak tahu bagaimana bercinta yang memuaskan itu
"Sayang aku pergi dulu ya" ucap Yudi sambil membangunkanku
"Jam berapa sekarang?" tanyaku menatap sekitar
"Jam 2 pagi aku harus ke rumah sakit ada kecelakaan" jawab Yudi
Aku mengangguk "hati-hati"
"Kamu berangkat besok ya semoga kita bisa bertemu nanti malam" Yudi mencium keningku lalu mencium bibirku lama
Aku mengantarkan Yudi sampai pintu dengan segera aku mengunci kembali pintu dan masuk kedalam kamar, dirumah ini hanya kami berdua terkadang bibi yang ikut mama suka datang kemari membersihkan rumah cukup membantu kami merawat rumah ini dan kesibukan kami berdua
Aku bangun kesiangan dengan segera aku menghubungi Mita bahwa aku mengerjakan tugas dirumah sambil menata barang untuk perjalanan besok, Yudi mengabarkan jika korban kecelakaan banyak jadi belum tahu bisa pulang atau tidak. Ketika sedang menata pakaian bibi memanggilku jika ada tetangga yang ingin berkenalan
"Mala"
"Pak Tian"
"Kamu tetanggaku ternyata"
"Baru pindah?"
Tian mengangguk "kemarin lusa dan baru bisa hari ini keliling" menatap sekitar "jadi menikah dengan Yudi?" aku mengangguk
Tian adalah klienku dulu di awal aku bekerja dan kami dulu sangat dekat bahkan aku mengenal seluruh keluarga Tian tidak kecuali sang istri dan anaknya yang berusia 3 tahun
"Bapak sendirian?" tanyaku hati-hati
Tian mengangguk "istri aku selingkuh jadi kita pisah"
Aku menatap tidak percaya "sudah membuktikan sendiri?"
Tian tersenyum "rahasia rumah tangga"
Kami akhirnya berbicara banyak hal mengenai pekerjaan yang dulu mempertemukan kami berdua dari dulu Tian tidak banyak berubah dimana enak untuk diajak berbicara dan berdiskusi banyak hal lalu tidak lama kemudian Tian berpamitan sekiranya waktu sudah menjelang sore yang ternyata cukup lama berada dirumahku