Part 8

1425 Words
"Apa maksudnya ini, menikah? Apa kamu benar benar masih menganggap kami orang tuamu? Hal sepenting ini kamu tidak memberitahukannya kepada kami!!" Ucap Ibu setengah berteriak dari tempat duduknya. "Bu bukan begitu, ini sebenarnya kesalahpahaman, aku tidak menduga dia akan mengatakan itu didepan semua orang. Tidak mungkin aku menyembunyikan hal sepenting itu dari kalian. " Jawab Alesha sambil menundukkan kepalanya dalam, dihadapan kedua orang tuanya itu. "Lalu jelaskan apa maksudnya semua ini!" Ucap Ibu yang tidak kalah keras dengan nada awalnya bicara tadi. "Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Bukankah tadi Alesha bilang itu hanya salah paham, biarkan dia istrihat dan menjelaskan kepada kita besok. Dia juga tampak terkejut dengan semua itu, bukankah kamu juga melihatnya di TV tadi? Biarkan dia istirahat, kamu juga harus istirahat jangan memikirkan yang aneh aneh. Rahel masuklah kekamarmu, Sha masuklah, Ayah akan mengurus Ibumu, jangan terlalu memikirkannya. " Sahut Ayah sambil menepuk bahu Alesha. "Apanya yang tidak usah dipikirkan, kamu harus memberikan kebenarannya besok. " Gumam Ibu sambil meninggalkan Alesha dan Ayah, lalu berjalan masuk kekamar. Ayah mengusap usap bahu Alesha seakan mengisyaratkan semua akan baik baik saja. Melihat itu Alesha kembali kekamarnya, dan tentunya dia tidak akan lolos dengan mudah. Adiknya sudah menunggu didepan pintu kamarnya, karena kamar mereka yang bersampingan, jadinya Adiknya lebih mudah untuk mengusili kakaknya. "Waahh aku tidak menyangka akhirnya kamu bisa melupakan teman mu yang tercinta itu dan akhirnya bisa bersama seorang pria kaya. " Ucap Rahel dengan senyum mengejek khasnya yang sering dilakukan nya saat didepan kakaknya. "Masuklah kekamarmu, atau kutendang kau kebawah." Jawab Alesha sambil mengambil satu sepatunya bersiap-siap untuk melempar Adiknya. "Kumohon menikahlah dengan Tuan Haykal, dia benar benar kaya. Kalau kamu bersama dengannya, aku akan bisa menikmati setidaknya sedikit dari kekayaannya dan membanggakan diriku. " Lanjut Rahel. "Menikah kepala lu, masuk sana kubilang!! " Ucap Alesha setengah berteriak yang masih memegang sepatunya untuk melempar Adiknya jika dia tetap tidak diam. "Aku... " Ucapan Rahel terhenti karena kakaknya itu benar benar melemparnya kearahnya. Untungnya dia dengan cepat menutup pintu, dan akhirnya sepatu itu mengenai pintu bukan mengenainya. "Anak hutan itu benar-benar menjengkelkan, dia benar benar tahu waktu untuk membuatku kesal." Gumam Alesha sambil membuka pakaiannya. *** Pagi sekali, Alesha bangun dari tidurnya dan bersiap siap untuk kekantor. Dia berjalan mengendap endap turun dari kamarnya, melihat apakah Ibunya berada di meja makan. Saat melihat Ibunya berada di dapur, Alesha melangkah lebih cepat dan meraih roti yang ada diatas meja. Memasukkannya segera kedalam mulutnya, dan berlari kecil kearah pintu. "Bu aku berangkat!! " Teriak Alesha ketika sudah berlari ke halaman rumah. "Alesha!!! Makan sarapanmu dimeja bukan dijalan." Teriak Ibu yang sudah tidak melihat jejak anaknya itu. Ibu menggelengkan kepalanya kemudian kembali kedapur untuk menyelesaikan masakannya. "Apa Alesha kabur? " Tanya Ayah kepada Ibu yang berada di dapur. "Iya, gadis itu selalu begitu saat dia melakukan kesalahan. Dia lebih baik tidak menghadapiku langsung dari pada harus mendengar omelanku." Jawab Ibu. "Tenanglah, dia mungkin takut melakukan kesalahan lagi jika harus melihatmu. Dia sudah besar, biarkan dia menentukan pilihan nya sendiri. Sekalipun dia akan benar benar menikah, biarlah asalkan dia rasa itu baik untuknya. " Ucap Ayah sambil memakan sarapannya di meja makan. "Apanya yang dibiarkan, aku masih belum bisa merelakan putriku. Dia masih 23 tahun, aku belum melihatnya dewasa sekalipun. " Ucap Ibu tanpa menoleh ke arah Ayah. "Aku akan keatas membangunkan Rahel. " Ucap Ayah kemudian berjalan kelantai atas untuk membangunkan putranya yang malas itu. *** Sepanjang perjalanan Alesha menelepon Rose, mengirim banyak pesan kepada Rose. Dia berharap ada kabar tentang temannya itu, dia bahkan tidak tidur nyenyak semalam karena terus menghubungi Rose yang seperti hilang ditelan bumi. Dia terus menelepon, sampai dia menghubungi pacar Rose, tetapi sama juga tetap tidak ada jawaban. Sampai akhirnya Alesha menelepon Bibinya Rose mencoba menanyakan keberadaan Rose. "Halo Bibi, apa Rose kembali kerumah Bibi? " Tanya Alesha saat telepon sudah tersambung. "Kamu pikir dia akan pulang setelah kejadian semalam? Sebenarnya apa yang terjadi, apa kalian benar benar sudah gila? Aku yakin kalian sudah merencakan ini kan. Kamu ingin memanfaatkan kesempatan ini dari Rose kan? Karena mendengar temanmu akan menikahi pria kaya, kamu langsung mencari cara untuk menjilatnya kan?" Jawab Bibi Anum dari balik telepon. "Tidak Bi, ini sama sekali tidak seperti yang Bibi pikirkan. Aku mohon Bi, tolong bantu cari keberadaan Rose, kalau Rose tidak kembali aku benar benar harus menikahi Tuan Haykal. Tapi kalau Rose kembali, tentu Rose yang akan tetap menjadi Istri Tuan Haykal. " Ucap Alesha. "Baik aku akan mencarinya, tapi awas kalau kamu berbohong. Aku benar benar akan memberimu pelajaran nanti. " Jawab Bibi kemudian menutup teleponnya. Alesha kembali berusaha menelpon Rose dan beberapa teman yang dia kenal pernah berhubungan dengan Rose. Alesha berlari menuju Apartemen Rose dan mengetuk nya berulang kali. Malah yang keluar bukan Rose, melainkan Putri teman kosnya Rose. "Putri apa Rose sudah pulang? " Tanya Alesha langsung ketika Putri membuka pintu. "Tidak, dia bahkan tidak ada menghubungi ku sama sekali. Bukankah kalian kemarin pergi bersama? " Tanya Putri. "Iya tapi ketika sebelum dia menemui Putra, dia tidak mengabari ku lagi dan tidak menemuiku. " "Dia benar-benar tidak ada menghubungi ku, ah aku juga membuka lemarinya tadi, tapi sepertinya dia benar benar pergi ke tempat yang jauh. Lemarinya benar benar kosong total. " Lanjut Putri. Alesha menekan keras keningnya mendengar itu, Alesha Mengucapkan terima kasih kemudian pergi meninggalkan Putri. Sesekali dia melirik jam tangan nya, melihat setiap detik yang berjalan. Dia baru sadar waktu berjalan dengan cepat hari ini, tidak seperti biasanya ketika dikantor yang terasa sangat lama saat akan menunggu siang saja. Hari ini dia sengaja mengambil cuti lagi untuk mencari Rose. Ini benar benar hidup dan matinya. Dia bahkan pergi ke semua tempat yang pernah dikunjunginya bersama Rose. "Ahh!!!!!! Kumohon kembalilah Rose!!" Teriak Alesha, yang kemudian dia tidak sadar sudah meneteskan air matanya. "Ah club, benar, bukankah dia sering kesana? Oke aku akan kesana." Gumam Alesha pada dirinya sendiri. Sudah menunjukkan pukul 13.10 wib. Dia memberanikan diri untuk masuk ke tempat itu lagi, setelah kejadian pertama yang tidak mengenakan itu. Dan untuk kedua kalinya ini dia datang ketempat itu juga karena sahabatnya itu. "Kumohon, semoga tidak banyak orang didalam. dan kumohon semoga kamu ada didalam Rose" Gumam Alesha kemudian melangkahkan kakinya masuk ke club. Melepaskan pandangannya kesana kemari untuk mencari sosok sahabatnya itu. Seperti yang diinginkan, tempat ini tidak terlalu banyak orang disaat siang hari, hanya beberapa yang sedang asik minum di atas sofa dan didepan bartender. Alesha terus menelepon saat dia sudah berada di dalam club. Dia berjalan ke arah bartender dan mencoba menanyakan keberadaan Rose. "Maaf pak, saya ingin bertanya. Apakah anda ada melihat gadis ini dari kemarin?" Tanya Rose. "Maaf Nona, tidak. " Jawab Bartender itu singkat. "Ahh kemana lagi aku harus mencarinya? Ah, Mungkin saja dia menginap disini bersama Putra. Apa tidak masalah aku memeriksanya? kurasa tidak akan apa apa." Gumam Alesha dalam hatinya. Alesha kemudian memberanikan diri untuk berjalan ke lantai teratas dimana terdapat banyak kamar disana. Alesha membuka sedikit pintu yang tidak terkunci, benar benar pemandangan yang tidak enak dilihat. Dia menjauhkan pandangan setelah melihat tidak ada Rose didalam, kemudian melihat lagi kekamar lain tetapi tidak menemukan seorang pun disana. Sampai akhirnya, seorang laki laki menariknya masuk kedalam kamar. Alesha ingin berteriak tetapi mulutnya sudah ditutup oleh sebuah tangan besar itu. "Apa yang kamu lakukan disini? Apa kamu sudah gila mengintip kedalam kamar orang lain? " Ucap Haykal setengah berteriak. "Ah maaf, saya hanya.. " "Ah, hanya mencari temanmu itu? Apa perlu mencarinya kesini? Kamu pikir dia akan berani berada di club ini jika dia sudah melakukan kesalahan seperti itu? " Haykal memotong ucapan Alesha. "Saya tidak tahu, saya hanya mencoba segala cara untuk mencarinya. " "Atau kamu sangat menyukai tempat ini sehingga mencari alasan seperti itu. " Ucap Haykal dengan senyum nakalnya. "Tidak, ini adalah kedua kalinya saya kesini untuk mencari Rose setelah kejadian yang pertama itu. " Jawab Alesha cepat. "Ah kejadian itu, aku jadi merasa tidak enak mendengar kejadian memuakkan itu. Apakah kamu mau membuat hatiku senang? " "Ah, maaf saya tidak punya waktu untuk membuat hati anda senang sekarang, saya perlu menemukan Rose. " Jawab Alesha kemudian berjalan kearah pintu. "Apakah kamu sangat benci untuk menikah denganku? " Ucap Haykal yang terdengar ada amarah disana. Tanpa merasa takut sedikit pun Alesha menganggukkan kepalanya yang dapat dilihat oleh Haykal walaupun Alesha sedang membelakanginya. Dengan cepat Haykal menarik tangan Alesha untuk membuat gadis itu berada dihadapannya. Menggenggam kuat bahu Alesha sehingga Alesha mulai merasakan kesakitan. "Kamu akan jadi istriku, kamu tidak akan dapat lari dari ku mulai hari ini." Ucap Haykal yang kemudian Alesha memegang tangannya untuk melepaskannya. "Tuan tolong biarkan saya pergi." Jawab Alesha dengan wajah yang masih merasakan kesakitan itu. "Pergilah, cari dia keujung dunia. Kamu tetap akan menjadi milikku bagaimana pun itu. " Ucap Haykal kemudian mendorong Alesha kearah pintu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD