“Archel... Sepertinya Ayah akan menyerahkan tugas tentang masalah bangsa Cordict kepadamu, apa kamu bisa melakukannya?” tanya Axer yang sedang duduk di Sofa pada ruang utama mereka, Archel yang baru saja turun dari tangga awan itu langsung melirik ayahnya dengan berkedip-kedip bingung.
“Bangsa Cordict? Ah iya! Baiklah, Archel akan mengurusnya dengan benar,” jawab Archel dan melanjutkan turun dari tangga menuju ke dapur yang dimana disana ada Vallery yang sedang menyuci piring.
“Kamu kenapa tidak makan malam bersama Ibu dan Ayah?” tanya Vallery yang melihat kedatangan Archel.
“Archel tadi sedikit sibuk, Ibu. Jadi Archel tidak sempat turun karena pekerjaan yang sedikit lagi selesai.” Archel menjawab pertanyaan ibunya dan mengambil makanan yang ada di meja makan. Lalu membuka kulkas dan mengambil air dingin untuk minumnya nanti.
“Oh begitu, besok pagi Ibu akan interview para asisten yang akan bekerja dengan Ibu. Malamnya Ibu akan merekap semuanya, apa kamu punya waktu?” tanya Vallery dengan kepala yang memutar melihat putranya itu.
“Besok malam? Bisa kok, Bu. Archel ke atas dulu ya!” ucapnya dan langsung pergi, karena emang pekerjaannya masih banyak untuk dilakukan, ia harus meriset banyak hal, tidak lupa ia juga harus memperhatikan aktivitas bangsa Cordict malam ini dari kamera yang sudah dipasangnya tadi pagi bersama Delvin.
Vallery yang melihat anaknya itu sangat sibuk hanya tersenyum dan kembali melanjutkan menyuci piringnya, walaupun sebenarnya mereka memiliki robot untuk membantu mencuci piring, tetapi Vallery lebih memilih untuk menyucinya sendiri karena ia berpikir lebih bersih jika sebuah barang dibersihkan dan dikerjakan oleh manusia hidup.
***
“Seperti ada hal yang aneh...”
Archel melihat layar laptopnya yang seperti berubah posisi, awalnya ia tadi meninggalkan laptopnya dengan keadaan sedang membuka denah area bangsa Cordict, tetapi anehnya sekarang itu hanya memperlihatkan area dataran kosong yang ada sekitar beberapa mil dari pinggirn kota Vanxyere.
“Sudah jelas kan kalau ini diretas?” ucap Archel dan menghela napasnya panjang. Ia saat menatapnya pun tau kalau yang melakukan ini bangsa sebelah yang mungkin akan jadi musuh bebuyutannya.
“Bagaimana? Apa kau benar-benar masih ingin melakukan kekerasan dengan mereka?” tanya seseorang yang suaranya sangat Archel kenal.
“Kaget sialan!” umpat Archel dan menghadap ke belakang memutar kursinya, ia melihat Lia yang sedang menatapnya dengan tangan bersilang di dadanya, seakan dirinya telah melakukan sebuah kesalahan.
“Iya... aku ngaku salah,” ucap Archel dan menatap ke bawah, ia tidak berani melihat perempuan yang menyeramkan di depannya itu.
“Apa menurutmu minta maaf cukup? Aku sudah berbicara dengan mereka tadi sore dan inti dari pembicaraan itu mereka tidak ingin berdamai,” ungkap Lia membuang napasnya secara perlahan dan berat, lalu ia duduk di tempat tidur Archel dengan melemaskan bahunya lelah.
“Maksudmu?” tanya Archel saat mendengar Lia ternyata sudah maju tanpa aba-aba. Rasa penasaran dan adrenalin dalam dirinya langsung bangkit.
“Yah... Mereka tidak suka dengan keberadaan kita dan ingin memusnahkan kita, awalnya mereka ingin berniat untuk berdamai, tetapi karena kau menculik salah satu dari mereka, semuanya jadi kacau dan mereka marah besar.”
“Apa? Apa mereka nggak sadar telah melakukan kejahatan juga terhadap sesama kita?” Archel mulai tersulut emosi, ia semakin geram dengan bangsa Cordict yang tidak tau diuntung itu.
“Ar... dengar aku dulu,” lirih Lia mulai khawatir melihat Archel.
“Nggak bisa, Li. Kau kira semuanya akan baik-baik saja kalau kita masih bersikap tenang dan lembut?”
Lia menatap datar Archel dan berdiri, lalu ia pergi ke belakang Archel dan mendekatkan wajahnya ke wajah Archel.
“Sebaiknya kau matikan dulu laptopmu, mereka bisa mendengar pembicaraan kita,” bisik Lia.
Archel yang mendengarnya langsung tersadar dan memutar kursinya kembali membuat dirinya menghadap ke arah laptop, ia langsung mematikan paksa laptopnya dan menutupnya cepat.
“Kenapa kau tidak memberitahuku sedari awal?”
“Aku juga baru tersadar,” jawab Lia dan kembali duduk di tempat tidur Archel dengan tenang.
“Jadi kau mau kita bagaimana?’ ucap Archel akhirnya mulai mengalah dan memilih mendengarkan pendapat temannya itu.
“Besok pagi aku akan menyampaikan semua pendapatku kepada para Hexaint,” ucap Lia.
“Terus? Kau kenapa datang ke kamarku? Dan bagaimana caramu masuk tiba-tiba?” tanya Archel memicingkan matanya curiga.
“Aku? Yah menggunakan portal, aku tau itu ilegal, tetapi ini mendesak makanya aku mencoba saja. Lagian aku tau kau pasti sedang bekerja dan bukan melakukan hal yang aneh,” terang Lia dengan tersenyum dan kembali berdiri, ia juga mengeluarkan sebuah alat berbentuk lingkaran untuk balik ke rumahnya menggunakan portal.
“Hal aneh apa maksudmu? Ah iya, bagaimana kau bisa menggunakan portal di kamarku?” tanya Archel dan mengernyit aneh, sejujurnya ia belum tau cara seperti yang dilakukan Lia, bagaimana bisa Lia melakukannya dengan mudah?
“Asal kau tau Ar... tujuanku berbicara baik-baik dengan mereka tadi sore bukan hanya untuk membicarakan tentang perdamaian. Tetapi hal yang terjadi sebenarnya aku bersandiwara dan mengambil semua resep teknologi mereka.
Archel tentu saja kaget mendengarnya, “Apa? Bagaimana kau bisa melakukan itu semu-“
“Besok akan kujelaskan kepada kalian semua, sampai jumpa!” seru Lia dan melambaikan tangannya memasuki portal, lalu menghilang dalam sekejap.
“Apa aku melewatkan sesuatu yang sangat penting?” gumam Archel dan langsung naik ke tempat tidurnya untuk menidurkan dirinya, ia sudah lelah hanya dengan mendengar cerita Lia pada hari ini.
***
“Vian dimana?” tanya William yang baru balik dari portal dan melihat kesana kemari.
“Vian? Bukannya dia ada di dapur?” tanya Selvi tidak yakin.
“Apa kalian tidak menjaganya? Apa kalian lupa kalau dia masih punya napsu untuk memakan manusia?” tanya William yang membuat kedua temannya itu berdiri dan membuka portal mereka masing-masing untuk mencari Vian sebelum terlambat.
“Kenapa kau tidak berkata sedari tadi?” ucap Driad dan setelahnya langsung masuk ke portal.
“Kenapa jadi aku yang disalahkan?” ujar William di tempat yang sekarang hanya ada dia seorang.
“Ah iya, sebaiknya aku juga harus ikut mencari si bodoh itu!”
William kembali membuka portalnya dan ikut mencari temannya yang hilang tanpa kabar itu, kalau ditanya bagaimana William bisa tau Vian hilang, itu semua karena William memiliki kemampuan alami yang dapat merasakan keberadaan temannya. Saat ia ingin balik dan membuka portalnya menuju ke kamar hotel, saat itupula ia merasakan keberadaan Vian yang seperti hilang dan lenyap. Makanya saat masuk ia langsung membertahukan hal itu kepada Driad dan Selvi.
***
“Apa mereka sedang mencoba membodohi kita?” ucap salah seorang dengan nada yang terdengar kesal.
“Tidak, mereka emang bodoh dan tidak ada niat untuk membodohi kita. Sebaiknya kita cari cara untuk menghentikan mereka, dari laporan yang ada, bukankah mereka yang memegang peranan penting di kota Vanxyere? Itu bagus, mereka akan sangat mudah untuk dibunuh,” ucap salah seorang yang lebih tua dan beribawa.
“Seperti itu? Ah baiklah, aku akan memberitahukan hal ini ke pusat informasi,” ujarnya dan mengakhiri pembicaraan mereka pada saat itu.