KAMILA – 5

739 Words
Happy Reading and Enjoy         Mila menatap gedung tinggi di depannya nanar, Jericho dengan santai mengendarai mobil mini milik Mila seolah tak terganggu dengan perubahan sikap Mila. Tentu saja, Mila merasa bahwa dirinya kembali pada masa-masa pernikahannya dengan Jericho.         Gedung ini adalah gedung yang sama dimana mereka lebih banyak menghabiskan waktu bersama, juga dengan Mia yang hanya sampai berusia 9 tahun kala itu.         Basement khusus untuk pemilik unit apartemen sudah di sediakan, dan Mila sama sekali tak melihat perubahan ditiap sudut gedung tinggi ini.         “Aku… nganter sampai sini aja” kata Mila pelan sembari mempertahankan nada suaranya, ia yakin pertahanannya akan runtuh sebentar lagi. Kenangan-kenangan masa lalu silih berganti masuk kedalam kepalanya.         “Kamu yakin?” Tanya Jericho.         “Ma… udah 5 tahun Mia nggak makan-malam bareng sama keluarga lengkap Mia” suara Mia yang terdengar sedih membuat Mila menghela nafas pelan. Mila tak pernah tau rasanya menjadi anak di tengah keluarga broken home. Yuni dan Dani sangat amat menyayanginya, bahkan sampai saat ini. Tapi ia yakin rasanya sangat tidak menyenangkan hidup di tengah kedua orang tua yang berpisah.         “Oke” bisik Mila pelan, menerbitkan senyuman di bibir Mia.         “Mia sayang Mama” di kecupnya pipi Mila singkat.         Mia dengan riang menapaki lantai dan memasuki lift yang sudah terbuka, menunggu kedua orang tuanya yang tengah berjalan bersisihan memasuki lift. Gadis itu langsung menyelipkan kedua tangannya pada lengan kedua orang tuanya yang tengah berdiri di sampingnya.         “Mia seneng, akhirnya doa Mia terkabul, bisa menghabiskan waktu bareng sama mama, papa lagi” suara riang Mia benar benar membuat jantung Mila teremas. Nyatanya, kehadirannya saja tak cukup untuk menggantikan sosok Papa di hidup Mia.         Mila menoleh ke sisi kirinya, menatap dinding besi itu nanar, berusaha menahan air matanya yang mendesak ingin keluar.         Seberapa terlukanya Mia selama ini?                                                                                                 ***         Jericho berjalan dengan kaki t*******g, mendekati Mila yang tengah melipat kedua tangannya di depan d**a dan matanya menatap pada gemerlap lampu malam berpendar cantik ketika dilihat dari atas.         “Aku fikir kamu menjual apartemen ini” kata Mila, kadang tingkat sensitifitas pendengarannya cukup mengganggu, namun terkadang juga cukup berguna.         Jerico ikut memandang langit malam di luar sana, tempat ini adalah tempat kesukaan Mila ketika sedang membaca novelnya.         “Terlalu banyak kenangan di rumah ini” Ya… Bagi Jericho, ini adalah rumahnya. Rumah dimana ia memiliki sejuta kenangan bersama mantan istri yang bahkan sampai sekarang masih di cintainya.         Dulu… ia egois dengan tetap memilih pergi ke London untuk melanjutkan karier’nya sebagai seorang arsitek di sebuah perusahaan besar disana. Namun… ia kembali merasa egois jika kini ia menginginkan Kamila untuk kedua kalinya.         “Ya… aku ingat bagaimana repotnya kita saat dulu Mia baru lahir” kata Mila dengan suara tawa kecil diujung kalimatnya. Mila sangat ingat bagaimana Jericho mau berbagi peran dengannya, kadang Jericho ikut begadang jika Mia sedang rewel tiak ingin tidur.         “Aku merasa bersalah sama Mia” helaan nafas lolos dari bibir Jericho. “Waktu Mia tadi bilang kalau dia senang, rasanya aku pengen nangis, aku merasa aku yang paling egois disini” lanjut Jericho dengan rasa bersalah yang luar biasa.         Andai dulu dia tak mengambil tawaran yang di berikan oleh teman kuliahnya dulu untuk melanjutkan karier di London, mungkin Mia sudah memiliki satu atau dua adik sekarang ini.         “Aku juga merasa bersalah, karena memilih untuk tinggal ketimbang ikut kamu waktu itu” Mila tak mau ikut kala itu, dan dia juga tak ingin berpisah dengan kedua orang tuanya, Yuni dan Dani hanya memilikinya seorang. Dan keputusan yang paling tepat adalah berpisah, walaupun rasanya menyesakkan, bahkan hingga saat ini ketika Mila kembali mengingat kenangan-kenangan dulu.         Dani menentang keras perceraian mereka kala itu, namun Mila memberikan pengertian, mengatakan kalau mereka sudah tak cocok lagi.         Jericho memutar tubuhnya agar dia bisa menatap Mila yang masih menatap kedepan, selama beberapa menit. Mila yang menyadari itu, langsung ikut memutar tubuhnya menghadap Jericho. Mereka tau, mereka saling merindukan, hidup bersama selama 10 tahun di tambah satu tahun pacaran jelas tak bisa membuat cinta keduanya luntur walau sudah terpisah begitu lama.         Jericho bergerak mendekati Mila, mengikis jarak antara keduanya, sedangkan Mila hanya diam bergeming menatap mata coklat kesukaannya itu. Tangan Jericho bergerak menangkup pipi Mila, dan dirasa tak ada penolakan pria itu dengan rakus menyecap bibir yang selama ini ia rindukan.         Mila yang mulanya hanya diam tak melakukan apapun mulai terbuai dan tangannya meremas rambut pirang Jericho dengan pelan.         “Ma… Pa… kalian dimana?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD