PART 1 - KEPERGIAN SALMA
TERSESAT RINDU.
PART 1 - KEPERGIAN SALMA.
POV Safa Aira.
Mobil taxi yang kupesan berhenti tepat di depan lobby sebuah rumah sakit swasta.
Berulang kali kupastikan aku tidak salah alamat. Rumah Sakit Mutiara Suci.
Setelah membayar sesuai harga yang tertera di argo, aku segera keluar dari mobil.
Kupercepat langkah di lorong rumah sakit. Hanya satu yang aku tuju, ruang UGD. Belum sebulan aku tinggal dikota ini, bisa sampai di rumah sakit ini saja sudah membuat aku tak henti berucap syukur. Dengan d**a berdebar dan lutut yang hampir gemetar, demi membayangkan situasi apa yang akan kutemui nanti.
Aku bagai orang linglung karena tidak tahu harus bagaimana.
Kemudian aku mengingat. Ruang UGD.
Aku harus mencari Ruang UGD. Tapi bagaimana aku mencarinya?
Kulihat dari jauh serombongan orang berjalan melaluiku.
Beberapa diantaranya kulihat memakai seragam perawat.
Mungkin mereka bisa membantuku.
Kucoba bertanya pada salah satu perawat yang lewat didepanku.
“Suster. Hmmm, maaf. Ruang UGD dimana ya?”
Suster yang ber-tag nama Dewi menoleh ke arahku. Kuyakin ia bisa merasakan suaraku yang agak gemetar.
“Mbak bisa ikuti jalan ini, lalu belok kanan, terus saja. Nanti akan ketemu Ruang UGD. Itu ada arah penunjuk jalan. Mbak bisa ikuti jika masih bingung,” tunjuknya.
Kuikuti arahannya dan mengangguk. Ternyata jelas ada keterangan sebagai petunjuk arah menuju ruang UGD.
“Terima kasih ya suster.”
“Sama-sama Mbak.”
Lalu suster itu kembali jalan melewatiku.
Kenapa tadi aku seperti orang buta? Tidak memperhatikan tulisan yang ada. Mungkin karena aku gugup.
Siapa yang tak gugup saat mendapati chatt dari suami tercinta jika harus segera menuju rumah sakit, ruang UGD.
Buyarlah sudah acara yang sudah kupersiapkan malam ini. Anniversary akad nikah kami yang sebulan tepatnya.
Pagi tadi aku masih semangat pergi ke pasar, berbelanja kebutuhan hari ini.
Hari ini tepatnya kami melakukan ijab kabul satu bulan lalu.
Pagi-pagi aku diantar asisten rumah tangga berbelanja ke pasar.
Setelah dari pasar, aku bahkan mengolah sendiri semuanya. Menu yang kupersiapkan terdiri dari beberapa sayur dan lauk pauk, bahkan aku memasak menu kesukaan suamiku.
Aku hanya ingin memberikan kejutan untuk suamiku.
Suamiku orang yang sangat sibuk. Aku yakin dia lupa akan hari ini. Biasanya orang akan merayakan satu tahun anniversary mereka. Gak apa kan kalau aku ingin merayakan hari jadi yang pertama dalam sebulan pernikahan kami.
Tapi kini aku tidak yakin semua akan berjalan seperti yang telah aku rancang.
Masakan yang sudah kusiapkan sejak pagi, entah apa masih bisa lagi kutelan.
Belum lagi sebuah cake kecil yang sudah kutata di tengah hidangan.
Aku bahkan harus mencari cake yang indah untuk perayaan kecil-kecilan.
Hingga cake berbentuk love dan berwarna pink yang aku pilih untuk acara malam ini.
Semua sudah siap, bahkan aku sudah berdandan secantik mungkin untuk menyambut kedatangan suamiku.
Namun, aku yang tengah duduk di depan televisi sore itu, justru terkejut ketika menerima sebuah pesan singkat.
Aku kecelakaan. Rumah Sakit Mutiara Suci. Ruang Unit Gawat Darurat (UGD).
Demi Tuhan rasanya jantungku terasa lepas membacanya.
Aku sudah membayangkan yang tidak-tidak mengenai suamiku.
Kecelakaan? Kecelakaan seperti apa yang menimpa suamiku?
Dan tanpa pikir panjang aku langsung menyetop taxi yang kebetulan lewat depan rumah.
Dengan rasa yang khawatir tingkat tinggi, kini aku memasuki ruang UGD. Semoga suamiku tidak, ah memikirkannya saja aku tidak mampu. Mudah-mudahan yang memberi kabar itu benar suamiku, bukan orang lain. Semoga suamiku benar masih sehat dan dia masih sanggup mengetik pesan.
Kumohon Ya Tuhan sekalipun ia luka-luka, jangan terlalu parah. Kalau bisa jangan sampai ada luka di tubuhnya. Begitu doa yang tak henti ku panjatkan sejak dalam perjalanan kemari.
Hiruk pikuk ruang UGD langsung menyambutku. Ditambah bau obat yang hampir membuatku mual.
Aku mengedarkan pandangan, barangkali bisa menemukan sosok suamiku. Tapi setelah aku melarikan pandangan tak ada satu sosokpun yang seperti suamiku, entah kalau yang tertutup tirai itu. Tapi apakah bisa aku buka? Atau sebaiknya aku bertanya saja pada perawat.
Aku melangkah ke arah beberapa perawat yang sibuk di dekat meja informasi, tak mungkin aku bertanya pada perawat yang hilir mudik. Mereka teramat sibuk melayani pasien. Ini adalah pengalaman pertama aku ke rumah sakit.
“Maaf sus, saya mau tanya ....”
Belum selesai aku berbicara, aku dikejutkan oleh suara.
“Gak mungkin dok, bangun Salma! Bangun! Kamu gak boleh pergi!”
Sontak pandanganku terarah ke asal suara.
Sebuah tirai tersingkap. Tirai yang tadi tertutup rapat. Aku melihatnya. Suamiku disana, sedang memeluk sesosok tubuh yang sudah tertutup selimut. Namun, aku masih melihat suamiku memaksa membuka selimut yang semula sudah ditutup oleh dokter.
“Kami sudah berusaha Pak,” ucap seorang Dokter yang berdiri di samping tubuh yang terbaring itu, yang kukenali sebagai Salma, sepupu suamiku. Lalu Dokter itu melangkah pergi, meninggalkan ranjang yang masih ditempati Salma, tepatnya Almarhumah Salma.
Ina Lillahi Wa Ina Ilaihi Rojiun.
Salma meninggal. Gadis cantik yang selalu menebar senyum itu meninggal? Aku memang belum begitu mengenalnya. Namun, tetap sedih mendapati salah satu kerabat dari suamiku meninggal dunia. Apalagi Salma gadis yang sangat ramah dan murah senyum. Ia bahkan selalu baik padaku padahal kamu belum lama kenal.
Aku segera melangkah ke arah suamiku. Tapi, baru beberapa langkah, aku mendadak terdiam mendengar suara yang keluar dari mulut suamiku berikutnya.
“Bangun Salma, kamu bilang kamu cinta sama aku! Kenapa kamu justru pergi ninggalin aku.”
Terasa tersiram air dingin aku mendengar pengakuan seorang laki-laki yang belum satu bulan mengikrarkan diri menjadi suamiku.
Kulihat bagaimana suamiku memeluk tubuh itu dengan suara menyayat hati. Suamiku menangis?
“Maafkan aku Salma, maafkan aku. Gak seharusnya ini terjadi. Kalau kamu cinta sama aku, kamu gak mungkin pergi, aku masih mencintaimu Salma,” rintihnya.
Bagai patung aku tetap berdiri, seolah penampakan dihadapan mata adalah tontonan sinetron yang biasa kulihat di salah satu stasiun televisi swasta.
Suamiku bahkan mengecup berkali-kali kepala Salma. Aku seperti tertarik ke lorong yang entah akan membawa tubuhku kemana.
Suamiku mencintai Salma? Tidak, koreksi! Salma juga mencintai Suamiku? Itu berarti mereka saling mencintai? Lalu aku? Pernikahan kami?
Berbagai macam pikiran berkecamuk, bahkan aku tak sadar saat tubuhku tertabrak orang, lalu semua terjadi.
“Salma, anakku!”
Jeritan terdengar di telingaku sebelah kanan. Aku memutar kepala secara cepat, dan aku bahkan harus menahan napas.
Semua terasa cepat dan aku tak sempat untuk sadar saat semua terjadi di depan mata.
Jeritan, baku hantam terjadi didepan mataku. Aku bahkan bingung harus berbuat apa.
Yang aku tahu berikutnya datang beberapa security memisahkan mereka.
Security berhasil memisahkan tubuh suamiku yang ternyata dihajar habis-habisan oleh Ayahnya Salma, saat itulah mata kami bertemu.
Saat tubuh suamiku jatuh tepat di depan kakiku
Mataku menatap mata yang sudah basah oleh air mata dan darah, juga wajah babak belurnya.
“Safa?”
Pen Name : HERNI RAFAEL.
Judul : TERSESAT RINDU.
Link : https://m.dreame.com/n****+/Br97UKH4+/KVPNtq7tQ80w==.html