Titik Terang

Hidup adalah sebuah cahaya. Cahaya itu dapat memberikan sorotan kepada semua orang. Sorotan itulah yang akan menentukan kemana arah perjalanan yang akan kita tempuh. Mudah atau sulitnya perjalanan itu tergantung dari apa yang kita pilih. Apakah kita akan memilih untuk berjalan ke arah cahaya itu atau justru memilih untuk berteman dengan kegelapan dan rasa sepi? Seperti saat ini hujan turun dengan derasnya. Aku sedang termenung di balik jendela sambil menatap langit yang sedang mencurahkan segala keluh kesahnya. Tak terasa air mataku perlahan mengalir dan menetes membasahi foto cinta pertamaku yang saat itu ada di genggaman tanganku. Ingatanku kembali lagi ke masa lima tahun yang lalu. Saat itu aku menyukai seorang wanita.Nama wanita itu adalah Natasya.Dia sangat cantik,baik,dan lembut.Aku menyukainya sejak lama.Kami adalah teman masa kecil.Kami Sangat dekat dan perhatian satu sama lain.Bahkan,kami juga mengenakan gelang yang sama sebagai pengikat hubungan diantara kita. Tapi semua kenangan indah itu harus sirna seketika saat itu juga karna tanpa sadarku justru aku sendirilah yang menghancurkannya. Aku terpaksa harus meninggalkan cinta pertamaku hanya karna suatu alasan. Alasan yang begitu sulit dan bahkan tak akan pernah bisa kujelaskan.Aku menangis sejadi-jadinya, karna rasanya begitu sakit dan sulit. Aku begitu putus asa karena tidak menemukan keberadaannya bahkan sampai saat ini. Aku selalu mencoba untuk melupakannya, tapi aku tak bisa. Bahkan, disaat aku mulai mengingkari perasaanku, bayangannya terasa semakin nyata. Disaat tengah terpaku oleh pikiran yang mengisi benak ku, tiba-tiba saja mamah memanggilku.. "Ahmad..." panggilan mama menyadarkanku dari lamunan. "Ayo turun!!!" Lanjutnya. "Iyaa, mah" ujar aku yang menuruti perintahnya. "Mamah udah membuat sarapan ayo kita makan bersama!" Suruhnya pelan. "Mamah ingin berangkat kerja, kamu jaga rumah baik-baik ya!" "Iya mah." Jawabnya menuruti perintahnya. Aku seorang anak lelaki yang hidup bersama dengan empat bersaudara. Awalnya aku hanya memiliki seorang kakak, tetapi orang tuaku juga membesarkan anak dari kakak ibuku yang ditinggal ibunya saat masih kecil. Mereka sudah kuanggap sebagai saudara kandungku, begitu pula dengan kedua orang tuaku. Mereka sangat menyayangi kami dan tidak pernah membedakan kami satu sama lain. Nama ketiga kakakku adalah Arista, April, dan Briand. Semua kakakku berada di luar kota, begitu juga dengan ayahku yang bekerja di luar kota dan jarang pulang ke rumah. Jadi, hanya ada aku dan mamah di rumah. Tahun ini, aku sudah tamat SMA tetapi, aku bingung harus bagaimana dan harus berbuat apa untuk setelahnya. Aku tidak punya impian, harapan, ataupun angan. Hari demi hari kulalui dengan berbalut rasa sepi, sedih, dan sunyi. Aku sudah kehilangan arah dan pegangan hidupku.Jiwaku terasa mati. Tahun ajaran baru sudah lewat dan aku menolak tiga universitas yang memanggilku. Dalam pikiranku tidak ada lagi gambaran yang jelas tentang apa itu arti hidup, yang aku tahu hanya satu hal, yaitu mencari keberadaan wanita yang aku cintai. Aku merasa semua yang kumiliki menghilang dan pergi. Aku bahkan tidak punya teman ataupun sahabat. Apakah ini yang dinamakan Hampa? Bagiku, hampa adalah kesepian dan kesendirian yang akan terus berlanjut sampai titik dimana aku bisa menemukan kembali wanita yang kucintai. Aku tidak peduli apakah cinta ini nantinya akan berbalas atau tidak. Aku hanya ingin bertemu dengannya sekali saja walaupun hanya satu detik. Aku benar-benar merindukannya.