3_hari pernikahan

1036 Words
Zera menundukkan wajahnya saat melihat raut wak bahagia Amora dan juga Arlan diatas pelaminan. Pria itu seolah tidak merasa bersalah sedikitpun meski ia pernah menyangkal mati-matian jika dirinya dan Amora benar-benar tidak memiliki hubungan. "b******k!" Dengus Zera kesal sambil meremas gaun malamnya. Zera membalikkan badannya berniat untuk menjauh dari pelaminan dan sayangnya teriakan Amora membuatnya menghentikan langkahnya. "Zera apa kau tidak ingin berfoto bersama kami?" Zera menggigit bibir bawahnya,ia mencoba merubah raut wajahnya menjadi bahagia meski didalam hati ia mengumpat kesal adik beserta mantan kekasihnya. "Ayo sini!" Panggil Amora lagi dan sialnya nenek sihir yang selalu berhasil membuatnya kesal juga berdiri disana sembari menunjukkan senyum sengit kepadanya. "Ayo! Dengan abang!" Angga merangkul bahu Zera lalu mengajaknya menghampiri Amora. "Apa aku juga boleh ikut?" Zera dan Angga segera menatap pria yang berdiri sambil melambaikan tangannya. Siapa lagi kalau bukan Rigel Hanslan. Angga mengangguk. "Ayo! Akan lebih seru jika ada kau disini." Amora terlihat kesal melihat keakraban Rigel,Angga dan juga Zera. Sebenarnya Rigel lah yang menjadi targetnya namun ia berpindah haluan karena ia ingin melihat Zera terluka,menangis bahkan sengsara. Keinginannya terpaksa ia tunda demi merebut calon suami Zera. Arlan Fernando,pengusaha kaya yang juga tidak kalah tampan dengan Rigel,namun tetap lebih tampan Rigel dibandingkan dengan Arlan. Itu menurut Amora. "Sebaiknya kau berdiri disamping suamiku saja Zera." Amora sepertinya sengaja menekan nama suami,agar Zera benar-benar terluka saat mendengarnya. Zera mengangguk,sungguh ia ingin menangis kali ini,melihat Arlan yang begitu tampan. Zera seakan ingin berteriak kencang,sekelibat kenangan mereka saat berpacaran membuat Zera semakin tertekan dan sedih tentunya. Empat tahun bukan waktu yang singkat,menghabiskan malam bersama,menyusuri kebahagiaan dan juga kesedihan bersama bahkan Arlan pernah membuatnya bahagia,sangat bahagia hingga Zera tak bisa lagi mengungkapkan dengan kata-kata. Rigel sengaja menggenggam tangan Zera saat Arlan mencoba meraih tangan Zera yang berada tepat disampingnya. "Kau berdiri tepat disampingku saja. Little pig!" Wajah Arlan lesu seketika saat melihat Rigel yang semakin perhatian terhadap Zera. Rigel bukan tadingannya,Riger terlalu tampan dan mapan,harusnya ia rela jika Zera bersama Rigel setidaknya wanita yang ia cintai tidak lagi terluka karenanya. Dan yang membuat Arlan menyesal adalah! Dia pernah termakan kata-kata manis Amora! Wanita berhati iblis berparas malaikat. Sungguh Arlan menyesal! Jika Arlan bisa memutar waktu,Dia--- Arlan Fernando tidak akan terjebak cinta sesaat Amora Wijaya,gadis licik yang mampu memperdayainya. "Cisss!!" Kamera menyala dan yah! Zera berusaha sebisa mungkin menunjukkan senyumnya meski sulit. Dadanya terasa sesak dan perasaannya menghampa seketika saat melihat senyum Arlan yang nampak--- Bahagia? Mungkin! "Bisa lepaskan tangannya?" Rigel menatap genggaman tangannya lalu mengibaskan tangan Zera dengan sangat kasar. "Harusnya kau berterimakasih kepadaku little pig!" Sabar! Sabar Zera. Bukankah kepala babi selalu membuatmu kesal? So abaikan saja! Abaikan. Dengusnya sambil mengusap-ngusap dadanya. Zera membalikkan tubuhnya lalu menghentakkan kakinya kesal. Sungguh hanya Rigel yang mampu membuatnya kesal setengah mati. Andai saja ia bisa menendang b****g sexynya mungkin akan Zera lakukan sekarang juga. Eh? Tunggu! Apa? b****g sexy? Zera segera menggelengkan kepalanya. Benar-benar tidak waras dirinya kali ini. Bagaimana bisa ia memikirkan b****g sexy Rigel. Dokter c***l yang selalu berhasil membuatnya kesal. "Zera!" Panggil Kent. Zera menatap sang adik yang duduk tepat dipojok ruangan. Ia duduk sendiri sembari menikmati sepotong kue panekuk yang juga tersedia dimeja saji. "Kemarilah! Aku sudah membawakanmu ice cream." Ucapnya lagi sambil menunjukkan segelas ice cream yang menggoda seleranya. Zera tersenyum senang lalu melangkah mendekati Kent. "Kau memang adik yang terbaik!" Seru Zera sambil meraih gelas berisi ice cream vanila kesukaannya. Kenk menepuk dadanya pelan. "Kent gitu loch!! Cowok tampan yang tiada banding!" Sombongnya. "Iye! Iye! Serah kamu deh upil anoa!" Kent mengerucutkan bibirnya kesal. "Mana ada upil anoa setampan Kent." Zera terkekeh. "Iya..iya Adik Zera yang tampan. Tumben banget baik sama kakaknya. Gak ngejailin lagi! Kayaknya ada aroma-aroma permintaan nih!" Kent segera meletakkan piringnya lalu menatap Zera dengan mata berbinar. "Tau aja upik abu!" Zera memutar bola matanya malas. Ia tau kebiasaan Kent yang selalu menyebalkan jika sedang mode meminta sesuatu. "Zera beliin Kent sepeda gunung donk!" Rengeknya sambil menatap Zera dengan pupil menggemaskan. Mana bisa Zera menolak kalau sudah menunjukkan tampang terimutnya. "Iya! Nanti Zera belikan." Kent bersorak girang. "Beneran?" "Ehm!" Zera meletakkan gelas ice cream yang sudah kosong. "Tapi nanti kalo bonus tahunan Zera keluar." "Kapan?" "Tahun depan!" "Babi najis! Nenek kriting juga gak bakalan jadi nenek lurus kalau gini!" Umpatnya kesal. Dan itu berhasil membuat Zera terbahak hingga mengeluarkan air matanya,ia sungguh bahagia melihat kekesalan adiknya namun ia akan segera memberikan apa yang Kent minta setelah menggoda adik bontotnya habis-habisan. Sebenarnya Kent minta pun kepada sang ayah pastilah dituruti namun Kent dan juga Angga tidak menginginkan itu,mereka lebih suka merengek kepada Zera dan menggoda saudaranya itu hingga kesal. Karena apa? Karena mereka sangat menyayangi Zera lebih dari apapun. Meski keluarga besar mereka membeci Zera namun Kent dan Angga sangat mencintai saudaranya itu. Hanya Kent dan Angga yang menganggapnya ada. Selebihnya! Hanya menganggap Zera bayangan setan semata. Menyedihkan! "Upik abu kenapa?" Satu lagi pria yang selalu membuatnya ingin mengulitinya hidup-hidup. Siapa lagi kalau bukan--- "Kak Angga! Zera gak mau beliin Kent sepeda gunung!" Adu Kent. "Wah...benarkah?" "Emh!!" Angga menjitak kepala Kent,membuat pria itu meringis kesal. "makanya kerja. Jangan bisanya minta-minta." Kent lagi-lagi mengerucutkan bibirnya. Namun tiba-tiba saja suara manusia yang sangat tidak mereka harapkan ikut bergabung bersama mereka. "Nanti biar kak Arlan yang membelikan kamu sepeda gunung Kent." Kent dan Angga segera memalingkan wajahnya saat Amora ikut serta dalam perbincangan mereka. "Sepertinya ada setan yang ikut serta ya kak Angga!" Angga mengangguk lalu segera berdiri dari duduknya,meraih tangan Zera dan segera mengajak Kent juga Zera meninggalkan meja tempat mereka berbincang. "Yuk ketaman saja! Disini hawanya serem. Banyak setan suka nikung!!" Amora menghentakkan kakinya kesal. "Kalian bertiga yang setan!" Kent dan Angga terkikik mendengar nada kesal Amora. Meski mereka juga saudara namun sifat Amora yang selalu iri kepada Zera membuat Angga dan juga Kent kesal setengah mati. Bahkan karena perasaan irinya,Amora pernah hampir melukai Zera. Bukankah itu sudah pantas menjadikan alasan untuk membenci Amora? Sepertinya sudah sangat pantas dan sampai kapanpun. Angga dan Kent tidak akan bisa memaafkan Amora karena gadis itu selalu berhasil membuatnya kesal setengah mati. Sungguh! Bersambung....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD