Hadden menatap punggung Ema yang menjauh. Ia kemudian segera menghubungi seseorang sambil menginjak tubuh laki-laki brengesek yang hampir saja memperkosa Ema.
"Selamat malam Tuan, saya harus apakan laki-laki yang hampir saja memperkosa Nyonya?" tanya Hadden membuat laki-laki yang masih berada di negaranya itu ingin sangat marah.
"Bunuh dia, tidak ada satupun laki-laki yang bisa menyakiti Emaku!" ucap Aron.
"Baik Tuan!" ucap Hadden dan ia segera menyuntikkan sesuatu di lengan laki-laki itu.
Suntikan itu berisi racun yang bisa menyebabkan serangan jantung. Jika dokter mencari penyebab kematian laki-laki ini pasti mengatakan laki-laki ini terkena serangan jantung karena racun tidak akan bisa didekteksi mereka. Racun ciptaan Dokter Darren memang sangat luar biasa ganasnya. Hanya orang-orang dari kelompoknya yang terpecaya untuk menggunakan racun itu dan membunuh semua musuh-musuh mereka dengan mudah.
Hadden merupakan salah satu perawat yang bekerja kepada keluarga Cristopher sejak lama. Dia telah bekerja dirumah sakit ini selama dua tahun. Klan Cristopher memang memiliki banyak pengikut yang berada di berbagai negara. Haden kemudian menyemprotkan cairan ditubuh laki-laki itu agar sidik jarinya dan juga sidik jari Ema hilang. Ia kemudian mencari cctv untuk memastikan tidak ada bukti yang tertinggal.
Hadden mengangkat ponselnya meminta para penjaga yang bertugas menjaga Ema bisa memperketat penjagaan mereka, jika tidak ingin mati ditangan tuannya. Keluarga Cristopher memang terkenal kejam, apalagi bagi orang-orang atau kelompok yang menentang keinginan mereka. Bahkan calon presiden juga sering meminta bantuan politik kepada klan Cristopher jika ingin memenangkan pemilu.
Sementara itu Ema yang merasa sangat ketakutan dan ia mempercepat langkahnya agar ia segera sampai di Apartemen. Ema menekan kunci akses pintu apartemenya dan saat pintu terbuka ia melihat Amora terelap di sofa sambil memeluk bonekanya dengan Tv yang masih menyala.
Ema meneteskan air matanya dan ingin memeluk putrinya itu tapi ia ingat perlakuan laki-laki b******k yang hampir saja memperkosanya membuatnya segera menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Tangis Ema kembali pecah mengingat kejadian tadi. Ia sangat takut jika tadi dia menjadi korban p*********n, ia tidak ingin terlihat sedih dan takut didepan putri kecilnya dan memilih untuk menangis sendiri saat putrinya itu terlelap.
Setelah menangsi dan membersikan tubuhnya, Ema segera mengambil bajunya didalam lemari. Lagi-lagi ia tidak mengetahui bahwa saat ini pergerakannya sedang diamati seorang pria dari jarak jauh. Laki-laki yang selalu mencarinya dan berharap bisa kembali memeluknya.
Ema membuka lemari es dan mengambil telur lalu ia menggorengnya. Setelah selesai memasak Ema meletakannya diatas piring lalu ia duduk di kursi makan. Ema memakan makanannya dengan pelan dan air matanya kembali menetes membuat Aron menatap laptopnya dengan tatapan sendu.
Setiap sudut didalam Apartemen ini dipasang camera yang bentuknya sangat kecil namun memiliki resolusi yang tinggi. Aron juga telah membeli gedung Apartemen ini dan ia bisa saja mengusir semua penghuninya jika ia mau. Tapi ia tidak ingin Ema curiga dan bisa menebak jika itu ulahnya. Aron juga akan memberikan diskon lima puluh persen kepada Ema untuk harga sewa berikutnya. Agar Ema juga tidak curiga Aron bahkan memberikan seluruh diskon untuk penyewa Apartemen ini.
Setelah selesai makan, Ema segera mencuci piringnya lalu ia mendekati putrinya yang masih terlelap. Ema menggendong Amora dan membawa Amora ke kamarnya. Ia membaringkan Amora diranjang dan ia juga ikut berbaring sambil memeluk Amora.
"Maafkan Mama nak belum bisa memberi yang terbaik padamu. Mama hiks...hiks... ". Ema tidak sanggup menceritakan apa yang ia alami. Tidak ada orang yang melindunginya, karena ia hanya memiliki Amora putri kecilnya yang harus ia lindungi. Jika saja semua keluarganya masih hidup, Ema pasti akan merasa bahagia.
Disaat aku merasa hanya ada aku dan Amora, disaat itu aku merasa membutuhkanmu Aron.
Aron tidak sanggup lagi melihat penderitaan Ema. Tanpa ia sadari mata tajam miliknya itu meneteskan air mata. Tak ada isak tangis dibibirnya. Ia merasa marah pada dirinya memikirkan bagaimana Ema selama ini menjalani hidupnya selama ini? Bagaimana Emanya melahirkan putri kecilnya? Bagaimana Emanya membesarkan putrinya? bagaimana Emanya menahan rasa sedihnya seorang diri? Aron ingin merengkuh tubuh Ema dan juga memberikan semua apa yang wanita itu inginkan dan juga memberikan putrinya itu apapun yang ia mau. Kebahagian mereka adalah hal yang paling penting dalam hidupnya.
***
Aron telah menyiapkan segala rencana untuk mendekati Ema. Jika ia tidak mampu membuat Ema jatuh cinta pada sosok baru dirinya, ia berjanji akan memaksa Ema dan putrinya pergi bersamanya dengan cara apapun. Evans mendekati Aron dan memeluk Aron.
"Bawa Ema dan putrimu pulang dan setelah itu kalian harus segera menikah!" ucap Evans.
"Tentu saja Kak!" ucap Aron.
"Papa mendukungmu Aron tapi jika kau menyakiti Ema lagi, Papa berjanji Papa yang akan membawanya pergi darimu!" ucap Brave membuat Aron menganggukkan kepalanya.
Ziva mendekati Aron dan memukul lengan Aron "Kau harus ingat tentang apa yang kau pelajari dari kami!" ucap Ziva membuat Evans menahan tawanya karena adik nakalnya itu akan terlihat manis jika menyamar menjadi pria baik yang di idamkan Ema.
"Om akan terlihat seperti laki-laki murah senyum yang ceria hahaha" tawa Arrabela.
"Jangan lupa oleh-oleh ya Om!" ucap. dimitri membuat semua orang tertawa.
Aron mengelus kepala si kembar yang sejak tadi berada dipelukan Crystal dan adik bungsunya. "Kalian berdua harus memilih pria yang baik jangan seperti Arrabela!" ucap Aron membuat Arrabela kesal dan ingin sekali memukul Aron.
"Jika Om pulang nanti Om akan terkejut karena aku berhasil memeperluas wilayah kekuasaanku!" ucap Arrabela.
"Kau tidak akan bisa tanpa bantuan kekasih tuamu itu!" ucap Aron membuat Arrabela memutar bola matanya.
"Aku akan mengurung keponakanmu yang bandel ini jika ia berani bersikap kurang ajar dan menipuku lagi!" ucap Evans membuat Arrabela menelan ludahnya.
"Pa...jangan suka marah padaku!" ucap Arrabela membuat mereka semua tertawa.
"Pergilah hati-hati!" ucap Brave.
Aron tersenyum membuat semua keluarganya tertawa terbahak-bahak karena Aron sedang tersenyum, Aron akan terlihat begitu konyol bagi mereka. Karena biasanya Aron hanya akan menatap mereka dengan sinis atau menunjukkan wajah dinginnya.
"Hahaha... Kau sudah lulus Aron. Kau benar-benar telah menjadi orang lain!" ucap Ziva.
Aron melangkahkan kakinya bersama lima orang bodyguardnya atau yang sering disebut pasukan bayangannya. Aron menaiki mobilnya dan menuju ke Markas besar untuk pergi dengan menggunakan pesawat pribadi milik Kakaknya Evans Cristopher. Segala persiapan untuk bekerja dirumah sakit dan menjadi seorang Dokter dengan sosoknya yang baru telah ia siapkan. Ia akhirnya akan segera bertemu Ema Adriana dan Amora keluarga kecilnya.