Rusia merupakan salah satu negara terbesar di dunia dengan Moskow sebagai Ibukota nya. Negara dengan penduduk terbanyak serta ekonomi yang maju itu membawa banyak sekali pebisnis dunia di dalamnya. Tak hanya negara dengan kerajaan bisnisnya saja yang besar, nyatanya Rusia memiliki banyak sekali hal-hal ganjil yang tentu tak akan disadari oleh mata manusia biasa.
Seperti halnya bangsa Immortal yang saat ini mendiami Kota mati Dargavs. Kota angker yang letaknya di dekat sungai Gizeldon jarang atau bahkan tidak pernah lagi terjamah oleh manusia. Disana terdapat sebuah bangunan tua bernama Castil Red-Pack yang merupakan milik dari keluarga Nath. Di Castil itu terdapat ribuan werewolf yang memang mendiami tempat tersebut.
Dari gerbang utama terlihat seorang pria tampan yang menjabat sebagai Alpha di Pack tersebut. Felix Aidan Nathanael, seorang Alpha dengan wajah yang tampan, rahang tegas, rambut berwarna ash gold, mata berwarna biru laut, serta bibir merah tebalnya menjadi daya tarik untuk pria itu. Sayangnya di balik wajah tampan itu, dia merupakan seorang Alpha yang memiliki sifat angkuh serta tak mau berdekatan dengan lawan jenis karena dia selalu berpendapat jika wanita itu ribet.
“Alpha.”
Felix menghentikan langkahnya saat seseorang menyerukan namanya. Jika dilihat dari gerak-geriknya, pria yang tadi memanggil sepertinya akan menyampaikan hal penting. Atau mungkin ...
“Keberadaan Luna sudah ditemukan, Alpha,” jelas pria itu.
Marvell Aubrey merupakan sosok Beta sekaligus orang kepercayaan Felix yang sudah bersama dengannya selama 15 tahun. Selama ini, Aubrey adalah orang yang cekatan dan jujur, dua hal yang sangat Alpha Felix sukai. Alpha Felix sangat suka dengan anggotanya yang jujur, karena kejujuran merupakan langkah paling awal untuk sesuatu yang abadi.
Pandangan Felix kini sepenuhnya menatap Aubrey yang sedang menyunggingkan senyum tipisnya. Felix yakin dia tidak salah mendengar jika sang Beta sudah menemukan keberadaan dari mate-nya. Seulas senyum kecil terpatri dari bibir Felix sebagai balasan.
“Dimana keberadaannya?” tanya Felix mempertahankan suaranya agar tidak berteriak karena terlalu senang.
“Indonesia, Alpha.”
Jawaban Aubrey membuat Felix mengernyit. Indonesia? Dia sepertinya pernah mendengar nama itu, namun untuk tempat pastinya dia tidak tau. Apakah Indonesia letaknya sangat jauh?
“Dimana Indonesia? Aku tidak pernah mengunjungi tempat itu sepertinya.”
“Salah satu negara di Asia Tenggara, Alpha. Letaknya sangat jauh dari negara yang saat ini kita tinggali, Alpha.”
Mendadak senyuman di bibir Felix serta rasa bahagia yang membuncah itu menghilang setelah mengetahui letak dari Indonesia. Itu sangat jauh, bahkan untuk tiba disana harus membutuhkan waktu 14 jam menggunakan pesawat.
“Saya akan kesana, memastikan. Letak pastinya, dia ada di Kota mana?”
“Jakarta, Alpha. Maaf, anda kesana akan naik pesawat atau jet pribadi? Jadi biar bisa saya siapkan,” ucap Aubrey yang justru dianggap bodoh oleh Felix.
“Saya ini werewolf, bukan gadis yang kesana-kemari membawa kipas!”
Aubrey terdiam mematung karena berusaha mencerna maksud ucapan Felix. Pria itu akhirnya sadar ketika Felix sudah menghilang dari hadapannya. Felix itu werewolf, tinggal melesat pasti tiba. Bahkan tidak sampai lima menit, Alpha-nya itu pasti sudah tiba di depan Luna-nya.
“Aku terlihat bodoh sekali ...” lirih Aubrey malu.
Tersadar dengan tugasnya yang harus mengikuti langkah Felix, Aubrey langsung mengejar Alpha-nya itu hingga memasuki ruang pertemuan.
“Selamat siang, Alpha.”
Para werewolf yang berada di ruangan itu menunduk hormat kala melihat Felix memasuki ruangan. Hari ini Alpha akan mengadakan rapat menggantikan Ayahnya yang sedang ada urusan di perbatasan.
“Bagaimana keadaan perbatasan? Apakah masih ada Rogue yang menyusup?” tanya Felix dengan pandangan mata menatap keluar jendela.
“Untuk Rogue aman, Alpha. Justru yang menjadi masalah saat ini berasal dari anak-anak sekolah yang melakukan pendakian serta jelajah hutan,” sahut Neron, Gama-nya.
Alis Felix menukik mencoba memikirkan langkah apa yang harus diambil. Memang ancaman bagi bangsa serigala akhir-akhir ini ada pada manusia yang melakukan jelajah hutan. Dengan adanya manusia, para bangsa serigala tidak bisa bebas melakukan apapun termasuk berburu makanan. Salah mengambil langkah, akibatnya begitu besar untuk keberlangsungan hidup mereka semua.
“Neron, coba kamu perintahkan anggotamu untuk menyebar ke sekitar perbatasan. Lakukan sesuatu yang bisa membuat anak manusia disana berhenti dengan rasa penasarannya,” titah Felix yang tentu saja langsung disanggupi oleh Neron.
“Baik, Alpha, nanti saya akan hubungi anggota saya yang berada di wilayah barat,” balas Neron penuh semangat.
Felix mengangguk kemudian meninggalkan ruangan yang berarti pertemuan hari ini cukup sampai disini. Aubrey langsung menghampiri Gama dan Omega yang merupakan sahabatnya untuk diajak bergosip.
“Apa kau sudah berhasil mendapatkan info mengenai letak mate dari Alpha?” tanya Fred, si Omega dengan antusias. Dia pasti akan sangat senang jika Felix, Alpha sekaligus sahabatnya itu bertemu pasangan sehidup-sematinya.
Felix, Aubrey, Neron, serta Fred memang bersahabat sekalipun dalam istana mereka berstatus sebagai atasan dan bawahan. Jika diluar hal istana, mereka akan bertingkah sebagai sahabat seperti pada umumnya.
“Ya, namun letaknya sangat jauh,” jawab Aubrey miris.
“Dimana letak mate dari sahabat kita?” sahut Neron penasaran.
“Indonesia, tepatnya di Kota Jakarta.”
Seketika hening tak ada sahutan lagi setelah Aubrey menjawab karena Neron dan Fred sibuk berpikir. Sama seperti Felix, mereka tidak tau dimana itu Indonesia, apalagi Jakarta. Wajar saja, kehidupan di dunia serigala sendiri sangat padat daripada harus menghafalkan nama-nama negara di dunia.
“Aku tidak pernah mengetahui dimana itu Indonesia,” ucap Neron yang mendapat anggukan kepala dari Fred.
Aubrey menghela nafasnya kemudian menyugar rambut pirangnya. “Aku sendiri juga tidak tahu dimana itu Indonesia. Aku hanya menyampaikan sesuai dengan yang aku rasakan saja. Untuk letak pasti, tentu aku tidak mengerti.”
Neron dan Fred kompak mendengus. Aubrey ini terkadang begitu menyebalkan hingga membuat mereka geram. Tak lama Felix kembali ke ruang pertemuan dengan wajah datarnya. Ketiga serigala pemimpin setelah Felix itu langsung bersikap siaga karena sepertinya sang Alpha dalam mode serius.
“Alpha, ada sesuatu?” tanya Aubrey langsung. Inisiatif sebagai seorang Beta muncul begitu saja sesuai naluri.
Felix menggeleng, “Porosello, sore nanti.”
***
Porosello Cafe menjadi salah satu destinasi tongkrongan mewah di Moskow. Tempatnya yang begitu cantik dengan ornamen klasik membuat Porosello menjadi cafe dengan menu yang memiliki harga selangit. Biasanya Porosello hanya akan menjadi tongkrongan selebritis muda yang menikmati waktu luangnya ditengah padatnya jadwal shooting.
Saat ini Felix berada di Porosello ditemani para werewolf setianya. Felix sengaja mengumpulkan mereka semua disini karena ingin mengobrol santai sekaligus membahas mengenai mate yang sudah ditemukan keberadaannya tersebut. Sudah terlalu lama ia menunggu hingga akhirnya sampai di titik sekarang ini meskipun masih membutuhkan waktu lagi.
“Aku masih mencari cara untuk mendekatinya,” ujar Felix setelah ketiga sahabatnya berkumpul.
“Mengapa kau tidak langsung mendekati Luna saja?”
Pertanyaan Neron membuat Felix mendengus dibuatnya. Manusia mana yang tidak akan takut jika tiba-tiba saja ditemui dan mengaku jika wanita itu adalah mate-nya? Yang ada, Felix akan dianggap gila oleh gadis itu.
“Mate Alpha seorang manusia murni. Terlebih, dia gadis yang tidak percaya dengan adanya hantu dan sejenisnya,” jelas Aubrey.
Seketika Felix tak bisa berkata-kata. Keberadaannya di muka bumi tidak dipercaya oleh mate-nya, padahal bangsa Immortal keberadaannya sungguh ada.
“Kita bukan hantu,” sergah Neron yang terlihat sangat menyebalkan.
“Bukankah aku sudah berkata, hantu dan sejenisnya? Kau tau hantu, kan? Makhluk yang tidak bisa diperhatikan dengan mata normal, dan mereka tidak bisa melihat kita apabila portal itu tidak dibuka,” jelas Fred yang otaknya lebih normal.
Neron seketika cengengesan. Sepertinya gelar Gama tidak ada harga dirinya jika dipegang olehnya. Sedangkan Felix masih saja terdiam membuat Aubrey segera menyenggolnya.
“Tidak apa, kita bisa mencari cara lain,” yakin Aubrey bijaksana.
***