BAB 3

1327 Words
Hai semuanya, selamat datang di youtube channel, bersama saya Linggar. Di video kali membahas tentang favorite Lipstick product. Semuanya nude, karena aku suka banget nude lipstick. Mungkin aku sudah sering membuat diinstastory aku, dan sering aku pakek. Pertama aku suka banget sama Kylie cosmetics, bukan liquid matte, tapi yang gloss, tidak membuat bibir aku kering. Setelah itu aku juga suka banget Wardah product, aku suka semuanya, terutama lipstiknya, terutama warna nude nya, biasa aku pakek Vaseline lip therapy dulu, agar lembab gitu deh. Soalnya bibir aku sensitif dan gampang pecah-pecah kalau salah product. Tips dari aku, jika bibir kalian sensitif seperti aku, gunakanlah lip balm terlebih dahulu, agar bibir tidak mudah kering. Atau kamu bisa juga menggunakan pelembab seperti Vaseline yang aku bilang tadi. Setelah itu, aku suka banget sama Lipstick nya Maybelin, semua kamu bisa dapatkan di minimarket terdekat, aku suka karena enggak terlalu matte juga, dan aman untuk di pakai. Kalian bisa melihat di video aku sebelumnya. Pokoknya ini rekomendasi banget untuk kalian. Terakhir yang paling aku suka itu lipstiknya Style Lipstick, warnanya itu cantik banget, nude tapi ada pink pink nya gitu, harganya juga murah, hanya tujuh puluh ribu aja sangat pas untuk dikantong kamu. Kamu bisa dapatkan aja i********: nya Style Cosmetic, karena ini bisa di pesan lewat online, atau kamu bisa lihat di i********: aku. Oke gitu aja, yang aku rekomendasi buat kamu, yang suka sama style aku. Demikian youtube channel aku, jangan lupa subscribe ya. *** Tita tersenyum, dan ia mengacungkan jempol kepada Linggar. Itu adalah barang-barang endorsement yang harus ia promosikan pada video ini. "Besok lo jadi ke Bali?" Tanya Tita, ia melihat hasil video yang baru di rekamnya, dan setelah ini tinggal di edit. "Jadi lah," Linggar menyandarkan punggungnya di sisi sofa. "Berapa hari?" Tanya Tita, "Tiga hari gitu lah,"  "Minggu depan, lo harus hadir ya, Matahari Style, mau ketemu lo langsung,"  Sepertinya sekarang Tita seperti ibu-ibu cerewet yang selalu mengatur kegiatannya, dan bodohnya lagi ia selalu mengikuti semua apa kata cewek berambut pendek itu. "Itu bukan cosmetik kan," Linggar memastikan. "Emang bukan, tapi fashion," "Serius, Matahari mall itu," "Iya serius lah, sejak kapan gue enggak pernah serius nyangkut kerjaan kita," "Oke gue mau, lo atur aja," ucap Linggar, mengibaskan rambutnya. "Kayaknya bentar lagi lo bakalan jadi artis deh Ling," Tita memprediksi masa depan temannya yang cantik itu. "Dan lo bentar lagi jadi manager gue,"  Linggar lalu tertawa. "Pastilah, gue selalu cari cara supaya lo jadi bintang," Tita berjalan mendekati Linggar. Tita melirik jam melingkar di tangannya menunjukkan pukul 22.30 menit. Ia duduk di samping Linggar, dan melirik koper hitam di dekat lemari. "Ling, lo yakin mau jadi artis,"  Awal pertama kali mengenal Linggar, ia memang tidak suka dengan sikap perfeksionisnya. Teman-teman di kampus juga banyak yang tidak suka dengan wanita berparas cantik itu, dan menjadi bahan gosipan setiap saat. Mereka membicarakan Linggar tidak ada habisnya, dan ia sudah teramat bosan mendengar itu. Baginya Linggar sudah layak menjadi artis, semua orang membicarakannya. Linggar memang terkenal judes, dan mulutnya tidak bisa disaring. Tapi disisi sifatnya yang judes, dan blak-blakkan. Sejujurnya Linggar baik banget, loyal dan ia akan memberi empat jempol kepada wanita cantik di sampingnya ini. Sampai ia tidak tahu mau berkata apa, bahkan mengajaknya tinggal bersama di apartemen saudaranya yang tidak berpenghuni itu. "Yakin lah," "Oke, nanti gue dapatin lo peran, sinetron manusia harimau," "Cielah, manusia harimau, gue enggak mau, minimal gue bintang film, kayak Tara Basro," ucap Linggar. "Tapi manusia harimau bagus Ling, retingnya tinggi," "Ogah, gue enggak mau. Lo aja sana jadi artisnya kalau gitu," ucap Linggar, lalu menegakkan tubuhnya meninggalkan Tita begitu saja. "Di coba aja dulu,"  "Enggak mau," "Ye, belum tentu produsernya mau sama lo. Sok ngartis banget nolak peran, padahal belum jadi artis juga," Linggar melirik Tita tepat di depan pintu kamar, "Awas lo, nyuruh gue jadi artis sinetron manusia harimau. Kalau mau debut pertama minimal gue dapat peran pendukung di film, bukan di sinetron," "Yee, kalau pun dapat peran lo dapat peran pembantu kali, bukan peran utama. Jangan sok ngartis dulu deh," timpal Tita kesal. "Kalau gitu, gue ogah jadi artis," Linggar lalu menutup pintu kamarnya dan membiarkan Tita yang tengah kesal memandangnya. *** Tepat jam empat subuh Linggar sudah tiba di bandara, karena penerbangan akan berangkat pukul 05.40. Tita masih menemaninya di sini, hingga teman Linggar yang bernama Dian datang. Tita yang masih ngantuk, memilih duduk kursi tunggu, sementara Linggar menempelkan ponsel di telinga. Sudah berkali-kali Linggar menekan tombol hijau pada layar, tapi sang pemilik nomor, tidak mengangkat panggilannya. "Teman lo di mana sih !," ucap Tita kesal dan mulai risih, karena dari jam tiga subuh, turun dari apartemen. "Mungkin lagi di jalan,"  Linggar mengeratkan jaket memasukan tangan di saku. "Jangan-jangan enggak datang, dan lo ditinggal sama Dian,"  "Dia itu Dian, bukan lo !. Enggak mungkinlah enggak nempatin janji," "Kalian pergi berdua aja,"  "Iya lah, sama siapa lagi," Linggar duduk di samping Tita. "Yakin lo berdua aja, emang dia enggak pergi sama pacaranya gitu?"  Tita masih menekuni ponselnya. Linggar mengedikkan bahu, "Kalau itu gue enggak tau, pacarnya di New York," "Ya, siapa tahu pacarnya datang, katanya kalian ce'esan," "Gue lupa tanya," ucap Linggar lagi. "Itu salahnya lo, lupa tanya, siapa tahu mantan lo si Darka itu datang juga," "Jangan sampai deh," sungut Linggar. "Itu sama sekali enggak mungkin Ling, lagian yang nikah temannya mantan lo, ya pasti datang lah," "Semoga aja enggak datang, lagian status kita udah mantan. Mau ketemu juga bodo amat," Tita memasukkan ponselnya di saku jaketnya, "Iya pokoknya lo hati-hati aja, takutnya lo di bawa kabur lagi sama mantan lo itu, secara lo kan gampang terpengaruh,"  "Jangan sampai lah, gue sekarang udah sadar tau, enggak mungkin lah terpengaruh rayuan mautnya," Tita berdiri dan ia mengedarkan pandangannya ke segala penjuru area bandara. Ia memandang seorang wanita berambut lurus. Ia tahu bahwa ia pernah melihat wajah wanita itu, di salah satu i********: Linggar. "Ling itu kayaknya temen lo deh," Tita menepuk bahu Linggar. Linggar tersadar dan memandang ke arah yang d tunjuk Tita. Ternyata benar itu adalah Dian. Ia melambaikan tangan ke arah Dian, Dian membalas lambaian tangannya. Seketika lambaian tangannya terhenti, Dian tidak sendiri di sana, dia bersama dua orang laki-laki, tepat di belakang Dian. Laki-laki berambut gondrong itu adalah Liam. Ia tidak mempermasalahkan laki-laki itu. Tapi laki-laki di samping Liam, itulah yang membuat hati bergemuruh. Itu adalah Darka mantan kekasihnya dulu. Sudah setahun lamanya ia tidak pernah bertemu dengan Darka, sekarang laki-laki itu telah berubah, dan lebih mirip Liam, seperti keluar dari goa. Bulu-bulu halus itu, menutupi rahang tegasnya. Iris mata tajam itu membalas tatapannya. Linggar dengan cepat mengalihkan pandangan, memilih melihat Tita. "Itu mantan lo," ucap Tita, mencoba memastikan. "Ya, dia si b******k itu," Tita melirik Linggar, "Dia makin tampan Ling," gumam Tita. Linggar mengerutkan dahi dan melirik Tita, "Tampan dari mana," "Sumpah sekarang dia lebih hot," Linggar yang mendengar itu reflek memukul kepala Tita. "Awww, sakit Ling," Tita mengelus kepalanya. "Apa maksud lo ngatain dia hot, lo enggak liat dia seperti keluar dari goa, tambah item," "Kalau dia keluar dari goa, gue orang pertama yang akan tinggal di goa. Siapa tahu banyak makhluk tampan seperti dia," "Gila lo," "Ya, emang dia lebih hot yang sekarang, dari pada yang dulu," "Lo bener-bener," dengus Tita. "Gue ngomong kenyataanya Ling," "Bodo amat, lo pacaran aja sama dia," "Kalau dia mau, gue mau lah, enggak peduli deh, dia bekas lo," "Yaudah ambil sana," ucap Linggar kesal. *** Sementara Darka menghentikan langkahnya, ia memandang wanita cantik yang sedang melambaikan tangan ke arah Dian. Wajah wanita itu lah yang selalu menghiasi mimpi indahnya. Wanita itu semakin cantik sejak ia tinggalkan. "Itu mantan lo men," ucap Liam, ikut menghentikan langkahnya. "Ya, dia mantan gue," ucap Darka. Liam melirik Darka, dan menyunggingkan senyum, "Makin bening men," "Ya, gue juga makin gila, mikirin dia men," "Kalau lo suka, kejar aja men," "Kampret, gue bukan lo," "Justru lo harus belajar dari gue men. Kalau gue jadi lo, gue kejar sampai dapat, gue enggak bakal nyia-nyiain kesempatan," Alis Darka terangkat, "Caranya," "Buat dia hamil," "Gila, Tai lo," *************
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD