sebuah sesal karena cemburu
Khilaf 1
'Plak '
Tamparan mas Fahmi tepat mendarat di pipiku, terasa panas dan berdenging. Tak segan ia juga menendang perut ku hingga terasa mual dan perih ulu hati.
"Kurang ajar ya kamu!!! Berani selingkuh di belakangku." Dia terus berbicara sambil tak henti tangan dan kakinya melukai ku.
"Dan siapa laki laki kurang ajar itu?!!"
Ah mengapa suamiku sangat kasar seperti ini tak bisakah ia mendengarku.
Ia terus saja memukulku dengan balok.
Sakit, perih...
Aku gak kuat, bahkan untuk bicara pun sudah kelu bibirku.
"Wanita tak tau diri!"
Bentaknya lagi...
"Berani kau pelukan dengan lelaki itu di warung kang Suji. Siapa lelaki mu itu hah?!"
Mas fahmi suamiku adalah lelaki sholeh, baik dan tanggung jawab tak pernah sekalipun ia kasar padaku, kasih sayangnya sangat hangat terasa. Dari buah cinta kami telah lahir anak laki laki tampan dan anak perempuan cantik, usia mereka terpaut dua tahun. Saat ini sedang nginap di rumah neneknya.
Namun entah mengapa karena cemburu ini mas fahmi terus menghujatku dengan amarah yang bahkan bisa membunuhku.
Nafasku mulai sesak, telah hilang dalam hatinya rasa kasihan.
"Mas..." Lirih ku. Namun terhenti sampai situ. Aku merasa kan sakit luar biasa, bahkan untuk menghirup udara saja sangat sulit..
Aku gak kuat, padahal aku ingin mengatakan bahwa lelaki yang kupeluk kemarin adalah kakaku, mas Agil. Kakakku yang kabarnya meninggal saat di perantauan ternyata masih hidup ia selamat namun banyak berita yg beredar bahwa kendaraan yang kakak tumpangi kecelakaan dan tak ada yg selamat..
Kemarin ku peluk erat mas Agil, hanya sebentar bertemu dengannya karena mas Agil memiliki kerjaan yang sangat penting. Ia berjanji hari ini akan mengunjungi ku kembali dan akan ku kenalkan padanya suamiku yang sangat baik..
Namun seperti nya hari ini adalah hari terakhirku menghirup udara.
Mas fahmi terlalu mendengar omongan orang. Hatinya terbakar cemburu dan amarah..
Samar..
Ku dengar suara orang mengucap salam itu seperti mas Agil. Namun semua telah gelap, dan ada satu cahaya yang membawa.
Khilaf 2
Pov mas fahmi
"Dasar wanita kurang ajar!!" Bentak ku pada Ratih, istriku yang selama ini aku cintai dengan sepenuh hati, tak terbesit dalam fikiran untuk melukainya seperti ini, namun Ratih sudah kelewat batas diam diam ia selingkuh di belakangku, tak bisa di maafkan aku sungguh murka padanya, dengan bentakan saja tak cukup seharusnya di rajam sekalian.
"Mas...." Lirih nya.
Bukkk...
Pukulan ini tepat mengenai pelipisnya darah mengalir cukup deras, sehingga membuatnya ambruk terjatuh lalu matanya tertutup dengan berderai air mata dan darah. Aku sungguh kalap.
"Assalamu'alaikum" Terdengar salam dari luar, suara laki laki sepertinya dia laki laki yang kemarin memeluk istriku. Kurang ajar! Beraninya ia datang ke rumahku.
"Assalamu'alaikum dek, dek Ratih..."
Apa! Dia memanggil Ratih dengan sebutan 'dek' jijik aku mendengarnya. Akan ku beri pelajaran dia.
Setelah pintu di buka langsung saja ku pegang kerahnya dan ku tonjok wajahnya dengan sekuat tenaga.
Ia kaget atas perlakuan ku. Laki laki b******n itu jatuh tersungkur. Tetangga yang melintas segera memisahkan ku darinya.
" Kau!! Berani bermain serong dengan istriku hah?!"
Dia meringis lalu menatapku dengan tatapan tajam. Rasanya tatapan itu mampu menembus hati. Dan sakit tepat mengenai hatiku.
Ciut sebenarnya namun aku tak boleh kalah.
"" Jangan sekali kali ganggu istriku!"
Dia semakin tajam menatapku.
"Udah mas udah istighfar, nyebut" Tetanggaku pak Husain berusaha meredakan amarahku.
"AKU AGIL?!!! DAN AKU ADALAH KAKAK KANDUNG RATIH!"
degh...
Mas Agil... Apakah benar?
Ibu mertuaku pernah cerita bahwa ia memiliki anak laki laki namun meninggal di rantau orang, namanya Agil Ardian. Meninggal saat usia 17 tahun setelah lulus SMK.. Ia memperlihatkan foto anak laki laki bertubuh kurus sedang bergandengan tangan dengan Ratih yang saat itu masih kecil.
"Ibu ikhlas" Ucap ibu mertua kala itu keluar butiran bening dari bola matanya yang sendu dan meneduhkan.
Astaghfirullah aku pun tersadar atas khilaf ku.
"Ya Allah. Mas Agil, maafkan saya.."
Segera ku peluk lelaki bertubuh tegap dan atletis itu. Ya Allah Ratih. Aku salah faham.
*
Ratih segera ku bopong dan segera ku bawa ia kerumah sakit.
Maafkan aku Ratih.
Sebenarnya dapat ku rasakan amarah dari kak Agil, mungkin ia tahan karena menyelamatkan kondisi Ratih lebih penting. Seandainya kak Agil membunuhku saat itu aku ikhlas.
Aku sungguh menyesal.
Ratih bangunlah..
Aku khilaf...
Khilaf 3
Aku tak di ijinkan untuk melihat Ratih bahkan untuk menjenguk pun tak di boleh kan oleh mas Agil,ya Allah ampunilah hamba, sungguh hamba adalah orang yang merugi, bagaimana bisa ku dzolimi istri ku, ah setan lebih kuat merasuki ku ketimbang sadarku, harusnya ku dengarkan penjelasan Ratih, bukan malah kalap dan menyiksanya, sungguh ya Allah aku menyesal, dalam sholat ini aku bersimpuh memohon ampunan, ini bukan salah Refa, dia yang memberi tahu ku bahwa Ratih selingkuh, ini hanya salah faham saja.
Ya Allah ampunilah hamba...
Ampunilah hamba...
Ampunilah hamba..
Hiks... Hiks... Hiks...
Hamba berdosa telah menganiaya istri yang hamba cintai, sembuh kanlah istriku ya Allah..
Sudah 3 hari Ratih di rumah sakit di tunggu oleh keluarga nya mereka marah dan tak ridho jika aku menjenguk Ratih, namun aku harus bertanggung jawab, jika mereka akan membunuhku aku ikhlas, aku memang laki laki yang b******n. Menuduh istrinya selingkuh dan tanpa memberikan penjelasan langsung ku hajar istriku tanpa ampun.
"Assalamu'alaikum"
Tak ada jawaban padahal di dalam sana ada mas Agil, ibu mertua dan kedua adik Ratih Sahwa dan Najwa sedang menunggu Ratih, ada yang mengaji ada yang rebahan dan ada yg sedang sholat duha.
"Assalammualaikum" Ku ulang salamku lagi.
Namun aku tak peduli, langsung ku terobos pintu dan bersimpuh di kaki ibu mertua.
"Maafkan saya ,, maaf, saya menyesal. "
Ibu mertua hanya diam namun dari sudut matanya keluar bening air mata.
"Jangan kau sentuh adiku! Sebab karena mu Ratih hampir saja meninggal. " Ucap mas Agil penuh amarah.
"Ampuni saya mas... Ampuni saya, saya sangat menyesal, silahkan hukum saya asal jangan pisahkan saya dengan Ratih"
"Mengapa kau setega ini nak? " Kali ini ibu mertua yang angkat bicara.
"Saya terbakar amarah cemburu bu...
Kemarin seorang teman mengabari saya bahwa Ratih selingkuh di warung kang Suji, dan ia memperlihatkan foto Ratih dengan laki laki yang ternyata adalah mas Agil... Maafkan saya bu... Saya kalap... Saya marah... Saya tidak bisa mengendalikan emosi sehingga tak dapat melihat kebenaran... Dan tanpa mendengar penjelasan apapun saya langsung menghajar Ratih.. Sungguh maafkan saya bu.. Maafkan saya... Hiks... Hiks... Hiks... "
"Bangunlah nak,,, ini salah faham wajar jika seorang suami cemburu melihat istrinya berduaan dengan lelaki lain, bangunlah nak, ibu maafkan namun lain kali bertabayun lah dulu, jangan termakan mentah mentah omongan orang. Perbanyak lah istighfar nak... "
Ibu mertua memeluku penuh kehangatan dan kasih sayang. Sungguh beruntung nya aku memiliki ibu mertua sebaik beliau. Aku menangis dalam pelukan nya namun pandangan tak suka dari mas Agil membuat ku ciut, tak bisakah ia berdamai dan memaafkan ku jika marah hukum saja aku, jangan siksa aku dengan tatapan dingin dan kebencian???
"Bu... "
Lirih hampir tak terdengar, Ratih sudah sadar ia memanggil ibu.
"Ya Allah alhamdulillah Ratih kau sudah sadar? Maafkan mas, Ratih... Maafkan mas... "
Kugenggam jemari lentiknya yang lemah dan tak berdaya, jemari ini yang senantiasa merawat dan mengurus ku juga anak anak kami, sehingga mereka tumbuh sehat cerdas dan sholih.
Namun Ratih memalingkan muka, ia seolah enggan melihatku.
"Assalamu'alaikum"
Kami serempak melihat kearah pintu berkaca yang ternyata Refa anaknya kang Suji, gadis berusia 23 tahun itu tampak cantik dengan balutan jilbab merah ati nya sepadan dengan pakaian yang ia kenakan.
"Ini saya bawakan buah buahan buat teh Ratih dari bapak cepat sembuh ya teh"
Belum sempat menjawab salam Refa sudah masuk dan segera menyerahkan parsel buah buahan kepada ibu.
Khilaf 4
"Tolong keluar mas, aku tak ingin melihat mu dulu" Ratih berucap sambil memalingkan wajah, aku memaklumi nya sebab ia terluka fisik dan batin nya karenaku. Suaranya serak dan lemah.
"Cepet sembuh ya teh, ini Refa bawain buah buahan, maaf ayah gak ikut jenguk soalnya ayah sibuk di warung" Refa mendekati Ratih, tepatnya mendekati ku bau parfum nya begitu menyeruak berdiri di sampingku mungkin hampir nempel, kulihat Ratih tersenyum tulus pada Refa tanda berterima kasih karena telah menjenguknya
Mas Agil, ibu dan kedua adik Ratih sudah keluar mereka memberikan kesempatan padaku untuk berbicara dengan Ratih. Tetapi Refa bukannya pergi malah berbasa-basi basi dengan Ratih.
Ratih hanya mengangguk mungkin dia masih lemas, berbicara pun seperlunya luka di samping bibirnya masih basah. Hatiku ikut terasa perih melihat setiap luka nya, ya Allah sekejam itukah aku terhadap istriku karena amarah cemburu???
"Teh aku suapin yah " Refa mengupas apel lalu menyuapi Ratih, awalnya Ratih menggeleng namun akhirnya memakannya juga.
Aku hanya berdiri mematung memandangi keduanya. Aku merasa aneh dengan gerakan gadis muda ini, suara nya mendayu dayu lalu pandangannya seolah olah mencuri pandangan dengan ku. Aku merasa risih akhirnya duduk di sofa yang telah di sediakan di kamar ini.
Kok Refa gak pulang pulang yah, aku pun butuh privasi dengan Ratih, karena haus dan kuputuskan keluar dulu mencari makanan dan minuman kesukaan Ratih, sambil menunggu Refa pergi.
Di luar kulihat mas Agil terlihat lusuh, mungkin khawatir akan keadaan adiknya.
Lalu mas Agil menatap ku penuh amarah.
Aku tak berani menatap nya sebab di d**a ada rasa nyeri karena pandangannya.
"Fahmi kemarilah" Ucapnya dingin.
"Kau harus bertanggung jawab!!! Ratih di nyatakan lumpuh!!! Kaki kiri nya mengalami keretakan tulang yang parah, sekalipun sembuh ia akan mengalami tuli karena penyembuhannya berefek samping pada gendang telinga nya"
Penjelasan mas Agil membuat ku bergetar, Allahku... Separah ini kah yang aku lakukan terhadap istri ku... Ampunni hamba ya Allah...
Aku lemas, sungguh kakiku seolah enggan untuk berdiri lidahku kelu mendengar perkataan mas Agil.
Aku tak sanggup mendengar nya. Ratih... Ingin ku peluk ia da meminta maaf padanya. Aku tak jadi ke kantin segera berbalik arah dan ingin ketemu ratih.
Dari jauh terlihat Refa berbicara banyak hal dengan Ratih, Ratih hanya merespon dengan anggukan dan senyum.
Lalu ku hampiri mereka ada raut wajah tak suka dari Ratih.
Bersambung..
Terima kasih juga kepda semua yang membaca ceritaku. Aku sayang kalian....
Jangan lupa kritikan dan saran nya yah