Dunia Jeje (18+)

"A-a.. Aisyah, ku jatuh cinta. Pa-Pada Damian, anak tetangga." "Kak diem kenapa sih. Berisik tauk, lo!" hardik Jihan, adik Jeje saat gadis itu membuat gaduh meja makan dengan lagu andalannya dari tahun monyet. Jeje berdecak. Nggak bisa apa itu kutu badak diem, biarin dia menyuarakan aspirasinya. Ini kan cinta.. Cinta yang suci, batin Jeje tak suka jika adiknya mengganggu rutinitasnya dalam menyampaikan rasa cintanya untuk pujaan hatinya Damian. "Ini ada apa sih! Ribut mulu perasaan kalau pagi." tegur Diki, Papah Jeje yang baru saja memasuki area ruang makan. Papah dua anak itu tak lupa memberikan ciuman paginya untuk ke dua anaknya yang berjenis kelamin berbeda itu. "Papah, ih! Jihan udah gede." "Ye.. Gede apaan lo?! Gede badan doang aja bangga!" ledek Jeje sebelum ke dua alisnya naik-turun sembari menatap papahnya yang sudah duduk di kursi makan. "Apa Je?" "Heleh, Pah! Si kakak mau modus tuh. Paling uang jajannya abis." celetuk Jihan. Emang apa lagi arti dari dua alis kakaknya yang terangkat kalau bukan mau modus minta uang sama papah mereka. "Yeee... Suudzhon lo anak gorila! Orang gue mau minta lamarin si Damian.." Bruurr!! "Papaaahhh! Kok Jeje disembur kopi sih." teriak Jeje sembari membersihkan wajah dan rambutnya yang disembur oleh sang papah. "Mah.. Mamah... Anak kamu nih. Kumat gilanya Mah." kali ini Papah Jeje lah yang berteriak lantang, sembari tubuhnya mengarah pada pintu dapur yang terbuka. Setelah teriakan itu, seorang wanita cantik keluar dengan dua gelas s**u putih ditangannya. "Ada apa sih? Berisik banget tadi Mamah sama Mbok denger dari dapur?" tanya wanita yang merupakan Mamah Jeje sembari meletakkan gelas berisi s**u itu ke hadapan Jeje dan sang adik. "Itu tuh anak Mamah. Gilanya kambuh. Sekolah belum lulus minta lamarin anaknya si Ferdi. Hih, papah malu ah. Dia cewek gini, kegilaan laki-laki." Jeje yang tidak terima dengan ucapan sang papah berdiri tegak dari duduknya. Matanya menyipit memandang sang papah bagai busur panah yang siap untuk dilepaskan. "Jeje tuh nggak kegilaan ya Pah. Jeje itu cuman cinta setengah mati sama Damian, ih." ujarnya sembari mengacakkan lengan di pinggang. "Kentutin nih Papah, ya!" ancamnya, membuat tiga manusia yang ada di meja makan berteriak memanggil nama gadis itu secara bersamaan. "JEJEEEE!!!!" "Anak cewek kenapa jorok banget sih kamu Je!" amuk sang Papah. "Hehehehe..." kekeh Jeje, merasa dirinya jenaka. Membuat kegaduhan di pagi hari adalah rutinitas yang nggak akan pernah Jeje lewatkan. Teriakan Papa sama adeknya yang bengal itu sesuatu banget buat Jeje. Ibarat jomblo nih yah, dua laki-laki itu kayak Oppa Lee Hong Ki yang tiba-tiba aja nembak dia dalam mimpi. Uh, sesuatuh deh! Pecjjaah Ma Men.. Kalian semua pada tahu Lee Hong Ki kan? Vokalisnya Ft-Island? Jangan bilang pada nggak tahu? Wah, wah.. Ngajak perang ini namanya sama Jeje. Kentutin tahu rasa nih! Secara Lee Hongki punya suara semerdu Damian. Rutinitas pertama ✓ Saatnya Jeje melakukan rutinitas ke duanya buat gangguin calon imam masa depan. "Mamaaa, Jeje berangkat dulu ya. Mama nggak usah anterin, mau nebeng Abang Damian Jeje tercintah Mah." teriak gadis itu sembari berlari keluar dari rumah membuat tiga anggota keluarganya mengurut d**a mereka melihat kelakuan gadis berusia enam belas tahun itu. Kalau mau nebeng Damian, itu tandanya Jeje harus siap-siap jadi maling dadakan. Eh, salah! Tukang nyusup dadakan. Kan nggak mau nyuri dia ya. "Well, Well, Weleh-weleh. Bentar lagi enam tiga puluh nih, Pangeran Berkuda besi gue bentar lagi keluar dari pintu rumahnya. Gue ngumpet dulu ah di tong sampah deket motornya." ujar Jeje, menyusun strategi agar ia nanti bisa langsung naik motor Damian. Bagaikan dukun dengan kekuatan magis terajib, tebakan Jeje benar adanya. Gadis itu tersenyum saat melihat Damiannya keluar dari pintu rumah dengan tas ransel hitam di punggung laki-laki itu. 'Asekk,' batin Jeje saat Damian tidak melihat keberadaan dirinya. Damian mendengus sebal saat memasang helm full face di kepalanya. Jeje pikir dia nggak liat apa itu bocah jongkok di belakang tong sampah yang gedenya aja nggak bisa nutupin itu bocah. Dasar penggangu! Tukang bikin onar! "Dam,  Gue.." Grroooong! "Damian sialan! Gue nebeng, Tokek!" teriak Jeje sembari berlari mengejar pujaan hatinya yang kabur meninggalkan dirinya. "Damian kampreeetttt!" makinya kesal karena lagi-lagi ia gagal untuk berangkat bersama sang calon imam. "Gue guna-guna juga deh itu bocah!" "Astaghfirullah, Jeje! Nggak boleh. Dosa, Sayang."  Jeje memutar tubuhnya kebelakang. Alangkah terkejutnya gadis itu saat menemukan Mama Damian; Calon Mama Ipar terkecenya tengah mengurut d**a sembari menggelengkan kepalanya. "Eh, Mamer.. Jeje nebeng boleh? Jeje udah telat nih. Tenang nanti kalau udah jadi mantunya Mamer, gantian Jeje anterin ke kantor." "Ya Allah. Masuk mobil Tante, ayuk! Tante anter deh. Kebiasaan kamu emang ." gerutu Mama Damian membuat Jeje memasang senyum andalannya. Rutinitas ke dua? Gagal Maning! "Kamu beneran naksir anak Tante?" Eh, buset! Ini Tante-tante kepo amat yak ama rasa di hati gue yang suci ini? Wah, belum pernah gue block nih WhatsAppnya, batin Jeje sembari memainkan ponselnya. "Gimana ya Tante.. Duh, Jeje pengen bohong tapi kok takut dosa. Tante maunya Jeje gimana sekarang?" "..." "Loh, kok berhenti Tante?" tanya Jeje panik saat Mama Damian meminggirkan mobilnya ke bahu jalan. "Turun deh, bisa mati muda Tante punya mantu kaya kamu. Nih Tante kasih lima puluh ribu buat naik grab." ujar Mamah Damian sembari memberikan uang berwarna biru pada Jeje. "Loh.. Loh... Tante, nggak bisa gitu dong. Sebagai calon Mama mertua yang baik, Tante harus melakukan tugas yang Damian abaikan." Menggerutu dalam hati adalah respon yang Mama Damian berikan untuk menanggapi gadis yang duduk di sampingnya. Mimpi apa anaknya punya fans macam Jeje begini. "Je..." "Jalan Tante. Jeje nggak suka diginiin. Kesannya kok kaya habis manis, sepah dibuang sih." rajuk Jeje. "Damiaaaan!! Kamu jemput Jeje dimobil mamah, apa mamah coret kamu dari kartu keluarga!" teriak mamah Damian yang berhasil menelepon putranya. Yes! Berhasil! Kan gue bilang apa. Gue tuh cerdik bingit. Mamer aja bisa gue kelabuhin sama acting nyebelin gue barusan. "Ah, Sayang Tante." kata Jeje sembari memeluk Mama Damian yang terbakar api amarah karena kalakuan Jeje yang di luar nalar itu manusia itu.