bc

CEO dan Mantan Penggoda

book_age16+
1.6K
FOLLOW
8.9K
READ
possessive
second chance
badgirl
dare to love and hate
CEO
drama
sweet
bxg
office/work place
rejected
like
intro-logo
Blurb

“Aku memang pernah menjadi orang ketiga dalam hubungan orang lain. Namun, aku tidak pernah sehina itu, mas,” jawab Tika dengan tajam dan berusaha menahan amarah yang bergejolak dalam jiwanya. “Mungkin image w*************a yang sudah melekat dalam diriku membuatmu jijik padaku. Yah, sama seperti pandangan orang-orang yang sok tahu tapi sepertinya tidak tahu apa-apa. Menilai dari julukan, menilai dari mulut ke mulut,” lanjut Tika sambil menghembuskan napas kasar sambil menahan laju tumpukan air yang semakin menggenang di matanya. “Jika kamu memang tidak percaya dengan aku, ya sudah. It’s okay. Maka mari kita akhiri saja hubungan ini. Itu lebih baik. Agar aku tidak tertekan untuk mendengarkan suara sumbang dari kanan dan kiri kita. Agar kamu juga tidak terjebak dalam rasa curiga yang selalu menghantui,” putus Tika berusaha tegar.

Mendengar ucapan Tika, Dipta tiba-tiba seakan berubah menjadi manusia batu. Kaku, diam dan tak bergerak. Tika yang duduk di hadapannya pun hanya mampu menghela napas. Dia pasrah.

“Jika kamu keberatan mengurus perceraian kita. Maka biar aku saja yang mengurus suratnya. Namun setelah itu jangan pernah lagi mencari keberadaanku,” ucap Tika dengan berusaha menahan genangan air mata yang sudah menumpuk dalam kelopak matanya dan akan menetes jika dia mengedipkan matanya.

Tika pun meninggalkan Dipta seorang diri di ruang tamu rumah mereka. Ah, tidak lagi menjadi rumah mereka, namun kembali menjadi rumah Dipta seorang karena Tika yang sudah bulat dengan keputusannya untuk segera meninggalkan rumah itu. Tika tidak pernah lagi menangis untuk seorang laki-laki karena masa mudanya yang begitu menghinakan. Dan dia pun saat ini memutuskan untuk tidak menunjukkan air matanya lagi di hadapan Dipta, orang pertama yang mau melihatnya menangis, mendengarkan semua ceritanya, dan orang yang membuatnya kembali percaya diri namun harus terpatahkan lagi oleh orang yang pernah membuatnya bangkit dari rasa tidak percaya dirinya itu.

Cover by Ara Shop

chap-preview
Free preview
Bagian 1
Tika berjalan dengan anggun menuju salah satu meja yang berada di sudut sebuah kafe di Jalan A. Yani. High heels dengan tinggi sekitar enam cm tidak menghalangi langkahnya yang tegas tetapi elegan. Langkahnya nampak mantap dan seperti seorang model yang berjalan di atas red carpet. High heels merah menyala yang melekat pada kaki jenjangnya dipadukan dengan celana jeans broken white dan kaos merah yang mencetak jelas bentuk tubuhnya semakin memperlihatkan aura cantik yang dimiliki oleh Tika. Kelly bag warna orange terang yang menggantung di tangan kirinya membuatnya semakin mempesona. Suara pertemuan high heels dan lantai kafe yang berwarna krim kecoklatan membuat semua pengunjung kafe memandang penuh ke arahnya saat dia mulai membuka pintu kafe hingga dia duduk di meja sudut kafe. Tika melepaskan kaca mata dengan lensa kaca warna coklat yang bertengger cantik di wajahnya. Dia memandang penuh ke arah wanita yang duduk di hadapannya. Tak lupa dia meletakkan kelly bag-nya pada salah satu kursi kosong. "Jauhi, Brian!" ucap wanita di hadapan Tika dengan tegas dan tampak menampakkan amarah yang berusaha dia tahan. Bahkan amarah wanita tersebut sudah menggunung sebelum Tika duduk dengan benar di kursinya. Belum sempat Tika berbasa-basi menyapa wanita di hadapannya itu, wanita itu sudah menodongnya dengan maksud tujuan pertemuan mereka. Terlalu to the point sekali. Alasan wanita itu memilih tempat duduk di meja sudut kafe adalah agar ketika mereka berbincang tidak akan menjadi pusat perhatian banyak orang. Namun, nampaknya dugaan wanita itu salah. Sejak Tika masuk hingga sudah duduk dengan santainya di kursi, masih ada beberapa pengunjung yang belum mengalihkan perhatiannya pada Tika. "Tanpa kamu suruh, aku juga sudah menjauhinya," jawab Tika dengan tenang. Tika sudah sering menghadapi hal ini selama kurang lebih delapan tahun belakangan. Jadi dia sudah terlatih untuk menjaga emosinya agar tetap tenang. Jika dia meledak-ledak, Tika sendiri yang akan rugi karena energinya akan habis terkuras untuk marah-marah atau balas memaki wanita-wanita yang sering mengajaknya bertemu. Sayang uangnya jika hal itu terjadi. Jika Tika mudah lapar maka biaya untuk makannya akan meningkat, maka tabungannya akan menipis dan list keinginan hidup yang sudah dia tulis akan lama terpenuhinya. "Tapi kenapa Brian masih saja susah untuk kutemui?" tanya wanita itu lagi. Wanita itu sudah berusaha agar tidak menjambak rambut Tika yang hari ini terurai memanjang dengan indah. Rambut Tika memang sudah indah, lembut, dan berkilau tanpa harus perawatan salon mahal. Cukup membeli kondisioner rambut, vitamin, dan serum untuk rambut, keindahan rambutnya sudah terjaga. Tika berprinsip selagi masih bisa melakukan sesuatu sendiri maka dia tidak akan memanfaatkan jasa orang lain. Hemat sekali. Bahkan sangat hemat. "Ya mana aku tahu. Tanyakan saja pada Brian. Atau mungkin dia sudah bosan denganmu," ucap Tika dengan wajah mengejek namun dengan nada yang tetap tenang. Seringaian kecil juga dia tampilkan di wajahnya. Wanita di hadapan Tika semakin mengepalkan tangannya kuat. Rasanya dia sudah siap kapan saja untuk menghantamkan kepalan tangannya ke wajah Tika agar Tika tidak menunjukkan wajah sombongnya. Wajahnya menunjukkan bahwa dia sudah siap meledak jika dia tidak ingat sekarang posisinya sedang berada di kafe dengan banyak pengunjung. "Sekali lagi aku peringatkan agar kamu tidak menghubungi Brian lagi!" ucap wanita itu kesal dan segera beranjak dari duduknya. Lebih baik dia pergi dari pada harus meladeni Tika yang membuatnya marah dan membuatnya malu di depan umum. Sebelum itu dia menyesap jus jeruk yang tadi dipesannya hingga menyisakan kurang lebih satu cm cairan jus jeruk pada gelas kaca bening yang berbentuk tabung. Wanita itu berjalan dengan kesal keluar dari kafe. Namun dia tiba-tiba dihadang oleh pelayan kafe karena belum membayar minuman yang dia pesan. Tika yang menyaksikan pemandangan itu tidak bisa untuk menahan tawanya. Dia tertawa cukup keras tapi tetap menampilkan keanggunan yang mengundang pandangan heran dari pengunjung lain. Dan saat para pengunjung memahami arah pandang Tika, mereka pun ikut menertawakan wanita yang telah melabrak Tika secara tidak langsung itu. Wanita itu sudah terlihat keluar dari kafe dengan menghentakkan kakinya pertanda kesal. Tika mengedikkan bahu dan sudah tidak peduli lagi. Kali ini dia akan mengakhiri apa yang dia mulai. Tika mengambil handphone yang berdering dari dalam tasnya. Nama 'Brian', pria yang tadi disebut oleh wanita yang telah melabraknya terpampang jelas pada layar handphonenya. "Halo," ucap Tika malas. "..." "Di kafe. Pacarmu ngajak ketemu. Oh iya, jangan lagi ganggu aku. Pacarmu mencari-cari kamu terus. Dia sepertinya sangat rindu karena sudah jarang kamu perhatikan!" ucap Tika dengan pelan namun tegas. Kemudian Tika langsung mematikan panggilan dari Brian dan memblokir nomor laki-laki itu. Tika sudah muak sebenarnya berhubungan dengan laki-laki yang sudah memiliki pacar atau istri. Namun rasa sakit di dalam hatinya masih bercokol kuat. Dia masih belum puas untuk balas dendam kepada pria yang menampakkan rasa sukanya pada Tika. Dia akan memanfaatkan hal itu untuk membalas dendam. Menciptakan rasa puas dalam diri Tika, walaupun hanya bersifat semu dan terkadang melelahkan. Tika berusaha menenangkan diri dan meletakkan handphonenya di atas meja. Dilihatnya jam di layar ponselnya sudah menunjukkan pukul 13.25. Akhirnya dia memilih untuk memesan jus saja agar dia tidak pening memikirkan akibat dari apa yang telah dia lakukan. Dua puluh menit kemudian jus strawberry pesanannya datang. Kesegaran jus strawberry yang Tika pesan dengan tambahan gula sedikit membuatnya menyukai rasa masam dan manis yang terdapat dalam buah strawberry. Tika sangat menyukai strawberry juga karena manfaatnya yang baik untuk kesehatan jantung, mencegah penuaan dini pada kulit, dan memperkuat daya tahan tubuh. Dia sangat memperhatikan kesehatan tubuhnya. Mengurangi kandungan gula yang berlebih pada makanan dan minumannya. Tika juga tak jarang mengikuti kegiatan Car Free Day pada akhir pekan di daerah Taman Bungkul ataupun Jalan Tunjungan. Dia meneguk jus strawberry itu dengan semangat. Berurusan dengan wanita tadi membuatnya haus dan lapar. Namun dia memutuskan untuk membeli minuman saja. Dia sudah memasak di kontrakan. Rasanya buang-buang uang saja jika dia harus membeli makan siang di kafe ini. Setelah jus dalam gelas di hadapannya tandas, dia beranjak untuk menuju kasir dan membayar minumannya. Dia tidak ingin tiba-tiba keluar kafe tanpa ke kasir dan dihadang oleh pelayan seperti wanita tadi. Dia tidak ingin memalukan diri sendiri. Walaupun mengganggu hubungan orang lain juga salah satu hal yang memalukan. But, she does not care. Dia suka melakukan hal itu dan akan berhenti jika dia sudah sadar atau mungkin jika ada yang menyadarkannya. Untuk saat ini dia masih ingin menikmati hidupnya yang seperti ini. Bersenang-senang mengganggu hubungan orang lain, bekerja, dan memasak adalah kegiatan hidupnya selama ini. Monoton memang, tetapi Tika enjoy saja menikmati semua aktivitas itu. Setelah memarkirkan mobilnya, dia segera bergegas masuk ke dalam kontrakan yang selama ini dia tinggali dari awal bekerja di bagian purchasing di sebuah hotel bintang lima di Surabaya. Sudah empat tahun ini Tika bekerja di bagian itu. Dan dia menikmati pekerjaan yang selama ini dia geluti. Namanya dunia kerja selalu ada hal yang diluar dugaan, supplier beberapa produk yang terkadang susah diajak menentukan harga atau barang yang ditawarkan tidak sesuai dengan standar yang diinginkan hotel. Tika merebahkan diri di atas kasur setelah berganti kaos berwarna abu-abu yang berukuran besar dan celana dengan model sobek-sobek warna hitam di atas lutut. Dia selalu nyaman menggunakan kaos khas oleh-oleh dari Pulau Dewata itu. Kaos dengan motif tie dye selalu nyaman di tubuhnya. Bahannya yang tipis tetapi tidak terawang membuat dia tidak mudah gerah dan membuatnya lebih bebas bergerak. Saat ada acara liburan dengan pihak hotel ke Bali satu tahun yang lalu, dia langsung memborong banyak kaos tie dye di pasar Seni Sukawati. Harga yang lebih murah dari pada pusat oleh-oleh yang lain membuatnya memborong banyak kaos dengan berbagai corak, motif, dan warna. Gaji dari hotel memang besar, sehingga dia bisa membeli mobil walaupun bekas. Namun, jika sesuatu yang nyaman dipakai dengan harga tidak mahal dia tidak pernah gengsi untuk membelinya. Awal bekerja dulu, Tika masih menggunakan motor. Motor pemberiaan kedua orang tuanya. Setelah dua tahun bekerja, akhirnya Tika mampu membeli mobil bekas. Tika lebih menyukai membeli barang secara cash walaupun bekas dari pada baru tetapi harus kredit. Lebih baik dia mengeluarkan uang banyak di awal dari pada harus tercekik dengan biaya bulanan untuk membayar cicilan suatu barang yang dia beli. Tika mengambil handphonenya yang masih bertahan dalam kelly bag-nya. Ada beberapa pesan dari grup divisinya, pesan grup dari sahabat-sahabatnya, dan beberapa pesan pribadi. Dia malas menanggapi chat yang menurutnya tidak urgent. Dia memilih membuka grup dari divisinya dan sahabat kentel-nya dari masa kuliah. KONCO KENTEL Sabrina Aku sama Bima mau main ke Sby, nih. Tika sibuk gak weekend ini? Yulia Dia mah sibuk ngurusin pacar dari para pria yang dia dekati, Sab. Kamu ngajak Pandu gak, Sab? Aku sudah kangen sama bocah gimbul itu. Nanti kalau kamu ke Sby aku juga mau ah ikut main ke Sby. Sabrina Tika masih deketi pria yang sudah terikat wanita? Luar biasa sekali memang teman satu kita ini. Kamu gak takut, Tik? @Tika Ya jelas Pandu kuajak, Yul. Masak dititipan ke kakek neneknya terus. Pandu harus dikenalkan ke beberapa wilayah di Jawa Timur. Agar dia terlatih menjadi traveler sejak kecil wkwkwk Yulia Tika gak bakal tobat sebelum menemukan calon imam yang baik mungkin, Sab. Halah, biasanya mah kamu dan Bima seneng kalau Pandu dititipkan ke kakek neneknya (emotikon smile devil) Tika Kalian kebiasaan ya suka banget ngomongin orang. Orangnya juga di grup ini lho ya!! Tika sebal sekali dengan teman-temannya itu. Jelas-jelas dia juga anggota dalam grup, tetapi mereka berdua suka sekali membicarakan dirinya. Heran deh. Tika meletakkan handphonenya di samping tubuhnya yang sedang telentang setelah membaca beberapa informasi dari grup divisinya. Dia menikmati semilir angin dari kipas angin yang dia nyalakan sejak dia pulang dari kafe. Sebenarnya bisa saja dia memasang AC di kamarnya. Tapi dia merasa kipas angin masih bisa mengobati panas tubuhnya di Surabaya jika musim kemarau. Dia juga harus rajin menabung agar dia tidak menyusahkan banyak orang nantinya. Walaupun barang-barang yang dimilikinya bermerk, tapi dia hanya membeli barang dengan jumlah satu dalam setiap jenisnya. Backpack bag, sling bag, dan hand bag dia hanya memiliki satu dari tiap-tiap jenis itu. Tak masalah jika orang melihatnya tidak pernah berganti tas, toh dia fine-fine saja. Dari pada punya banyak warna tas dalam satu jenis yang sama malah mubadzir, lebih baik uangnya dia tabung. Perut Tika berbunyi tanda perutnya protes dan menandakan bahwa saat ini dia sedang kelaparan. Dia berjalan ke arah dapur, mengambil nasi merah yang dia masak dalam rice cooker kemudian dia tambahkan di atasnya sayur urap-urap dan tempe goreng. Sesederhana itu memang hidup Tika. Tika lebih memilih beras merah sebagai sumber karbohidrat bagi tubuhnya karena beras merah mempunyai nilai gizi yang tinggi dengan kalori rendah pada angka 216 sehingga memberikan lebih banyak manfaat kesehatan dibanding beras putih. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa, serat dalam beras merah membantu menurunkan kolesterol, membuang limbah melalui saluran pencernaan, meningkatkan rasa kenyang, dan dapat membantu mencegah pembentukan gumpalan darah. Manfaat lain mengonsumsi beras merah adalah meningkatkan kesehatan jantung, membantu menurunkan berat badan, mencegah penyakit kronis, pengontrol diabetes, memperkuat kekebalan tubuh, meningkatkan kesehatan pencernaan, menjaga kesehatan tulang, mendukung sistem saraf, mencegah penyakit neurodegeneratif, mencegah kanker, dan bebas gluten. Hal itulah yang mendasari Tika untuk lebih memilih beras merah dari pada beras putih. Tika juga sangat menyukai sayur-sayuran. Seperti pecel, urap-urap, gado-gado, dan menu makanan lain yang terdapat banyak sayur di dalamnya. Minggu pagi tadi Tika memutuskan memasak urap-urap dengan sayur kangkung dan kecambah. Lebih ribet dan membutuhkan waktu lama memang, tetapi Tika menikmati aktivitas memasaknya itu. Selain itu, saat ini juga sudah banyak kelapa yang dijual parutan oleh mesin. Tika hanya perlu menghaluskan bumbu untuk urap-urap. Ada bawang putih, kunyit, kencur, cabai merah, cabai rawit, ketumbar, gula merah, garam, terasi goreng atau bakar, dan ditambahkan daun jeruk maka kelapa yang diolah akan menjadi lebih sedap, harum, dan enak. Kelapa yang dipilih harus kelapa muda. Jika menggunakan kelapa tua maka akan menjadi srundeng bukan bumbu urap-urap. Tika memang memiliki mobil dan barang branded, tapi jika urusan makanan dia sangat menyukai makanan rumahan. Selain cocok di lambungnya, harganya juga lebih terjangkau serta lebih mudah dalam memasaknya. Hanya sesekali saja dia membuat makanan dengan menu kekinian jika saluran pencernaannya membutuhkan asupan gizi makanan jaman now. Tika menikmati makan siangnya yang menuju sore dengan menggunakan tangan langsung, tanpa sendok. Rasanya lebih nikmat dan sederhana. Ah, dia jadi merindukan kedua orang tuanya yang tinggal di beda kota dengannya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Bastard My Ex Husband

read
382.9K
bc

T E A R S

read
312.6K
bc

Fake Marriage

read
8.4K
bc

Mas DokterKu

read
238.6K
bc

Hello Wife

read
1.4M
bc

MENGGENGGAM JANJI

read
474.4K
bc

MOVE ON

read
94.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook