bc

Double A (Ayara & Arion)

book_age18+
1.0K
FOLLOW
7.8K
READ
family
arranged marriage
goodgirl
doctor
drama
sweet
bxg
campus
office/work place
husband
like
intro-logo
Blurb

Sebuah pernikahan yang tepat menurut Ayara adalah di saat ia berusia 24 tahun. Menikah dengan laki-laki yang ia cinta dan mencintainya. Namun itu hanya rencana saja, karena nyatanya target menikah di umur 24 tahun batal begitu saja saat ia harus menikah di umurnya yang sekarang menginjak 20 tahun dan menikah dengan laki-laki pilihan Ibunya.

Takdir tak pernah ada yang tahu, manusia hanya bisa berencana karena keputusan akhir ada di tangan Sang Pencipta. Tuhan yang menentukan semuanya.

Meski hasilnya di luar apa yang telah ia rencana kan, Ayara menerima dengan lapang dadaa. Begitu juga dengan Arion, laki-laki yang akan menjadi pendamping hidupnya.

Akankah mereka menjadikan pernikahan ini sebagai yang terakhir? Atau malah berpisah di tengah jalan? Mereka tak pernah tahu karena setelah ijab kabul di ucapkan, Ayara dan Arion berharap menemukan kebahagiaan mereka meski semua tak sejalan dengan apa yang mereka impikan, terutama bagi Ayara.

**

Cover : Haruchi @siskavarynt

chap-preview
Free preview
Bagian 1 : Awal Kisah
Sisa hujan semalam membuat udara pagi ini begitu menyejukan, kabut di pagi hari menjadi pemandangan pertama yang Ayara lihat ketika ia membuka jendela kamarnya. Rumahnya terletak di sebuah pemukiman biasa bukan sebuah perumahan elit namun semua itu membuat ia nyaman berada di sini, apalagi rumah ini sudah ia tempati selama 20 tahun lamanya dan menjadi saksi dari semua kejadian di masa kecilnya. Pukul 06.00 pagi. Udara dingin menusuk kulit tangannya, Ayara memeluk tubuh dengan kedua tangan itu begitu erat, hawa dingin sehabis hujan dia rasakan ketika jendela kamar terbuka. Gadis itu memang sudah terbiasa bangun pagi dan menjadi rutinitas Ayara membuka jendela di waktu seperti ini. Setelah membuka jendela kamar, Ayara segera membereskan tempat tidur, melipat selimut dan juga merapikan bantal yang sudah tak beraturan, selesai membereskan tempat tidur ia pun berjalan ke arah kamar mandi, bukan untuk mandi tetapi hanya sekedar mencuci muka sebelum akhirnya dia membantu sang ibu di dapur mereka. Ayara tampak segar, ia berjalan kearah dapur di mana sekarang Ibunya tengah memasak di bantu oleh asisten rumah tangga, perempuan bernama Mbok Juminten atau yang biasa ia sapa Mbok Jum. “Pagi, Bun, Mbok Jum.” “Pagi, Dek.” “Pagi, Non Yara.” “Ih, Mbok. Padahal aku udah bilang enggak usah panggil Non segala, panggil Yara aja,” protes Ayara pada Mbok Jum, ia memang tak begitu suka jika asisten rumah tangganya ataupun satpam yang bekerja dirumah ini memanggil dia dengan embel-embel “Non” apalagi ia sudah menganggap yang bekerja di sini seperti keluarganya sendiri. “Maaf, Mbok suka lupa terus, Neng,” ucap Mbok Jum yang kini mengganti panggilan pada Ayara dengan “Neng” yang sering dikatakan orang asli Bandung jika menyapa perempuan Bandung. “Nah gapapa deh, Neng aja,” balas Ayara tersenyum, kemudian ia mengambil alih pisau yang sedang digunakan Ibunya, “Biar Ayara aja, Bun,” sambungnya. Sarah –Ibu Ayara- mengangguk dan kembali mengerjakan perkerjaan yang lain. Mereka pun sibuk dengan berbagai macam perkejaan dapur, Ayara tampak serius memotong wortel dan juga kol dengan potongan kecil-kecil. Sayuran itu akan di buat Bala-bala makanan khas dari Bandung, atau bisa juga di sebut Bakwan jika di kota lain. Campuran dari dua sayuran yaitu wortel dan juga kol ditambah terigu, air dan tak lupa garam secukupnya. Ayara itu sudah terbiasa berada di dapur jadi tak heran jika ia sudah begitu lihai dengan peralatan dapur. Setelah adonan selesai, iapun segera menggoreng adonan bala-bala tersebut sementara Ibunya tengah menyiapkan sayur sup juga tahu, tempe. Mbok Jum juga tengah sibuk dengan piring dan gelas yang sedang ia cuci. Tak berselang lama, semua masakan sudah siap. Ayara juga sudah meletakan bala-bala yang tadi ia goreng di atas meja, setelah itu ia ijin untuk mandi sebelum nanti sarapan bersama. *** “Ke kampus jam berapa?” tanya Bima pada Ayara yang masih menikmati sarapan. “Masuk agak siangan, Kak. Kenapa?” “Enggak, kirain mau berangkat sekarang bareng Kakak,” balas Bima. “Nanti aja, lagian di jemput sama Joan.” Bima mengangguk mengerti. “Bima berangkat dulu, Bun,” pamit Bima setelah menyelesaikan sarapannya. “Iya, hati-hati. Jangan ngebut dijalan,” nasihat Sarah, sang ibu. “Siap Bun. Asalamualaikum...” Bima mencium tangan Ibunya kemudian beralih ke Ayara dan mencium kepalanya seperti biasa, “Kabarin kalau nanti selesai dari kampus,” ucapnya pada sang adik. Ayara pun mengangguk. “Waalaikumsalam..” “Kamu berangkat jam berapa, Dek?” tanya Sarah pada anak bungsunya itu. Sedari tadi masih asyik melahap makanannya. “Belum tahu, Bun. Joan belum ngabarin lagi.” “Emang kelas jam berapa?” “Sebenernya gak ada kelas, cuma aku sama yang lain mau ke perpus cari referensi buat tugas gitu, Bun.” “Oh.. Yaudah, nanti pulangnya jangan sampe sore banget ya.” “Iya, siap. Ayara ke atas dulu deh, takutnya Joan telepon.” “Iya.” Sarah mengangguk, kemudian Ayara pun beranjak dari kursi dan segera ke kamarnya karena handphone miliknya berada di sana dan Joanna –sahabatnya itu pasti sudah menerornya, bisa gawat kalau sahabat yang satunya itu ngomel, kupingnya sudah pasti akan panas karena mendengar omelan Joanna yang tak bisa di rem. Sesampainya di kamar, ia mendengar handphone yang berada di atas meja berdering, tanpa lama ia pun segera mengangkat panggilan tersebut yang ternyata dari Joan. “Yara.!! Kenapa baru di angkat sih, gue udah telepon lo dari tadi. Kita ketemu di kampus aja, gue enggak bisa jemput lo soalnya tadi si Dito malah jemput gue dan maksa anterin ke kampus, sorry ya,” cerocos Joanna bahkan Ayara belum sempat mengatakan halo. “Lo bisa gak sih ngomong santai, sakit ini kuping gue.” “Sorry sorry, gue terlanjur semangat.” “Ck! Kebiasaan, terus gue gimana dong?” tanya Ayara mendengar Joanna di jemput oleh Dito –Kekasihnya. “Ya terpaksa pake taksi,” balas Joanna membuat Ayara yang berada di seberang telepon memberenggut sebal. “Ah lo, yaudahlah gue nanti aja kesana,” ucap Ayara. “Jangan gitu dong, kita kan harus beresin tugasnya cepet-cepet.” “Ya lo sih, janji jemput gue tahunya malah enggak. Lagian kenapa sih itu si Dokter lebay banget pake acara jemput segala. Emang enggak kerja apa dia di rumah sakit,” ucap Ayara dengan nada kesal. Ayara merutuki Dito dalam hatinya karena gara-gara Dokter lebay itu dia harus berangkat dengan taksi, mengingat mobilnya yang masih berada di bengkel karena beberapa hari lalu mogok. “Gue kan udah minta maaf, pokoknya sekarang lo ke sini gak pake lama. Gue traktir deh sebagai permintaan maaf karena gue enggak jadi jemput lo,” Rayu Joanna membuat Ayara tersenyum senang mendengar kata “traktir” dari mulut sahabatnya itu. “Nah gitu dong, oke gue otw,” semangatnya kemudian menutup telepon secara sepihak. Sementara di sisi lain, Joanna mendengus, “Giliran traktir aja gercep banget itu anak, dasar jomblo. Pake di putus segala telepon gue.” gerutu Joanna setelah tahu sambungan di putus oleh Ayara. *** Ayara baru saja sampai di area kampus, ia keluar dari taksi online yang tadi ia pesan untuk menuju ke kampus. Setelah itu, dia berjalan menuju kantin di mana Joanna berada karena terakhir kali Joanna menghubunginya dan memberitahu dia kalau sedang berada di kantin Fakultas Seni dan Budaya. Entah kenapa sahabatnya itu memilih berada di kantin Fakultasnya tersebut di bandingkan dengan kantin yang letaknya lebih dekat dengan perpustakaan umum, membuat Ayara dengan langkah malas menemui Joanna di sana. Kantin di Fakultas Seni dan Budaya kali ini tak begitu ramai, mungkin sebagian Mahasiswanya ada jadwal kelas. Hanya ada beberapa Mahasiswa yang duduk di kantin ini termasuk sahabatnya, Joanna yang saat ini tengah duduk di sudut kantin dengan satu gelas minuman yang sudah berada di atas meja. Setelah menemukan keberadaan Joanna, Ayara pun segera menghampiri gadis dengan rambut yang terurai panjang itu, tak lupa pakaian yang begitu modis melekat ditubuhnya, bahkan tanpa gadis itu sadari sudah banyak pasang mata laki-laki yang menatap dengan tatapan memuja. Tak heran, karena Joan adalah salah satu mahasiswa paling cantik dan modis di fakultasnya. “Haus gue,” ucap Ayara kemudian mengambil gelas yang berisi jus milik Joanna dan meminumnya hingga setengah. “Haus sih, tapi itu punya gue kali,” protes Joanna melihat minuman miliknya di habiskan setengahnya oleh Ayara. Gadis itu seolah merasa tak bersalah dan hanya tersenyum menyebalkan di mata Joanna. “Lagian lo, udah tahu mau ke perpus malah pilih kantin ini. Jauh lah gue jalan kaki,” balas Ayara. “Gue abis ketemu sama temen, jadi di sini,” ucap Joanna karena tadi memang dia harus bertemu dengan temannya di sini. Ayara menganggukan kepalanya. “Rena enggak ke sini ya?” tanya Ayara menyadari salah satu sahabatnya tak berada bersama dengan mereka. “Enggak, lagian kita kan beda jurusan sama dia.” “Ya kali aja ikut, gak ada kabar di grup tadi.” “Kayanya dia ada kelas dari pagi.” “Yaudah, kita ke perpus lah. Biar tugasnya cepet beres.” Ajak Ayara kemudian merekapun segera meninggalkan kantin dan berjalan ke arah perpustakaan umum yang ada di area kampusnya. Disebut perpustakaan umum karena di sana menjadi tempat kumpulan buku terlengkap di bandingkan dengan perpustakaan yang berada di setiap Fakultas yang ada di kampus mereka. *** Di sisi lain. Seorang laki-laki berjas putih baru saja selesai jaga dan ia memilih untuk segera pulang ke rumahnya. Ia butuh istirahat mengingat semalam sama sekali tak tidur karena beberapa kali pasiennya mengalami kondisi yang tidak stabil membuat dia harus sering mengecek pasien karena tanggung jawab dia sebagai Dokter jaga tadi malam. Sebenarnya ia hanya menggantikan rekan sesama Dokter-nya saja yang memiliki urusan mendadak dan tak bisa melakukan jaga malam saat itu. Arion melepaskan jas putihnya kemudian menyimpannya di atas kursi, ia menatap handphone miliknya yang tergeletak di atas meja di ruangan ini, ada beberapa pesan dan juga panggilan tak terjawab yang berasal dari nomor kekasihnya. Tanpa berpikir panjang, ia segera menghubungi nomor tersebut dan memastikan bahwa kekasihnya baik-baik saja. “Halo, maaf honey handphone aku tadi ada di ruangan. Ada apa?” tanya Arion setelah mendengar suara dari seberang telepon. “Malam ini kamu ada waktu?” tanya Vena, kekasih Arion. “Ada, aku enggak ke rumah sakit.” “Kita makan malam bareng ya, udah lama kita enggak makan sama-sama. Kamu sibuk terus di rumah sakit,” rajuknya membuat Arion terkekeh di seberang telepon. “Iya, nanti malam kita keluar buat makan malem. Maaf ya kamu kan tahu kerjaan aku emang kaya gini,” ucap Arion lembut. “Iya aku tahu, yaudah sampai ketemu nanti malam. Bye Sayang.” “Bye.” Arion memasukan handphone-nya ke dalam saku celana kemudian dia keluar dari ruangan dan bergegas ke menuju mobil. Ia ingin cepat sampai di rumah agar bisa istirahat terlebih dulu sebelum nanti malam pergi bersama kekasihnya. Arion memasuki rumahnya yang tampak sepi, mengingat baru saja pukul 09.00 pagi dan sudah pasti adik kembarnya sedang bersekolah sementara Ibunya memang sudah memberitahu dia akan pergi arisan bersama teman-temannya. Arion berjalan menuju kamar, dia benar-benar mengantuk dan sesampainya di kamar ia langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang, tanpa mengganti pakaiannya lebih dulu, rasanya ia sudah tak memiliki tenaga lagi untuk sekedar mengganti pakaiannya itu dan dia pun sudah masuk ke dalam mimpi. *** Ayara dan Joanna sudah menyelesaikan tugas mereka, tadi mereka menghabiskan waktu satu jam di perpustakaan karena mencari beberapa buku referensi yang ternyata sangat sulit di dapatkan, tapi untungnya semua sudah selesai membuat mereka bisa bernapas lega. “Abis ini lo mau ke mana?” tanya Ayara pada Joanna, saat ini mereka sedang berjalan keluar dari perpustakaan. “Gak tahu, lo sendiri mau kemana?” Joanna balik bertanya. “Gak ada tujuan juga kecuali pulang ke rumah.” “Jalan dulu gimana? Sekalian ajak Rena, kali aja udah beres kelasnya.” “Boleh deh, bentar gue telepon dia dulu.” Ayara mengeluarkan handphonenya dari dalam tas kemudian mencari kontak Rena dan menghubunginya. Tersambung tapi belum ada jawaban dari sahabatnya itu, sampai beberapa menit berlalu masih tak diangkat. “Masih di kelas kali ya, enggak di angkat sama dia.” “Kayanya, yaudah chat aja kasih tahu kalau kita mau ke kafe biasa.” “Oke..” “Udah, yuk kita jalan.”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Love Match (Indonesia)

read
172.4K
bc

My Husband My Step Brother

read
54.7K
bc

Long Road

read
118.3K
bc

I Love You, Sir! (Indonesia)

read
259.8K
bc

The Perfect You (Indonesia)

read
289.1K
bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
75.8K
bc

Dependencia

read
185.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook