bc

CINTA DALAM KERANDA

book_age18+
1.5K
FOLLOW
12.4K
READ
killer
family
friends to lovers
bxg
scary
ghost
small town
another world
first love
horror
like
intro-logo
Blurb

WARNING!!

Nama hanyalah khayalan author semata.

~Happy reading~

Owen, seorang pengusaha kaya raya yang menjadi liar akibat masa lalunya. Suatu hari dia bertemu perempuan yang nyaris membuatnya putus asa. Karena penolakan yang berkali-kali dia terima, pada akhirnya ia memilih untuk pergi ke dukun. Ia akan menempuh segala cara hanya untuk memuaskan hasratnya pada seorang perawan yang diincarnya.

Sehari sebelum upacara pernikahannya, dia mengalami kecelakaan yang merenggut nyawanya. Akhirnya, wanita itu menikah dengan dirinya yang berada di dalam keranda. Meskipun tubuhnya sudah mati, jiwanya tetap hidup untuk melakukan hal yang belum bisa ia capai sewaktu hidup. 

Inilah kisah sebuah hubungan yang sudah tidak benar sejak awal. Pengantin wanita harus melayani suaminya setiap malam saat dia benar-benar tidak sadar akan kehadiran suaminya sendiri.

Akankah dia menerima kehadiran suaminya?

Apakah yang terjadi saat dia mengetahui masa kelam dan dosa yang telah dilakukan oleh Owen?

chap-preview
Free preview
PERTEMUAN
Owen Wilson, seorang pengusaha muda yang sukses di bidang properti. Masa lalunya yang kelam, membentuk dirinya menjadi seorang lelaki biadab yang senang bermain-main di klub malam dan selalu bermain dengan wanita yang berbeda setiap malamnya. Setelah ia bertemu dengan Meisin, seorang Model yang baik hati dan begitu polos, kehidupannya mulai berubah drastis. Meisin Valery sangat sulit untuk didekati. Bahkan setelah mengetahui Owen adalah seorang pengusaha sukses, Meisin tetap menolak keberadaan Owen. Kehidupan Meisin berbanding terbalik dengan kehidupan Owen yang bergelimang harta. Sehari-harinya, ia bekerja tak kenal lelah demi membayar hutang-hutang orang tuanya. Meisin tak habis pikir, berkali-kali dia menasehati orang tuanya, namun tetap saja Bu Rena dan Pak Leo begitu kompak melakukan investasi sana sini demi menjadi kaya secara instan. “Bagaimana aku bisa tenang, setiap hari di kejar-kejar rentenir,” keluhnya saat dia berdandan dengan duduk di depan meja riasnya. Tak berhasil membujuk orang tuanya, bukan berarti dia harus berdiam untuk mendemo pada mereka. Dia harus tetap bekerja, setidaknya untuk membiayai hidupnya sendiri, dan menabung untuk membayar hutang ke dua orang tuanya, begitu pemikiran gadis cantik bermata cokelat itu. Dia dan keluarganya berhasil bersembunyi dan mengontrak di sebuah komplek kecil nan kumuh. Baginya itu bukan masalah, selama dirinya dan keluarganya aman, maka dia akan terus tinggal. Setelah mengedarkan pandangan ke segala arah di sekitar kontrakannya, Meisin melangkah keluar dengan tergesa-gesa, tak ingin lagi dia bertemu dua preman yang belakangan ini selalu mengejarnya. Dia harus segera sampai ke lokasi pemotretan yang berjarak cukup jauh dari kontrakannya. Dia bekerja apapun yang bisa dia lakukan selama itu mendapatkan uang. Bagi Meisin, selain berdiam tanpa melakukan apa-apa, masih lebih baik berusaha sekalipun harus berlari setiap hari. Baru selangkah kakinya sampai di halte busway, terdengar suara dari kejauhan yang sudah dia hapal. “Itu perempuan yang kita cari.” Tanpa menoleh ke arah sumber suara, dengan cepat Meisin melangkahkan kakinya menjauh. “Kejar dia!” terdengar suara lagi di telinganya yang membuat Meisin mau tidak mau harus berlari agar tidak tertangkap oleh si pemilik suara. Dia berlari masuk ke sebuah gedung mewah mengikuti segelintir orang yang juga masuk ke dalam. Dia tak peduli, yang dia lakukan benar atau salah. Yang terpenting sekarang adalah dia bebas dari kejaran dua rentenir itu. “Sial ..., kemana perginya tu cewek?” ujar lelaki bertubuh kekar dengan kacamata hitam dan setelan jas hitam serta celananya yang juga berwarna hitam. Sementara lelaki di sampingnya yang juga berpenampilan sama itu tak menjawab, lelaki yang tubuhnya lebih pendek itu hanya mengedarkan pandangan ke segala penjuru jalanan, mencari keberadaan gadis yang tadi dikejarnya. “Cepat sekali larinya gadis itu,” ujarnya lagi. Sambil mengatur napas yang tersengal keduanya berjalan dan sampai di depan gedung mewah yang tadi dimasuki Meisin. “Apa mungkin dia bersembunyi di dalam sana,” ujar lelaki itu lagi. “Nggak mungkin, ini gedung nggak sembarang orang bisa masuk,” jawab lelaki yang lebih pendek. “Ya sudah, ayo kita cari lagi!” Keduanya berlari lagi setelah sekali lagi di menoleh ke arah gedung yang didalamnya, Meisin mulai kebingungan dengan tempat yang dia masuki. “Ishh ..., gara-gara dua gorila itu aku telat pemotretan,” gerutunya. “Ini juga aku masuk ke kantor siapa? Sudah kayak labirin. Daritadi nyari jalan keluar nggak ketemu,” gerutunya sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling. Brukk ...! Tak sengaja dia menabrak seseorang. Dilihatnya lelaki itu menatapnya dengan seringai menakutkan. “Kalau jalan hati-hati, Nona!” Suaranya serak dengan nada tegas namun menyimpan misteri. “Maaf, aku tidak sengaja,” ucap Meisin, membungkukkan kepalanya berkali-kali. “Tidak apa-apa, aku juga salah dalam hal ini. Aku tidak menghindar saat kamu berjalan dan tidak melihat ke depan,” jawab lelaki itu. “Maaf sekali lagi, aku mencari jalan keluar dari kantor ini. Apa kamu tau jalan keluar dimana?” tanya-nya. Lelaki yang tak lain adalah Owen tersenyum dengan memasukkan tangannya di saku celananya. “Aku akan mengantarmu keluar, tapi sebelum itu. Maukah kamu mengobrol sebentar denganku di ruanganku?” tanya-nya. Meisin tidak segera menjawab. Dia tidak bisa mengiyakan ajakan lelaki yang tidak dikenalnya. “Maaf, aku bisa bertanya pada yang lain,” jawabnya. Owen yang sudah ahli dalam hal perempuan tentu saja tidak menyerah begitu saja. “Baiklah, Nona. Silahkan anda tanya pada yang lain, tapi kantor ini milikku. Sekali aku menyuruh semua yang ada di sini untuk tidak menjawab, maka kamu akan selamanya berada di kantor ini denganku.” Meisin diam, mencoba mencerna semua yang dia dengar dari laki-laki di hadapannya. “Dengar, Nona. Dilihat dari penampilanmu, kamu bukan gadis bodoh yang gampang mengambil keputusan tanpa memikirkannya. Hanya mengobrol sebentar denganku, maka setelah itu kamu akan diantar oleh pengawal ku keluar dari kantor ini,” ucap Owen mendobrak kekuatan Meisin yang tadi sempat kokoh. “Baiklah, tapi sekali kamu mengingkari janjimu, maka selamanya aku tidak akan pernah percaya padamu,” ancam Meisin. Mendengar ucapan Meisin membuat sikap lelakinya bangkit untuk menaklukkan gadis di depannya. Tak ada perempuan yang boleh menolaknya ataupun mengancamnya. Aku akan mendapatkanmu. “Baiklah,” jawabnya menyetujui dengan melangkah lurus lalu berbelok dan memasuki pintu lift. Sementara Meisin mengikut tanpa membuka suara. Ruangan megah dan luas yang jauh lebih luas dari sepetak kontrakan yang saat ini ditinggalinya, membuatnya sesaat terlena memandang takjub pada arsitektur di dalamnya. Meja kerja dengan kursi putar dan alas yang tampak seperti jaket bulu yang biasa dia pakai saat melakukan pemotretan brand mahal. “Duduklah!” Suara Owen menyadarkannya. Meisin duduk di sofa beludru panjang yang dulu sempat dia miliki saat orang tuanya belum mengalami kebangkrutan karena ditipu relasi bisnisnya. “Cepatlah! Apa yang ingin kamu bicarakan? Aku harus secepatnya keluar dari kantor ini,” ucap Meisin tanpa melihat ke arah Owen. “Mendekatlah! Aku tak ingin ada yang mendengar selain kamu,” ucapnya. Aku rasa laki-laki ini tidak waras. Meisin tak bergerak sedikitpun dari tempatnya. Melihat hal tersebut, membuat Owen merasa semakin tertantang untuk menaklukkan gadis bermata coklat di depannya. “Aku hanya ingin tau, seberapa besar nyalimu sampai berani masuk ke kantor ini?” ujar Owen dengan menggeser duduknya tepat di sisi Meisin. “Dengar! Aku tidak sengaja masuk ke kantor ini, dan aku sudah berniat keluar,” jawab Meisin tak gentar sedikitpun dengan pertanyaan Owen. “Sudah sembarang masuk, tidak akan mudah untuk bisa keluar,” ucap Owen menyeringai. “Aku harus keluar, kau tau? Aku harus bekerja dan karena nyasar masuk ke kantormu, aku jadi telat bekerja,” ucap Meisin ketus. “Berapa gaji yang kamu dapatkan di tempat kerjamu? Aku akan memberikannya sepuluh kali lipat, jika kamu bisa bersikap baik padaku,” ujar Owen lagi, menyentuh pipi Meisin. “Kau dengar, tidak semua perempuan bisa kamu sentuh sesukamu,” ujar Meisin, menepis kasar tangan Owen. Dalam hatinya, dia mulai didera takut bila lelaki di sampingnya akan berbuat di luar batas padanya. Sementara Owen semakin tertarik untuk tidak sekedar menaklukkan gadis itu, kelelakiannya naik tingkat menjadi ingin mendapatkan gadis di depannya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Kupu Kupu Kertas#sequel BraveHeart

read
44.0K
bc

Suddenly in Love (Bahasa Indonesia)

read
75.9K
bc

Long Road

read
118.3K
bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
75.8K
bc

DIA UNTUK KAMU

read
35.0K
bc

Enemy From The Heaven (Indonesia)

read
60.6K
bc

PEMBANTU RASA BOS

read
14.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook