bc

The Beginning of My Revenge

book_age18+
98
FOLLOW
1K
READ
adventure
killer
dark
warrior
tragedy
heavy
genius
ambitious
expert
magical world
like
intro-logo
Blurb

Apakah takdir selalu begini?. Kazuya selalu berpikir bahwa Tuhan sangat tidak adil padanya, orang tuanya di bunuh di depan matanya dan istrinya di perkosa hingga akhirnya dia juga terbunuh. Varen adalah penerus dari pahlawan legendaris yang menguasai api hitam abadi. Setelah berhasil membalaskan dendam ia mati karena racun dan jiwanya bersatu dengan kazuya dan dilahirkan kembali menjadi anak yang bernama Arvin.

chap-preview
Free preview
Permulaan
Jika kau pikir ada keadilan di dunia ini, maka bisa di pastikan kau sedang bermimpi saat ini. Coba pikirkan sejenak, jika keadilan memang ada mengapa harus ada orang kaya dan orang miskin, jika keadilan memang ada, mengapa harus ada orang yang membully orang lain, jika keadilan memang ada mengapa orang yang membunuh orang lain justru mendapatkan pujian dari orang-orang lain, bukannya malah menolong namun malah membenarkan apa yang dilakukan oleh sang pembunuh. Disaat aku masih kecil, aku mengalami kejadian yang tak dapat dilupakan oleh diriku sendiri. Orang tuaku di bunuh di depan mata ku sendiri oleh sekelompok perampok yang masuk ke dalam rumah, kedua orang tua ku menyembunyikan aku di dalam lemari rahasia yang hanya kami sekeluarga mengetahuinya. Mereka memastikan aku agar aman dan tak dapat di temukan oleh para perampok bersenjata itu. “Kami menyayangi mu kazuya, tolong teruslah bertahan hidup” ucap kedua orang tuaku kemudian memeluk ku. Sesaat lemari itu di tutup, pintu kamar terbuka. (Doooorrr......) Suara senjata api yang mengeluarkan peluru mendarat tepat di kepala ayahku yang saat itu berdiri mencoba melindungi ibu. “Yeaaah... headshot brooo” ucap salah satu perampok sambil berpose meniup ujung senjata api yang berasap. Aku berusaha tak bersuara meskipun sedari tadi badan ku mulai bergetar hebat saat ayah jatuh ke lantai dengan darah yang keluar dari kepalanya. Para perampok itu mulai masuki kamar, mereka berjumlah sekitar 6 orang. Mereka menarik rambut ibu dan mulai menanyakan dimana letak uangnya. “Hei jalang, lebih baik kau mengatakan dimana letak uangnya sebelum kau berakhir sama dengan suami mu yaa kaann” ucap perampok yang menarik rambut ibu. “Kau akan mendapatkannya di neraka sana BANGS*T” ucap ibuku kemudian menusukkan tangannya ke mata si perampok tadi, Perampok tadi berteriak kesakitan karena kedua matanya di tusuk oleh ibu, setelah perampok itu kehilangan keseimbangan ibu menendang nya dan mulai berlari menuju jendela. (Praaaaang.. cass casss) suara kaca jendela yang pecah karena di tabrak dengan keras oleh ibu Aku yang dari tadi menangis sambil menutup mulut agar tak bersuara, terbelalak karena ibu melompat dari lantai tiga rumah ini agar tidak tertangkap perampok, ibu jatuh dari ketinggian dan meninggal dunia karena kepalanya yang mendarat duluan ke tanah. “Ahh wanita anj**ng, dia malah melompat padahal aku ingin membunuhnya dengan tangan ku sendiri” ucap perampok sambil memegangi salah satu matanya. “mari pergi dari sini, aku sudah tak ada mood lagi untuk uangnya” tambahnya “Yup tapi sebelum itu mari lakukan ini” tambah perampok yang ada di dekat mayat ayah melakukan sesuatu yang tak dapat kulihat. Tak lama kemudian mereka pergi dengan menutup pintu kamar, tapi aku masih berusaha tak bersuara meskipun menangis karena masih ketakutan, badan ku tak berhentinya bergetar, detak jantung ku beradu layaknya kuda yang berlari kencang. Hingga pagi menyingsing aku memberanikan diri untuk keluar dari lemari dan mencoba menelepon polisi. Aku keluar dari kamar dengan menangis tak bersuara menuju ke lantai bawah untuk menelepon polisi, semua pintu masih tertutup rapat seperti tak ada yang terjadi. Aku mulai memencet tombol 110 untuk menelepon polisi. (Tutttt....tuttt..) “Halo anda bicara dengan kepolisian, ada yang bisa kami bantu” ucap seorang wanita di telepon. “Anoo... t-tolong aku, rumahku di rampok dan ayah ibuku meninggal” ucap ku dengan bibir Gemetaran karena masih ketakutan. “Baiklah kami akan menuju ke sana dengan segera, kamu tenanglah” ucap wanita itu pada ku. “Tolong cepatlah....” aku yang sedari tadi gemetaran seakan mau pingsan karena terlalu takut. (Tinooo niiinooooo.... niiinoooooo) suara sirene mobil polisi di depan rumah Lima belas menit berlalu dan akhirnya polisi datang, mereka mendobrak pintu dan menemukan ku berdiri di samping telepon dengan keadaan menangis tak bersuara dan gemetar. Salah satu polisi wanita datang memelukku dan menanyakan dimana jenazah ayah buku. “Dimana jenazah orang tua mu” tanyanya. Sambil sesengukkan aku menjawab “A-ayah ada di atas di d-dalam kamar, i-bu di s-samping rumah” aku menjawab dengan tubuh gemetar karena shock. “Baiklah kami akan memeriksanya” ucapnya sembari menenangkan ku. “KEPADA SEMUA UNIT, INVESTIGASI DENGAN MENYELURUH SEISI RUMAH INI, JANGAN ADA BAGIAN YANG TERLEWAT BAHKAN 1 PUN” ucap seorang polisi. “BAIK” semua polisi menjawab serentak. Semua polisi mulai bergerak menginvestigasi rumahku kemudian membawa mayat ayah dari atas kamar dengan tandu dan tubuhnya di tutupi kain putih. Aku yang sedari tadi masih menangis melihat tubuh itu dengan tatapan sendu. Mereka juga membawa tubuh ibu dengan tandu dan ditutupi kain putih yang mirip dengan ayah. Mereka di dimasukkan ke dalam mobil ambulan, aku hanya bisa melihat mereka dari luar dengan menangis. “Mau di bawa kemana mereka bu” tanyaku pada polisi wanita yang menenangkan ku dari tadi. “Mereka di bawa untuk di autopsi” jawabnya sambil mengelus kepalaku. “Kazuya, kazuyaa apa kau tidak apa-apa” ucap seorang perempuan yang berlari kemudian memelukku dengan menangis. Dia adalah adalah bibi ku yang merupakan saudari ibu, dia dan suaminya memang sangat baik pada keluarga kami, dia memeluk dan memeriksa tubuhku untuk memastikan bahwa aku tidak apa-apa. “Bibi kenapa ini terjadi” ucap ku sambil menagis terisak-isak. “Tenang saja sayang, bibi akan menjagamu sekarang, kau tidak perlu khawatir” dia berkata sambil memeluk ku dengan erat. Setelah kejadian itu aku tinggal di rumah bibi, sambil menunggu hasil autopsi dari kepolisian. Mereka tidak menanyakan apa-apa padaku karena bibi melarang itu, dia mengkhawatirkan kejiwaan ku, dia berusaha agar aku tidak mengingat kejadian itu. Beberapa hari kemudian polisi datang untuk menjelaskan kejadian yang ada, mereka mengatakan bahwa tidak ada jejak tentang perampokan, bahkan di senjata berapi itu yang ada hanyalah sidik jari ayah ku dan ibu ku, mereka mengira bahwa kedua orang tua ku berkelahi satu sama lain. Ayah menembakkan pistolnya ke kepalanya sendiri karena pelatuknya di tarik dan arah selongsong pistol itu di arahkan ke kepala ayah oleh ibu. Ibu ku yang terkejut akan hal itu merasa bersalah dan meloncat dari lantai tiga untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Dia menjelaskan kejadian yang terjadi berdasarkan semua bukti yang ada. “Apaa... apa kalian bercanda, aku melihat sendiri dengan mata ku mereka jelas-jelas dibunuh” ucap ku menjelaskan kejadian sebenarnya, “Nak kami sudah berusaha sebaik mungkin untuk menginvestigasi rumahmu, tapi tidak ada jejak perampokan disana, bahkan tidak ada pintu yang rusak atau pun jejak kaki dari perampok” dia mengatakan dengan serius. Aku masih tak percaya dengan apa yang di ucapkan polisi itu, ditambah para tetangga yang menggosipkan hal yang tidak-tidak ketika aku mau berangkat sekolah, mereka mengatakan bahwa keluargaku mengalami konflik pribadi dan terbunuh satu sama lain bukannya di bunuh oleh perampok. Sejak saat itu aku tak lagi percaya adanya keadilan. ******* (Beberapa tahun kemudian) (Clak.. krieeeet) suara pintu terbuka “Aku pulang” ucap ku ketika masuk ke dalam rumah “selamat datang” balas seorang perempuan cantik di depan pintu seakan menunggu kepulangan ku. Perempuan cantik yang berusia sekitar 26 tahun, memakai celemek layaknya istri rumah tangga yang ada dimana-mana. Dia adalah istri ku yang akun nikahi tahun lalu. “bagaimana dengan harimu” dia bertanya pada ku “Yahh sama seperti sebelumnya, bos selalu marah-marah, kerjaan menumpuk” kataku sambil melepas dasi dan sepatu yang aku pakai. “apa kau mau mandi atau makan dulu” tambahnya sembari membereskan sepatu yang aku kenakan. “Aku mau mandi dulu saja, badan ku lengket” jawabku Setelah mandi dan makan malam kami pun tidur di kamar, saat akan tengah malam ada suara pintu depan terbuka dan aku terbangun dari tidur ku karena kaget, aku mulai bangkit dan memeriksa pintu itu, tapi sesampainya di ruang tengah. (Bakk.... brughh) suara benda tumpul yang di pukulkan Aku merasa sakit di bagian kepala belakang karena hantaman senjata tumpul yang beradu dengan kepala ku, penglihatan ku mulai kabur dan aku mulai kehilangan kesadaran. Kesadaran ku mulai kembali pulih, aku terbagun dari pingsan dengan keadaan terikat. Dengan mata terbelalak aku melihat istri ku dengan keadaan terikan dan telanjang bulat dan dua orang bertopeng mulai mendekatinya, istriku saat itu dalam keadaan tak sadarkan diri mungkin karena di bius oleh perampok itu. “Heyyy anj**ng, jangan coba-coba dekati dia” aku berteriak dengan emosi yang meluap-luap “Akan kubunuh kalian bangs**t” tambah ku berusaha melepaskan diri dari ikatan. “Hey.. dia berisik sekali, bukankah sudah kusuruh untuk membunuhnya saat pingsan tadi” kata salah satu perampok “Aku bunuh saja sekarang, dan kau jangan mulai sebelum aku” jawab seorang perampok lainnya sambil mengambil pisau yang cukup besar. Perampok itu mulai berjalan ke arah ku dan berkata “Hey bung ini bukan salahmu, tapi salah istrimu yang terlalu cantik dan seksi, seandainya kau tidak berisik tadi mungkin kau tidak akan aku bunuh” ucapnya Dia menancapkan pisau itu tepat di d**a bagian kiri, aku merasakan sakit yang luar biasa ketika pisau itu menancap sepenuhnya yang kemudian disusul hawa dingin menusuk seluruh tubuhku, mataku tak dapat menahan untuk tetap terbuka, kesadaran ku mulai hilang. “akhirnya dia mati juga” ucap perampok itu **** “Apa ini....” “Mengapa semua orang yang aku sayangi harus menderita” “Mengapa Tuhan memberi ku jalan takdir yang begitu kejam” “Apa salah ku padamu Tuhan” “Mengapa kau begitu kejam padaku” Aku tak bisa bergerak, aku tak bisa membuka mataku, aku merasakan sensasi seakan terombang ambing layaknya berada di samudra yang sedang mengamuk. Selang beberapa waktu kemudian, aku mulai bisa merasakan kakiku yang sedang menapak diatas rumput, aku mulai bisa membuka mataku, merasakan hangat yang sebelumnya tak pernah aku rasakan sebelumnya. “dimana ini, apakah ini alam setelah kematian, mengapa tak ada orang disini” aku berkata pada diri sendiri yabg sedang kebingungan. Sebuah cahaya putih yang menyilaukan muncul di hadapanku, sangat terang hingga aku harus menutup mata karena tak tahan akan silaunya “Selamat datang anak manusia”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Legenda Kaisar Naga

read
90.0K
bc

Kembalinya Sang Legenda

read
21.6K
bc

AKU TAHU INI CINTA!

read
8.6K
bc

Romantic Ghost

read
161.9K
bc

Time Travel Wedding

read
5.1K
bc

Putri Zhou, Permaisuri Ajaib.

read
2.0K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
145.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook