bc

Takdir yang direncanakan

book_age18+
908
FOLLOW
6.4K
READ
goodgirl
sweet
bxg
genius
school
actor
like
intro-logo
Blurb

Aku adalah gadis SMA yang mencinta artis terkenal dan idola semua wanita, beruntungnya, aku bisa menjadi pacar artis terkenal itu. Tapi ternyata, menjadi pacar artis bukan sesuatu yang menyenangkan, aku sudah mengalaminya sendiri. Bagaimana harus menahan sesak ketika melihat pacar kita melakukan perannya memeluk perempuan lain.

Mungkin untuk hal seperti itu, aku bisa terima. Tapi ketika menyadari kenyataan bahwa bukan hanya aku yang mencintainya, itu adalah sesuatu yang sangat menakutkan. Terlebih perempuan-perempuan itu jauh lebih cantik dariku. Setiap hari, hatiku selalu dirundung ketakutan bila kekasihku berpindah haluan.

Namun ternyata, bukan itu yang menjadi penyebab kandasnya hubunganku dengannya, berita.

~ANSEL MAHARDIKA ADALAH SEORANG p*****l~

Ya, berita dari akun gosip lah yang menjadikan hubunganku berantakan. Dengan sangat terpaksa, aku pergi untuk menyelamatkan karirnya.

Demi mimpinya, aku mengorbankan hatiku.

Entah bagaimana cinta dan masa depanku? Sedangkan mimpi sederhana untuk menjadikannya Mas pangeran saja, sudah kandas di tengah jalan.

chap-preview
Free preview
BAB 1
Semilir angin berhembus, menggerakkan rambut seorang gadis yang dikuncir kuda. Dia tengah asyik dengan buku di tangannya. Sengaja dia mengambil tempat di pojok taman, karena di sini adalah tempat ternyaman sebab tak ada kebisingan seperti di tengah-tengah taman. Tempat sunyi seperti ini adalah spot favorit Naya. Dia adalah penyuka sepi, sebab bersama sepi, dia mendapatkan kebebasan untuk melakukan hal yang paling dia sukai, belajar. Namun kemudian keasyikannya terganggu karena suara-suara perempuan yang entah dari mana asalnya. “Ansel! Ansel!” Sayup-sayup perempuan bernama Naya itu mendengar jeritan histeris yang timbul tenggelam seperti dibawa angin, tapi jelas terdengar semakin dekat ke arahnya. Namun, bukan Naya namanya kalau dia tidak bisa fokus membaca buku di tangannya. Hingga kemudian, seorang lelaki yang tidak dia kenali, berlari ke arahnya. Lelaki itu mengenakan celana jeans pendek dengan kepala ditutupi hodie jaket miliknya. Srek ... Laki-laki itu masuk kebalik semak di belakangnya. Siapa, sih? Apa jangan-jangan pencuri, ya? Ah, tapi masa ada pencuri yang pakek jaket bermerek kek gitu. Prasangka buruk muncul di kepala Naya saat melihat lelaki itu bersembunyi, entah dari kejaran siapa. Tapi di waktu yang bersamaan dia menyangkal pikiran buruk dalam benaknya. Mustahil! Jangan lupakan bahwa Naya adalah gadis pintar, dia tidak sembarang menuduh orang meski pikiran buruk terus mengusiknya. Beberapa saat kemudian, tiga orang perempuan datang dengan daster hamil yang sama. “Eh liat Ansel lewat sini, nggak?” salah satu diantara perempuan-perempuan itu bertanya. Mereka nggak lagi rebutan ayah dari anak yang ada di kandungan mereka, kan? “Ansel? Ansel siapa, ya? Saya ga kenal,” jawab Naya singkat. “Masa, sih, ga liat? Orang tadi lari ke sini. Ya, kan?” salah satu diantara mereka tak percaya. Dia benar-benar yakin bahwa orang yang mereka cari ada di sekitar tempat ini. “Iya, bener.” Temannya menjawab, menyetujui apa yang diyakini temannya, sebab dia sendiri pun melihat dan yakin dengan apa yang dilihatnya. “Ya udah, yuk. Mending kita balik kelas aja,” ucap salah satu diantara mereka. Daripada membuat kaki kram karena berlama-lama berdiri, lebih baik mereka kembali ke kelas hamil yang hendak mereka ikuti. Naya memang tidak melihat orang bernama Ansel seperti yang mereka tanyakan. Sejak tadi dia tidak melihat satu orang pun melintas di depannya, kecuali .... “Ah, mana kutahu orang asing itu namanya Ansel.” Hatinya berucap tak acuh, membenarkan jawaban yang sudah dia berikan pada perempuan-perempuan tadi. Naya tak tahu bahwa laki-laki yang tadi bersembunyi di semak belakangnya itu bernama Ansel. Jadi dia tak salah, dong. Sesaat kemudian, Naya melihat jam di tangannya. Orang asing? Hih ... belum tau aja dia, aku ini siapa? "Oh, sudah waktunya jemput Dinda," ucapnya seraya menutup buku yang sedari tadi dia baca. Hari telah cukup terik, sudah waktunya Naya menjemput Dinda, adiknya yang berada di kedai Pak Leo dan Bu Rena, orang tuanya. Sudah menjadi kebiasaannya setiap hari, sepulang sekolah dia mampir ke taman lalu setelahnya dia pergi menjemput Dinda di kedai makan milik orang tuanya. “Makasih, ya. Udah bantuin aku.” Lelaki yang tadi bersembunyi di balik semak tiba-tiba melompat di depannya. Pandangan mereka bertemu namun dengan cepat Naya mengalihkan pandangannya. Ck! pasti cowok ini nakal, suka ganggu cewek di jalan! Dan cewek tadi, pasti mau minta pertanggungjawaban sama dia! "Sini, bagian mana yang mau aku tanda tangan?" What? apa katanya? tanda tangan? Naya memandang Ansel dari ujung kepala sampai ujung kakinya. Keknya dia stress deh! Naya tak mau berurusan dengan lelaki asing di depannya. Dia melangkah hendak pergi tapi dihalangi Ansel. "Oke, kalo ga mau tanda tangan, mau foto bareng, kan?" Ansel berucap lagi dengan pedenya. "Sorry, ya aku ga butuh tanda tangan kamu, aku juga ga pengen foto bareng kamu. Permisi." Naya berlalu. Tapi Ansel mengejarnya, "Oke, gapapa. Kamu perlu apa? aku pasti lakuin sebagai tanda terimakasih karena kamu nyelametin aku dari ibu-ibu berdaster tadi," ucap Ansel. Naya menghentikan langkah, sebal karena laki-laki ini masih saja menghalangi jalannya. "Pertama, Aku cuma jawab yang sebenarnya, kok. Kedua,Aku ga tau siapa orang yang mereka cari,” sahut Naya sebal. Dia harus benar-benar pergi sekarang. Dinda pasti nungguin! Ansel yang mendengar itu terhenyak sedikit tak percaya. Baru kali ini ada orang yang tidak mengenali dirinya. Hey, Ansel adalah artis terkenal yang pernah menjadi top singer dalam boy band terkenal, The King namanya. Iya, memang sekarang dia sudah keluar dari boy band terkenal itu, tapi wajah tampan dan namanya masih dikenal banyak orang sebab dia banyak membintangi sinetron dan FTV juga film-film bioskop. Tak jarang juga, dia menjadi bintang iklan dan model cowok di majalah-majalah remaja. Dia bukan seorang remaja, usianya bisa dibilang matang karena sudah berusia dua puluh empat tahun. Namun, parasnya yang tampan maksimal itu membuatnya terlihat masih berusia belasan tahun. Terlebih, saat ini, dia tengah menjalani syuting film remaja, sehingga model rambut dan gaya berpakaiannya pun membuat Ansel terlihat jauh lebih muda dari usianya. Ansel mengulurkan tangan untuk berkenalan, "Aku ...." "Aku harus pergi karena adek aku nungguin." Naya tak memberi kesempatan untuk lelaki di depannya bicara. Buang waktu aku aja! "Tunggu! Aku masih mau ngomong sesuatu." Ansel yang sejak tadi masih mengenakan hodie kali ini melepaskan hodie jaketnya. Rambut pirangnya terlihat sangat serasi dengan kulit mulus glowingnya, membuat wajahnya tampak sempurna tanpa cela. Dia cowok apa cewek, sih? Naya mulai goyah. Lebih tepatnya minder karena ternyata laki-laki di depannya memiliki wajah yang jauh lebih cantik dari dirinya, eh, lebih tampan maksudnya, eh. Ah, tauk ah. Maksud Naya jika lelaki di depannya adalah seorang perempuan, maka tentu akan lebih cantik dari dirinya. "Aku buru-buru. Maaf," ucap Naya. Rupanya hati Naya tak bisa goyah hanya karena rupa yang terlihat sempurna. Ansel terkagum-kagum dengan seseorang yang baru pertama kalinya tidak klepek-klepek melihat ketampanannya. Tadinya Ansel pikir, dengan memperlihatkan wajah tampannya, Ansel berharap gadis di depannya ini akan berubah lembut dan bahkan bersikap manis padanya. “Ya udah, oke. Silahkan kalo emang sudah mau pulang,” ucap Ansel kemudian. Woah ... baru sekarang dia melihat cewek yang tidak tahu siapa dirinya?! Ini pertama kalinya dalam hidupku. Menakjubkan! Awalnya dia berpikir bahwa semua orang mengenalinya, ternyata tidak! buktinya di belahan bumi yang paling dekat dengannya, masih ada manusia yang tidak mengenalinya. Ini penemuan yang langka dan membuat Ansel berkesan. Sementara Naya melangkah pulang tanpa sedikitpun ingin tahu siapa laki-laki yang baru saja bertemu tatap dengannya. Naya akui, lelaki itu tampan. Bahkan dia hampir sempurna untuk ukuran lelaki yang biasa dia lihat di sekolah. Tapi setampan apapun dia, sama sekali tak membuat Naya mengurungkan niatnya untuk pulang. Sementara Ansel, lelaki itu masih tergugu di tempatnya. Dia masih tak menyangka bahwa ada perempuan di dunia ini yang tidak mengenali dan mengidolakannya. Hei, kenapa juga Ansel sangat berharap perempuan itu mengidolakannya?! Sebab merasa bahwa perempuan itu langka, Ansel diam-diam mengikuti Naya. Seumur hidup, baru kali ini, hatinya seperti ingin tahu lebih tentang orang lain, terlebih seorang perempuan. Ansel harus tahu tempat tinggalnya. Tahu tempat-tempat yang sering perempuan itu datangi agar dia bisa setiap saat berpura-pura bertemu dengannya. **** Naya masuk ke kedai makan orang tuanya. Rupanya Pak Leo dan Bu Rena sudah menunggunya sejak tadi. “Kemana aja, sih, Nay? Tumben telat.” Bu Rena langsung menghampiri putri bungsunya. Di belakangnya, Dinda yang berumur lima tahun berjalan mengikuti langkah mamanya. “Yeay ... Kak Nay datang.” Dinda langsung menghambur memeluk kakaknya. Berada di kedai, membuat gadis kecil itu tak bisa leluasa bermain. Dan lagi, setiap kali ikut mamanya menyapa customer, pipi Dinda selalu menjadi korban kegemasan mereka. Dinda tak suka. “Sorry ya, Sayang. Kakak telat, tadi ketemu cowok rese.” Naya mengusap puncak kepala adiknya. “Nggak papa, Kak. Orang cowoknya ganteng, kok, kayak pangeran.” Dinda menjawab sembari memandang ke belakang, ke arah pintu. “Hai ... Sorry. Aku ga maksud ngikutin kamu, tapi ....” Ansel yang saat ini ketahuan, pada akhirnya memilih menghampiri Naya, Bu Rena dan Dinda yang masih berada di gendongan Naya. “Eh, Ansel.” Salah seorang customer langsung menyadari keberadaan artis ternama itu. “Iya, Ansel. Itu Ansel Mahardika.” “Iya, bener.” Suasana kedai langsung riuh begitu menyadari ada artis terkenal di tempat itu. “Aku cuma mau bilang makasih.” Ansel menyempatkan bicara lagi sebelum akhirnya dia buru-buru pergi dari tempat itu, lebih tepatnya dia menghindari kejaran massa, yang selalu agresif setiap kali melihat dirinya. Eh, kok mirip pencuri ya, dia? Dikejar-kejar massa! Naya hanya menghela nafas panjang melihat dampak dari kedatangan lelaki itu ke kedai orang tuanya. Naya tanpa sadar menggelengkan kepalanya, tak disangka-sangka, lelaki yang tak sengaja bertemu di taman tadi, ternyata berani mengikutinya sampai ke tempat makan orang tuanya. Tapi tunggu! Siapa dia? Sampai semua orang sepertinya tergila-gila padanya. Shit, gara-gara cowok itu, banyak pelanggan kabur dan mereka nggak bayar! Naya jadi tak tega kalau harus pulang saat itu juga. Dia memilih membantu orang tuanya membereskan sisa makanan dan beberapa peralatan yang jatuh akibat customer yang berebut untuk lebih cepat keluar. Awas aja, kalo ketemu lagi, aku bakal minta ganti rugi sama dia!

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

PEMBANTU RASA BOS

read
14.6K
bc

Crazy In Love "As Told By Nino"

read
279.1K
bc

Hubungan Terlarang

read
500.2K
bc

UN Perfect Wedding [Indonesia]

read
75.4K
bc

Playboy Tanggung Dan Cewek Gesrek

read
461.5K
bc

Mas DokterKu

read
238.5K
bc

SEXRETARY

read
2.1M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook