bc

ISTRI KEDUA

book_age16+
401
FOLLOW
2.0K
READ
revenge
others
dark
forbidden
love-triangle
scandal
kickass heroine
drama
bxg
serious
like
intro-logo
Blurb

Jika Adam untuk Hawa dan Rama untuk Sinta, Ana berpikir kalau Fuad tercipta untuknya. Kisah cinta mereka terasa sangat indah, bak cerita dongeng, sampai akhirnya Ana mengetahu kalau Fuad sudah menikah dan memiliki dua orang anak. Sakit hati, pasti. Merasa dikhianati, tidak terelakkan lagi. Namun, cinta yang begitu dalam dan tidak ingin ditinggalkan, membuat Ana bersedia menjadi istri kedua, meskipun mereka menikah secara agama dan dihadiri sedikit orang saja.

Awalnya, semua baik-baik saja. Akan tetapi, ketidakpuasan itu terus datang dan membuat Ana ingin diprioritaskan. Menguasai Fuad sepenuhnya tentu saja tidak mungkin, membuatnya serakah dan berusaha hamil untuk mendapatkan perhatian Fuad sepenuhnya. Namun, takdir merasa seperti mempermainkannya. Ana divonis mandul. Dia pun mulai berencana untuk menguasai semua yang istri pertama Fuad miliki, suami dan anaknya. Berhasilkah Ana untuk melakukan itu?

chap-preview
Free preview
Satu
"Orang jahat tidak berawal dari orang baik yang tersakiti, hanya baru menyadari, selama ini, topeng telah membantunya bersembunyi." - Ana - Sejak dulu, keinginanku tidak pernah terpenuhi. Dunia seolah tak mengizinkanku berbahagia. Keadaan dan nasib juga membuatku tumbuh menjadi pribadi tertutup yang selalu bersembunyi di balik belas kasihan orang lain. Ini memang memalukan, tetapi aku tidak pernah ingin menyangkalnya. Sebab, hidup seperti itu, mungkin tidak terlalu buruk. Terlahir dari keluarga miskin, tentu bukan yang aku harapkan. Hidup serba kekurangan dengan banyak hal harus dikorbankan, tidak melanjutkan pendidikan misalkan, membuatku putus asa akan masa depan. Di usia yang masih terbilang belasan, harus kerja serabutan dan merelakan masa muda tanpa kenangan menggembirakan. Aku lelah, hidup seperti seorang yang tak diinginkan. Namun, tidak terlalu berharap menjadi orang kaya dadakan. Saat aku bertemu dengannya, hidupku serasa mendapat cahaya. Aku bahagia, untuk pertama kalinya setelah penderitaan tak bertuan selama bertahun-tahun. Tujuan hidupku berubah, berbahagia dan tertawa dengannya. Selama di sisinya, tak kan pernah ada kata bosan. Setidaknya, itu yang aku yakini sejak pertama kali bertemu sampai saat ini. Cinta kami bagai bunga bermekaran di musim semi. Saling berbalas, menyatukan perasaan dalam satu bingkai ikatan cinta yang tidak terelakkan. Tatap mata, senyum dan hangat sikapnya, telah mengisi kekosongan di hatiku yang berlubang.  Dengannya, aku merasa penderitaan ini telah usai. Aku tak butuh yang lain, cukup dia. Namun, seperti pepatah, tidak pernah ada sesuatu yang abadi. Kebahagian ini berakhir dengan cepat, dengan alasan yang sangat membuat terkejut. "Mari kita putus." Pernyataan yang cukup memberikan kejutan, memukul hatiku dengan keras sampai sakitnya terasa ke relung hati terdalam. Aku terdiam, beku, sembari menatap dirinya nanar dan tanpa kata, serta berlinang air mata. Sementara lelaki yang dianggap sebagai penyelamatku tersebut menundukkan kepalanya dalam-dalam, menatap ke bawah dengan jemari yang diremas berulang kali. Nada suaranya terdengar datar, tak ada perasaan bersalah, terkesan pasrah. Sangat parah. Selama ini, aku memiliki keyakinan kalau kami ditakdirkan untuk bersama bersamanya. Tak ada yang salah dengan pertemuan ini. Bagaimana cinta ini bersemi sampai melahirkan jalinan kisah asmara selama dua tahun, dengan kenangan baik dan buruk, aku selalu merasa kami baik-baik saja. Tak ada yang salah. Tidak ada. Walaupun ada, aku tidak mengakuinya. Kami baik-baik saja. "Aku sudah memiliki istri dan seorang anak." Dia memberikan kebenaran yang sulit diterima akal sehat dengan mudah, seolah tak mau repot-repot untuk  mempertimbangkan sakit yang akan aku terima dengan pernyataan yang tidak ingin didengar tersebut. "Kita akhiri saja. Aku tak mau menyakiti kalian berdua." Omong kosong. Semua yang dikatakan olehnya adalah bohong. Air mataku berjatuhan. Janji untuk selalu bersama dan mencintai sampai maut memisahkan, serasa seperti ampas yang terbuang tanpa menunggu persetujuan. Ini terlalu mengejutkan, aku tidak sanggup mengakuinya. Otakku bahkan tidak bisa mencerna apa yang baru saja dikatakannya. "Mengapa?" Pahit, mulutku masih mengeluarkan pertanyaan bodoh yang tak ingin diberi jawaban. Aku hanya berharap, semua ini hanya mimpi buruk yang akan berakhir begitu terbangun. Sayangnya, raut wajah lelaki penyelamatku tidak berubah, datar. Bahkan, dia tidak tersenyum atau tertawa untuk membuat semua ini sebagai candaan belaka. Dia bersungguh-sungguh. Duri di hatiku menjadi semakin nyata dan terasa sangat menyakitkan. Lelaki penyelamatku bernama Fuad Alatas. Usianya baru tiga puluh dua tahun. Lelaki kelahiran 1988. Fuad—begitu biasa disapa--memang laki-laki tampan. Posturnya tinggi, idaman para perempuan. Kulitnya putih bersinar, matanya setajam elang, dan pipinya yang ranum, selalu membuatku gemas. Laki-laki yang sempurna di mataku. Apalagi rambutnya yang gontang alias gondrong tanggung, benar-benar lelaki super hero di mataku. Aku selalu menyebutnya lelaki penyelamat. Sebab dia seperti cahaya dalam hidupku yang gelap. Dia juga yang selama ini sudah mengisi hari-hari indahku. Menyayangi diriku dengan sepenuh jiwa raganya. Air mataku berjatuhan saat mengingat kenyataan yang baru saja dikatakan. Memang, aku merasa ada yang salah dengannya. Lelaki sesempurna itu—mustahil dia masih lajang. Dia juga sering menyembunyikan handphonenya dariku, jarang datang dan melarangku menghubunginya di saat-saat tertentu. Namun, aku mengira, hal itu karena dia sibuk bekerja dan sebagainya. Aku tidak pernah berpikir yang macam-macam. Bodoh, rasanya aku ingin mengutuk diriku yang sudah terpedaya dan tidak bisa ke mana-mana. Aku tidak mau ditinggalkan. Walaupun, mustahil untuk bertahan tanpa kesakitan. Fuad mengangkat kepala, mengatakan berbagai hal yang tidak aku mengerti, tentang pernikahannya yang sudah berjalan selama lima tahun, istri dan anaknya yang sangat disayanginya dan bagaimana dia tidak tak ingin menyakiti kami berdua atau tanggapan orang lain jika perselingkuhan ini ketahuan. Semua terdengar seperti omong-kosong. Dia mencintaiku. Titik. "Aku mencintaimu." Tubuh ini bergerak, memeluk erat dirinya dengan putus asa. Aku tak ingin kehilangan orang yang berarti untukku. Tidak ada yang salah dengan kami atau cinta ini. Cinta ini benar adanya. Ini bukan keegoisan, melainkan perjuangan. “Ana, aku sudah beristri. Aku tidak bisa lagi bersamamu. Kamu hanya akan tersakiti saat bersamaku dan…” Aku mengecup bibir ranum itu dengan cepat, tidak direspons untuk beberapa saat, tetapi mendapatkan balasan pada akhirnya. Ini melegakan. Dia memang mencintaiku. Perasaannya padaku adalah kesungguhan, demikian pula dengan perasaanku. “Aku ingin terus bersamamu,” ucapku lantas memeluknya lagi dengan erat. “Kamuy akin? Kamu tidak akan pernah menjadi yang pertama,” sahutnya memperingatkan. Aku mengangguk, “Selama bisa bersamamu, menjadi yang kedua pun, aku tidak masalah. Mari kita tetap menikah.” Dia terdiam, “Namun pernikahan ini akan tetap menjadi rahasia. Aku tidak diperbolehkan memiliki dua orang istri secara hukum, kamu tahu itu kan?” Aku mengangguk sekali lagi. “Aku tidak masalah.” Fuad membalas pelukanku, “Terima kasih. Aku mencintaimu, Ana.” Kami berpelukan dengan erat seolah tidak ingin lagi dipisahkan. Fuad pun menceritakan, bagaimana dan kapan dia menikah dengan perempuan yang beruntung menjadi istri pertamanya tersebut. Dia juga tanpa sungkan mengatakan, betapa dia mencintai istri dan anaknya, serta tidak bisa meninggalkan mereka. Oleh sebab itu, dia tidak bisa menceraikan istrinya dan memilih untuk memutuskan hubungannya denganku. Bukan karena tidak mencintaiku, tetapi keadaan memaksanya. Jadi, aku membuat semuanya mudah. Kami bisa saling bertoleransi. Dengan begitu, kami akan mendapatkan apa yang kami mau tanpa saling mengorbankan satu sama lain. Bagi sebagian orang, mungkin aku akan dianggap egois, perempuan tidak tahu malu atau lainnya. Walau begitu, siapa yang peduli? Kami ditakdirkan untuk bersama. Perempuan itu hanya beruntung karena menjadi yang pertama. Itu saja. Dengan berlalunya waktu, dia akan mengerti kalau dia membutuhkanku. Itu sebabnya, aku harus menunjukkan padanya kalau aku layak menjadi istri kedua.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
9.4K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
85.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.2K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook