bc

Le Pere De La Fille (Bahasa Indonesia)

book_age16+
3.6K
FOLLOW
26.8K
READ
love after marriage
second chance
arrogant
CEO
boss
single mother
drama
like
intro-logo
Blurb

Setelah hampir 5 tahun tidak bertemu dengan Aleina, Adrian dipertemukan kembali dengan istrinya itu oleh Safira, kakaknya yang suka ikut campur. Aleina masih cantik seperti terakhir kali Ia melihatnya, bahkan lebih cantik. Pertemuannya dengan Aleina sudah membuatnya kaget ditambah dengan fakta bahwa ternyata Aleina sudah punya anak. Alisa, anak perempuan cantik yang juga anaknya. Adrian berusaha memenangkan Aleina dan Alisa kembali.

chap-preview
Free preview
Chapter 1
“She looks exactly like me, acts like me, talks like me, She is my daughter.” Adrian menepikan mobilnya di pinggiran jalan raya. Ia tidak tahu jalan dan tidak suka menggunakan GPS. Bukannya tidak suka, Ia tidak mengerti caranya. Dia terlalu gaptek untuk ukuran pemimpin dari sebuah perusahaan yang cukup besar. Ia sudah terbiasa pergi dengan supir namun Ia malas untuk membawa supir pribadinya untuk ikut ke Malang, Kakaknya sialan. Kenapa wanita itu selalu saja membuatnya melakukan sesuatu yang tidak penting? Seperti saat ini, misalnya. Ia jauh-jauh terbang dari Jakarta karena kakaknya menyuruhnya mengantarkan sebuah gaun milik wanita itu yang sebenarnya dapat diantar oleh kurir atau menggunakan jasa perusahaan pengiriman barang dan logistik. "Aku nggak percaya kurir, Adrian." Begitu katanya yang membuatnya tersesat di tengah-tengah kota Malang saat ini. Adrian keluar dari mobilnya dengan membiarkan mesin mobil menyala dan pintu terbuka. Ia menghentikan seorang penduduk asli Malang yang kebetulan sedang melewati mobilnya, dan menanyakan lokasi Cafe Tara yang ternyata sudah tidak jauh dari tempatnya berhenti sekarang.  Ia masuk lagi ke mobil dengan menggerutu tidak jelas. Ia kesal sekali. Ia menekan gas dan tidak sampai lima menit Ia sudah tiba di Cafe Tara. Adrian belum berniat untuk turun dari mobilnya. Ia bersandar di kursi kemudi mobilnya dan mengeluarkan handphonenya. "Halo?" "Aku udah di depan Cafe Tara. Kakak dimana sih?" "Aku di kantor. Tunggu dulu sebentar." Adrian melebarkan matanya tidak percaya. "Tau gitu aku tunggu kakak aja di hotel." Ia kesal. Ia yang harus kesini, sekarang ia diminta menunggu kakaknya lagi yang ternyata masih  berada di kantor. Makian terhadap Safira terus Ia lontarkan dalam hati. “Kamu masuk aja duluan."  Adrian keluar dari mobil sedannya dan masuk ke dalam cafe itu. Ia berjalan ke counter untuk langsung memesan minumannya. "Silahkan tunggu, Bapak Adrian nanti minumannya akan diantar." Adrian mengangguk. Setelah mengucapkan terima kasih, ia berbalik, memutar pandangannya ke seluruh Cafe ini untuk mencari meja yang sekiranya nyaman. Meja di dekat jendela yang mengarah ke jalan raya adalah pilihannya. Ia berjalan pelan menuju meja pilihannya melewati pelanggan-pelanggan lain.  Adrian duduk dan meletakkan kunci mobil dan handphonenya di meja. Ia memandang keluar jendela, memperhatikan jalanan kota Malang yang lenggang. Akan sangat menyenangkan apabila keadaan jalanan di Jakarta bisa seperti ini. "Bapak Adrian?" Adrian menoleh dan melihat seorang pelayan wanita mengantar minumannya. Ia dan wanita itu sama-sama kaget.  "Aleina?" "Satu espressonya sudah, pesanannya sudah semua ya Pak Adrian." ujar wanita itu dengan senyum tipis sesuai SOP dan terdegar berusaha sekali untuk menjaga nada suaranya agar tetap tenang. Tanpa membalas sapaannya, wanita itu langsung berbalik dan berjalan ke belakang.  Itu adalah Aleina mantan istrinya. Kenapa Aleina harus bekerja? Ia selalu mingirimi wanita itu uang dan Ia yakin sekali kalau uang yang ia kirim sudah cukup sekali untuk menghidupinya dengan cukup mewah bahkan tanpa Aleina harus bekerja. Adrian tidak melihat Aleina lagi setelah itu. Ini pertama kalinya ia melihat Aleina setelah 4 tahun yang lalu Aleina pergi dari rumahnya. Waktu 4 tahun membuat wanita itu sedikit berubah, dan Adrian dapat melihat perubahan-perubahan yang terjadi pada Aleina. "Adrian.” Itu suara Safira, kakaknya. "Sudah pesan?" Adrian mengangguk. "Kakak tau kan kalau Aleina disini?" cecarnya langsung. Ia mulai bisa mengaitkan kenapa tiba-tiba kakaknya menyuruhnya ke Malang hanya untuk mengantar gaun dan memaksa untuk bertemu di Cafe Tara.  Safira mengangguk tanpa ada rasa bersalah. "Kamu sudah ketemu Alley?" tanya Safira santai sambil meminum es kopinya. "Jadi ini di sengaja ya biar aku ketemu Alley. Buat apa?" Adrian tidak mengerti lagi dengan kakaknya yang hobinya ikut campur urusannya. "You'll thank me, Adrian.” Adrian mencibir. “Kakak yang harusnya berterima kasih padaku karena Aku rela jauh-jauh ke Malang hanya untuk gaun kakak.” "Begitu? Tunggu 10 menit lagi.” Adrian memberikan sebuah paper bag dengan box berisi gaun didalamnya. Mereka duduk berdua dalam diam. Adrian sibuk dengan poselnya yang berisi pekerjaan yang harus Ia periksa, tidak peduli sama sekali tentang apa yang akan terjadi 10 menit kedepan. Suara lonceng berbunyi menandakan ada pelanggan yang masuk. Adrian melihat dari sudut matanya masuk seorang anak perempuan bersama seorang wanita yang berusia sekitar awal 20 tahunan berjalan dibelakang anak perempuan itu. "Tante Fira." Anak perempuan itu berlari menghampiri mejanya dan langsung memeluk kakaknya. "Halo sayang. Kamu sudah makan?" Safira mengangkat anak perempuan itu, membawa anak itu ke pangkuannya. Anak itu mengangguk. "Ini tas Alisa, Bu,” ujar perempuan itu. "Makasih ya, Sum. Kamu duluan aja, nanti Alisa pulang sama saya." Sumi mengangguk dan meninggalkan cafe itu. "Dadah Bibi."  "Mama mana, Tante?" tanya Alisa dengan mata yang besar. Adrian tidak bisa fokus pada kerjaannya, malah memperhatikan dengan lekat anak kecil yang berada di pangkuan Safira. "Mama lagi kerja, sayang. Tadi kamu ngapain aja di day care?" "Ali ketemu Brian." Adrian memandang anak itu lekat. Anak itu sangat cantik. Rambutnya lulus sebahu di kuncir dua di kedua sisi kepalanya. Cara bicara anak itu juga sangat pintar untuk anak seusianya.  “Terus Brian bagi rotinya ke Ali soalnya Mama lupa bawain makanan,” lanjut anak itu dengan pelafalan belum sepenuhnya jelas namun masih bisa dicerna. Safira tertawa. Adrian memandang kakaknya heran. Kakaknya belum punya anak dan tidak suka anak kecil. Bagaimana wanita itu begitu dekat dengan anak ini? "Now, who's that girl?" Adrian akhirnya menginterupsi percakapan kakaknya. Ia begitu penasaran. "Alisa." "Iya aku tahu, mba-mba itu tadi sebut namanya. Maksud aku dia siapa?" "Dia anaknya Aleina." "Mama!" Alisa langsung turun dari pangkuan Safira dan berlari ke arah ibunya. Adrian semakin tidak mengerti. Anaknya Aleina? Anaknya juga kah? "Loh kok kamu disini?" "Bibi Sumi antar Ali kesini, di ajak sama Tante Fira." "Mama masih kerja,saying," ujar Aleina lembut. "Dia nanti bisa ikut aku, Al," sahut Safira. Adrian tidak mengerti apa yang terjadi. Ia menjadi seperti orang bodoh saat ini. Ia memperhatikan anak itu lekat-lekat dan ia merasakan sesuatu yang tidak dapat ia mengerti tetapi ia yakin kalau ia senang melihat anak itu. "Aleina, Is she my daughter?" 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

The Ensnared by Love

read
103.6K
bc

Broken

read
6.2K
bc

Long Road

read
118.3K
bc

Everything

read
277.3K
bc

HURTS : Ketika Hati Yang Memilih

read
112.2K
bc

Fake Marriage

read
8.3K
bc

TERSESAT RINDU

read
333.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook