bc

I don't Let You Go

book_age16+
137
FOLLOW
1K
READ
love-triangle
friends to lovers
mate
dominant
sweet
bxg
first love
friendship
lies
friends with benefits
like
intro-logo
Blurb

A Novel Action-Romance

WARNING!! 16+

Ayah Ran, tiba-tiba membuat keputusan untuk pindah dari Paris ke Indonesia. Hal itu membuat Ran sedikit penasaran dengan keputusan tiba-tiba itu. Karena ia tau sang ayah hanyalah actor dan berkarir di negara itu. Namun, keputusan Ran untuk ikut pindah sepertinya adalah hal bagus. Karena kepindahan itu membuat identitas sang ayah terungkap.

Identitas yang selama ini dirahasiakan oleh sang mama karena diancam oleh sang ayah sendiri. Lalu, apakah identitas asli dari sang ayah?

chap-preview
Free preview
MY BEST FRIEND
BAB 1| MY BEST FRIEND. Hujan rintik-rintik perlahan mulai turun membasahi permukaan bumi. Sesekali burung-burung mencicit kedinginan. Aku menatap alarm yang terletak diatas nakas tempat tidur. Beralih menatap kearah jendela yang menunjukkan bahwa hujan belum reda. Aku meletakkan novel yang baru saja aku baca keatas tempat tidur. Yang aku rasakan sekarang hanyalah 'bosan'! Aku memutuskan untuk menyegarkan pikiran. Aku segera beranjak menuju balkon kamar. Tak lupa, aku juga mengambil beberapa cemilan dan minuman dari kulkas. Duduk dikursi santai yang diletakkan disana. Memandang keseluruh penjuru yang tampak dari sana. Aku mengenakan baju kasual. Ya, baju kesukaan ku saat dirumah. Namaku Ran Sera. Umurku 17 tahun. Terpaut usiaku, aku dapat digolongkan pada masa remaja, yakni seorang gadis. Aku memiliki dua sahabat. David dan Tessa merupakan sahabat karibku sejak kecil. Rumah kami tak juga berdekatan, namun orangtua kami yang akrab dan sering berkunjung satu sama lain, dari sanalah kami saling berdekatan. Dan menjalin hubungan dalam lingkaran yang namanya sahabat. David, si cowok genius nan tampan itu pasti membuat semua kaum Hawa akan tergoda. Bibir yang sexy, rambut pirang, wajah tampan, bersih, putih, dan bersinar. Ia juga sangat penyayang namun tak kesemua orang. David jago dalam bidang olahraga. Yakni, bola basket, renang, dan bela diri. Ia sangat paham dan mahir dalam melakukannya. David yang tak memiliki orangtua lagi semenjak memasuki sekolah menengah pertama. Orangtuanya mati diakibatkan kecelakaan, dimana ketika mereka sedang berlibur keluarga. Dimana mereka disaat sedang melewati jalan yang sepi. Tiba-tiba ada mobil yang membuntuti mereka dan menabrak secara langsung. David yang kala itu langsung didorong oleh orang tuanya keluar dari mobil langsung tercebur kesebuah kolam. Mobil milik orangtuanya terbakar dan sudah dipastikan jika orang yang didalamnya mati, selain David sendiri. Namun, sang pelaku tak dapat ditemukan. Bahkan dilacak pun tak bisa. Siapa sebenarnya dalang dari masalah itu? Semenjak dari sana, aku sering mengajak David menginap di rumahku. Bahkan ia pernah tinggal dirumah selama satu tahun lebih. Namun, paman Hendon yang baik hati segera mengajak David untuk tinggal dirumah miliknya. Karena Ayah David dan Paman Hendon sendiri adalah rekan kerja dulu. Paman Hendon yakni seorang ketua anggota FBI (Federal Bureau Of Investigation), adalah adik dari bunda. Ia sudah menikah, namun disayangkan belum memiliki anak. Aku cukup terpesona melihat tampangnya David dan juga karakternya. Kami adalah sahabat dekat, dan sudah banyak momen-moment yang telah kami lalui. Aku belum tahu apakah aku punya perasaan pada David, namun aku harus akui..bahwasana aku selalu bahagia jika melihat David peduli padaku. Kemudian, Tessa. Tessa adalah sahabatku yang selalu antusias dan cukup cerewet. Ia memiliki rambut pendek berwarna hitam kecoklatan. Ia tak segan-segan memarahi David jikalau aku dan David sedang bertengkar. Ia juga memiliki kemampuan bela diri, pembawaannya yang tak santai dan selalu tergopoh-gopoh membuat gerakannya sering meninju benda-benda keras. Membuat tubuhnya lebam. Namun gadis itu termasuk seorang remaja yang sangat menyukai apapun hal yang sedang tranding. Misal drakor, drachin, dan lain sebagainya. Bisa dikatakan ia tergila-gila kesana. Sebagai seorang gadis, aku juga menyukai hal-hal seperti itu. Namun drakor, drachin, dan sebagainya hanya suka sekedar saja. Meski terkadang, gue mau gila kali sama actornya? hehe, tapi ga nyampe buat koleksi kaya Tessa. Keluargaku bukan keluarga yang harmonis. Kami bisa dikatakan keluarga yang 'broken home' tingkat rendah. Bunda selalu muak melihat Sang ayah yang sering mabuk. Terpaksa, jika bukan bunda yang memapah ayah kekamar akulah yang akan membantu nya. Jujur saja, bunda tak tahan jika selalu mencium bau-bau alkohol. Aku adalah anak yang jarang diberi kasih sayang. Karena apa? Yah, tentunya karena keluarga kami juga kacau. Jikalau aku sedang badmood terkadang aku akan pergi berkunjung kerumah paman Hendon sekaligus mengunjungi David. **** "Bun, aku keskolah dulu ya!" Pamit ku pada Sang bunda yang tengah menyiapkan sarapan. Sementara Sang Ayah sedari tadi belum muncul. Bunda tersenyum penuh arti "let's eat honey!" Seru bunda. Aku tersenyum, dan duduk dikursi. Kutatap sarapan pagi yang sangat menggiurkan, membuat perutku semakin keroncongan. Yah, sekarang menu sarapan pagi adalah *Pencake* meski bukan makanan faforitku, tapi itu enak dan selalu mengunggah seleraku.Bunda juga sudah duduk dikursi. Tiba-tiba aku teringat sesuatu "btw, ayah mana, Bun?" Tanyaku celingak-celinguk, kesana-kemari. Nampak bunda hanya mengendikkan bahu, dan semenit kemudian baru menjawab "kaya gatau aja!" Bukannya memberi jawaban yang tepat, wanita itu malah memberikan semacam jawaban yang ingin menebak. Aku tersentak dan memasang wajah masam "iho, ayah ga pulang ya? Kemana aja, sih?" Gerutuku seraya memasukkan *Pencake* kemulutku. "Arghh...ehemm..." Tiba-tiba aku malah tersedak. Segera kuraih minuman dan meminumnya dengan cepat. "Hati-hati dong, honey! Ntar jadi kesakitan tuh kerongkongan kamu!" Nasehat bunda. "Jangan terlalu banyak bicara kalo pas makan! Udah gede, harus tahu disiplin juga dong! Anak Bunda harus pintar!" Sambung nya. "Onghay Bun, abis tadi jadi kesal sama ayah. Jarang tuh balik kerumah. Misal kalo pulang juga, itu mabuk! Hadehhh!!!" Aku menghela nafas berat. "Cepetan makannya! Ntar telat baru tahu!" Sela Bunda. "Iya Bun!" Jawabku singkat dan dengan cepat menghabiskan sarapan pengunggah selera itu. "Ehh...iya bunda pengen bilang. Nanti bunda balik malamnya, soalnya bunda masih mau konser nanti. Ntar gausah ditunggu!" Ucap bunda dan sontak membuatku semakin kesal. "Hmm...serah deh. Gue juga anak yang jarang diberi kasih sayang!" Gerutuku bergumam kecil. "Udah deh. Cepat pergi sana!" Ujar bunda. "Bun! Kalo gitu aku bawa mobil aja deh, okey? Lagipula tuh dah kangen bawa mobil. Selama ini berangkatnya kan bareng bunda!" Aku bergelayut manja dilengan sang bunda. "Ihoo..bukannya selama ini kamu berangkat sama David dan Tessa?" Tanya Bunda penasaran. "Nah, gitu deh kalo jarang perhatiin anak sendiri. Pergi keskolah sama siapa aja, ga tau?!" Cibir ku kesal. "Udah deh, aku mau berangkat dulu Bun!" Pamit ku menyalami telapak tangan bunda dan menciumnya sekilas. "Belajar yang baik ya, honey?" Pesan bunda mengusap kepalaku sejenak. Tak perlu menunggu lama, aku langsung mengeluarkan mobil milikku sendiri yang tersimpan digarasi. Sebenarnya, aku juga sering naik sepeda atau jalan kaki keskolah. Karena ramah lingkungan. Selain itu, membuat tubuh semakin sehat bugar. Itulah sebabnya kenapa aku jarang memakai mobil keskolah. Terkadang jika sedang malas, terlambat, atau apalah aku akan naik mobil milik sendiri. Begitu juga dengan kedua sahabatku. Aku naik ke mobil dan membunyikan klakson mobil sekali, tanda pamit. Mobil Porsche, yakni mobil milikku. Mobil itu hadiah dari pamanku, yakni Hendon. Aku mulai melajukan mobil dijalan raya menuju sekolah menengah atas yang kini aku duduki, yaitu SMA ter-elite di Paris. Sembari menyetir aku juga memasang lagu faforitku. Tak juga memasang lagu dari layanan mobil. Aku segera memutar lagi lewat ponselku dan menyambungkan keperangkat Headset dan memasangnya ketelinga. **** Begitu memakirkan mobil dilapangan parkir sekolah, Tessa segera datang menyambutku "morning Ran! Tumben nih bawa mobil?" Lantas memberikan pertanyaan. Aku balas tersenyum balik dan menggandeng tasku "tau ahh..!!!" Ucapku cuek. Tessa segera mendelik sebal "nih anak ga jelas, kali? Dikatain baik-baik, ehh.. jawabnya malah cuek gitu!" "Udah kali, kayak anak kecil aja! Gue lagi badmood aja! Kelas, yuk?" Jelasku sembari mengajak Tessa. Melihat tak ada respon dari gadis itu membuat ku semakin sebal "dah deh! Ntar gue traktirin sekalian jalan-jalan, ntar okey?" Tawarku. "Yuk!" Jawab Tessa antusias. "Cihh, dasar!" Cibir ku. **** Aku celingak-celinguk kesana-kemari. Mencari seseorang justru membuat Tessa sebal "gih, cari siapa sih? Dari tadi ga bisa tenang!" Sewot Tessa. "David mana, Tes?" Tanyaku langsung to the poin. "Siapa yang mencari ku, hmmpp?" Tanya seseorang yang mulai mendekati kami. Kulirik Tessa. Bukan! Itu bukan suara Tessa, itu seperti suara lelaki. Lantas, siapa? Aku menoleh kesumber suara dan terkejut melihat David tengah berdiri di hadapanku. "Aishhh....!!!" Teriakku seraya terlonjak kaget. Hampir saja jatuh, namun dengan sigap David segera menangkap ku. Cukup lama kami saling berpelukan, aku memandangi wajah tampan David dan begitu juga dengan lelaki itu. Hingga tatapan itu segera buyar dikala mendengar dehaman Tessa. "Hmm....mata gue ternodai nih! Masih pagi-pagi gini dah pada tercemar!" Ujarnya meledek. Aku mencebikkan bibir kesal dan kembali berdiri "trimakasih, Dav" ujarku tulus seraya mengulum senyum tipis. "No problem!" Balas David. "Jodoh ga punya kepekaan ada didepan gue, nih!" Iseng Tessa. "Aishhh...lu buat gue jadi ngerasa canggung, tau ga?" Kesalku. "Kan emang kenyataan, Ran!" Jawabnya dan tercengir kuda "jujur aja, deh!" Sambungnya. "Lu bawa mobil ya, Ran?" Tanya David mengalihkan percakapan, dan kubalas dengan anggukan sekilas "Ishh...gini deh! Gue lagi bicarain hal yang serius, ehh..malah dialihin!" Cibir Tessa melipat kedua tangannya didepan d**a. "Ga gitu juga, Tes! Masa sih main jodoh-jodoh dan main suka-suka, segalah sih? Emang lu ga sakit hati apa?" Ujarku menjelaskan. "Ngapain harus sakit hati? Emang gue harus cemburu, gitu? Aduhh...gue bilang fakta iho, Ran.. Dav! Kalian tuh emang pasangan yang serasi! Ingat 'WE ARE THE BEST FRIEND' ! Gadak istilah cemburu segala! Dan aku ga punya perasaan kali sama David? Didalam persahabatan sejati itu ga bisa adalah istilah cemburu!" Tutur Tessa dengan sungguh-sungguh dan sesuai kenyataan. "Yodah deh! Ntar lagi kita mah mau pertunjukkan, bukan?" Ajakku dan menggenggam kedua lengan sahabat ku. Aku menuntun mereka dengan posisi aku ditengah-tengah mereka. "Pertunjukan? Emangnya pertunjukan apa?" Tanya Tessa. Aku menimpuk jidat ku dengan pelan "ya ampun Tesssaa...!! Masa sih lu lupa? Dah amnesia kali? Now, kita bakal pertunjukkan drama!" Tutur ku. "Kapan pikun nya, Tes? Udah punya cicit, belum?" ledek Davis tergelak. "Aishhh..apaan sih? Gue serius, malah dibawa canda!" gerutu nya. "Stop it, Dav!" ujarku. "Cepetan deh! Ntar kita ke Cafe, gimana?" tawarku memicingkan mata. Dan tentunya Tessa akan menyetujuinya dengan cepat "nah, gitu dong! gue setuju!" antusias nya. "Ihh..dasar!!" decak David. **** "Cepetin Ran! Dah bisa belum?" teriak Tessa dari seberang sana. "Bentar Tes! Mintol dong gue, pleasee!!" pintaku tak kalah keras dari balik ruang ganti. "Hufttt....bikin gue frustasi nih, anak? Tadi bilang ga perlu, sekarang keburu malah teriak-teriak!" gumam Tessa mempercepat langkahnya. Ia segera menyusul, masuk keruang ganti yang sedang ditempati oleh ku. "Belum bisa terkancing nih, bantu dong!" ujarku menunjukkan bagian belakang yang belum tertutup. Tanpa menjawab, ia segera bergegas membantuku. Dengan cepat ia telah menyempurnakan penampilanku "udah deh! Tuan putri kita mau lewat nih!" teriak Tessa dari balik ruang ganti. "Cepetan sana, David dah lama nungguin elo!" Tessa mendorongku keluar daei ruang ganti. Aku bisa melihat David yang sudah siap sedia sedang berdiri didekat tirai yang masih tertutup sembari memainkan ponselnya. "David! Buruan tuh, princess nya datang! Coba tebak, sekarang Ran mirip sama siapa?" tanya Tessa memicingkan matanya David memandang ku dengan tatapan kagum, terpesona, dan menggiurkan. Ia menelan salivanya dengan kasar. "Hi?? Masih hidupkah?" Ucapku melambaikan tangan tepat didepan wajah David. Pria itu gelagapan dan segera tersadar dari lamunannya "ahh...iya! tadi Tessa nanya Ran mirip sama siapakan?" Aku dan Tessa mengangguk berbarengan "nah, princess nya mirip banget dah sama, sama, hmmm.... kalo sudut pandang gue ga salah, mirip kaya George, siapa ya? Pemain Narnia iho, yang namanya difilm itu 'Lucy Pevensie', benar buk-?" ucapan David terhenti dikala Tessa menyelanya. "Silent!!! Sekarang Ran dan lu mirip sama, pemain drachin. Ran jadi 'Sebrina Chen', dan lu mirip sama 'Darren Chen' ! Gadak istilah sana-sini! Nah, kan mirip bukan? Kalo yang Narnia tuh, Lucy nya tunggu besar, trus ga terlalu mirip kali!" ucap Tessa dengan semangat yang membara. "Dasar deh! kalo ngomong sama yang bucin sama film drakor sama drachin pasti suntuk gue!" cibir David Tiba-tiba, Tessa memiliki ide. Gadis itu segera mendorong tubuhku kedepan dan otomatis itu condong ketubuh David. Namun aku yang sudah tahu apa tujuan dan maksud dari perbuatan Tessa, dengan sigap memegang lengan David. Dan itu membuat tubuh kami tak saling bersentuhan. Ketika melihat kondisi sudah aman, aku kembali ke posisi semula "Ckckck, dasar Tessa! Mau buat ide jahil apa lagi, heh? yang barusan gagal kan!" isengku tersenyum sumringah. "Ran, Dav! Bentar lagi dramanya bakal dimulai! Naik aja ke pentas, langsung nyusun acaranya deh!" ujar seorang gadis yakni sutradara drama. "Onghay..." Ujarku "Baik" Balas David dengan dingin dan cuek. Tanpa berkata, David segera menggandeng tanganku menuju pentas dan aku hanya pasrah untuk mengikutinya. Sementara aku bisa melihat dan mendengarkan apa yang sedang dilakukan oleh Tessa, sekarang? Tentu saja bocah konyol itu sedang tersenyum-senyum sendiri. Merasa geli. Begitu kami sampai dipentas, tirai segera dibuka. Kami mulai memainkan drama dari cuplikan film Twilight ketika pernikahan Bella dan pasangan nya. **** "Suer deh, kalian tadi cocok banget! Kira-kira ada rencana, ga?" puji salah satu Cowo, yakni teman sekelas ku. "Buset amat! Makasih deh, tapi kita pamit dulu ya?" ujarku dan mulai mundur dari keramaian itu. "Hmm...iya deh! Tapi kok langsung pulang sih?" tanya salah satu diantaranya. "Ada urusan!" kini David lah yang menjawabnya dengan singkat dan segera berlalu diikuti olehku dan juga Tessa. "Dav, Tes!" panggilku. "Ya?" "Hmm??" jawab mereka serempak. Aku mencari kata-kata yang pas "gimana kalo kita ke rumah gue dulu? Ntar kita ganti baju, okay?" ujarku memberikan usul. Keduanya mengangguk setuju "setuju deh! lagipula kagak mungkin kali kita pergi make seragam!" timpal Tessa "Yodah! Ntar kita make mobil gue aja. Kumpulnya nanti dirumah Ran, okay?" Imbuh David. "Yodah! See you on later!" ujarku melambaikan tangan seraya masuk kedalam mobil begitu juga dengan David dan Tessa.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
188.2K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.0K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Pulau Bertatahkan Hasrat

read
623.9K
bc

PLAYDATE

read
118.7K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.0K
bc

My Secret Little Wife

read
91.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook