bc

Arrogant Wife

book_age18+
2.0K
FOLLOW
10.8K
READ
love after marriage
pregnant
submissive
others
self-improved
CEO
sweet
bxg
city
widow/widower
like
intro-logo
Blurb

Richard ingin punya anak tapi istrinya, Caren tidak bisa memberikannya dan pernikahan mereka harus berakhir dengan perceraian. Di suatu bar saat sedang mabuk Richard bertemu dengan Sierra dan terjadi sesuatu yang mengakibatkan Sierra hamil. Richard bertanggung jawab atas perbuatanya tetapi setelah pernikahan terjadi Sierra adalah istri yang arogan.

"Kau yang ingin punya anak, kenapa harus aku yang repot?"

chap-preview
Free preview
Penghujung Asa
Tepat hari ini Richard dan Caren resmi bercerai. Caren mengemasi seluruh barang-barangnya ke dalam koper besar sementara Richard duduk termenung di ruang tamu. Sambil berkemas Caren berusaha menahan air matanya agar tidak tumpah tetapi hatinya terlalu sakit untuk bisa menahan semua yang telah terjadi. Caren duduk di tepi ranjang. Jemarinya mengusap ranjang dengan seprei bercorak bunga tulip itu. Di sana ia biasa menyandarkan kepalanya di bahu Richard setelah percintaan mereka yang begitu panas. Mata Caren menerawang ke masa lalu mengenang rumah tangganya yang kini hanya menyisakan sebuah akta cerai. Dulu begitu indah ketika Richard menyatakan perasaan cintanya dan dia tak ingin main-main. Richard melamarnya dengan sebuah cincin putih yang hingga hari ini masih melingkar di jari Caren. Mereka pergi berbulan madu ke pulau-pulau tropis paling indah di dunia yang bahkan belum pernah Caren lihat sendiri. Mereka memadu kasih, memupuk cinta yang kian hari kian bertumbuh. Sampai akhirnya Richard membawa Caren ke rumah itu. Rumah yang mereka tinggali selama lebih dari 5 tahun. Waktu pertama kali mereka tiba di rumah itu Richard bahkan menggendongnya dari pintu masuk hingga kamar mereka yang terletak di lantai 2. Mereka bercanda dan tertawa seolah mereka adalah pasangan yang paling bahagia. Beberapa bulan menikah, waktu itu Caren sedang memasak di dapur. Tiba-tiba Richard memeluknya dari belakang dan mengecupi tengkuk Caren. Caren tersenyum dan mematikan kompor “kau ingin apa?” tanyanya sambil tersipu. “Aku ingin... .”Richard kini menggerakkan jemarinya ke bawah. Caren tertawa geli “apa sih, kau ini,” katanya sambil membalikkan badan. Richard menggenggam jemari Caren “mari duduk dulu, aku ingin bicara denganmu.” Mereka duduk berhadapan di meja makan lalu Richard menggenggam jemari Caren lagi lalu mengecupnya “istriku, aku ingin bertanya padamu.” “Apa itu?” tanya Caren. “Apakah aku suami yang baik?” Caren tersenyum “kau sangat baik.” “Apakah aku sudah mencukupi segala kebutuhanmu?” “Lebih dari cukup.” Richard berdehem “jadi, bagaimana kalau kita bahas tentang anak sekarang?” Caren tersenyum lagi “jadi itu yang kau inginkan, kenapa tidak bilang dari tadi saja?” “Menurutku persoalan anak bukanlah hal yang mudah, mungkin saja kau tidak akan setuju untuk memiliki seorang anak,” jawab Richard. “Tentu saja aku akan setuju, sayang.” “Kau yakin? Jujur saja aku tidak ingin menunda untuk memiliki momongan, aku ingin segera menimang bayi.” Caren mengeratkan genggamannya “apa pun yang kau inginkan jika aku bisa aku akan memberikannya,” ucap Caren mantap. Richard tersenyum lega “syukurlah kalau begitu, kupikir kau akan menunda atau bahkan menolaknya.” “Tentu saja tidak.” Mereka saling bertatapan dan makin mendekatkan wajah keduanya. Dan... . Entah bagaimana mereka bisa tiba-tiba sampai di ranjang mereka yang empuk. Tak ada lagi benang yang bisa menghalangi mereka untuk bersentuhan. Hawa dingin pagi itu entah kenapa menjadi sangat panas. Embun yang mengintip dari balik kaca entah mengapa menembuskan hawa yang membara. Menciptakan tetes-tetes peluh yang mengeratkan pelukan dan mengeratkan dekapan. Cinta sangat menggelora dalam peraduan Caren dan Richard. “Aku sangat mencintaimu, Caren,” ungkap Richard. “Aku lebih mencintaimu,” balas Caren. *** Beberapa waktu kemudian Caren membeli testpack dan mengecek hasilnya. Richard sangat penasaran bagaimana hasilnya, tetapi alat kecil itu tak menunjukkan tanda positif. Caren menghela napas lalu menatap Richard “maafkan aku.” Richard tersenyum lembut “tak apa, kita bisa coba lagi, mungkin ini belum waktunya.” Mereka berpelukan. Richard mengelus punggung Caren untuk memberinya rasa tenang. Caren pun merasa lega karena Richard adalah suami yang sangat pengertian. Sungguh bahagia memiliki suami seperti Richard. Hingga entah sudah berapa testpack mereka pakai hasilnya tetap negatif. Caren mulai dihantui rasa bersalah tetapi Richard tetap tersenyum kepadanya. “Kita ke dokter saja dan ikuti program kehamilan,” ajak Richard. Caren pun menurut saja dan pergilah mereka ke dokter kandungan. Hasilnya, ada sebuah kista yang bersarang di rahim Caren sehingga itu mengganggu kesuburan Caren. Untung saja kista itu tidak berbahaya sehingga Caren dan Richard masih memiliki harapan untuk bisa memiliki anak. Richard dan Caren bernapas lega. Syukurlah tidak ada masalah yang serius. Mereka hanya perlu lebih bersabar lagi untuk bisa memiliki momongan. Tetapi beberapa bulan kemudian... . Richard mengecup kening Caren dan bersiap pergi ke kantor. Ia lalu memeluk Caren erat-erat “malam ini kita coba lagi” bisiknya. Caren tersipu “cepatlah berangkat, nanti terlambat.” “Aku akan pulang cepat hari ini, aku janji,” kata Richard. “Baiklah, suamiku.” Richard melepas pelukannya lalu menaiki mobil. Caren melambaikan tangan melepas suaminya pergi ke kantor. Tetapi selepas Richard pergi tiba-tiba perutnya terasa sangat sakit bahkan ia sampai kesulitan berdiri. Caren berusaha melangkah ke sofa dan duduk di sana. Ia menenangkan dirinya. Perutnya sakit sekali dan ia sudah tidak bisa menahannya lagi. Caren pun bangkit berusaha meraih ponselnya yang terletak di meja. Saat ia melirik tempat duduknya mata Caren mendelik melihat bercak darah segar di sana. Astaga, apa yang terjadi? Rasa sakit itu makin tak tertahan. Cepat-cepat Caren memesan taksi dan pergi ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit Caren harus menelan kenyataan bahwa ada kista dalam rahimnya yang sudah berkembang menjadi tumor ganas dan ia harus segera menjalani operasi pengangkatan tumor. “Apakah nantinya saya tidak akan bisa hamil, dok?” tanya Caren. “Jika Anda sembuh Anda masih memiliki harapan untuk hamil,” begitu kata dokter. Begitu suaminya pulang Caren memberitahukan kondisinya pada Richard. Tentu saja Richard sangat terkejut. Ia harus lebih bersabar lagi untuk memiliki anak dari Caren. Tetapi Richard malah membelai rambut Caren “tak apa, kita sembuhkan dulu dirimu baru kita bisa pikirkan anak.” Caren memeluk Richard “terima kasih, kau suami yang sangat baik.” *** Berangkatlah Caren ke ruang operasi bersama para dokter dan perawat. Ia sangat berdebar-debar. Meski setelah operasi ia masih memiliki kesempatan untuk hamil tetapi dokter bilang tumor itu bisa saja tumbuh lagi dan berisiko menjadi kanker ganas suatu hari nanti. Tetapi Caren harus tetap optimis. Ada Richard yang menunggu di koridor sana. Ia selalu setia bersamanya apa pun yang terjadi, jadi ia harus berjuang. Operasi berjalan dengan lancar dan tumor dalam rahim Caren sukses diangkat. Richard sangat bersyukur akan hal itu. Pun Caren yang sangat merasa lega karena sebentar lagi ia akan bisa memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang istri. Sayangnya menurut dokter Caren harus menunggu setidaknya 18 bulan untuk bisa hamil. Tubuhnya harus benar-benar pulih dulu baru ia dan Richard bisa memutuskan untuk punya anak. Baiklah, Richard mau bersabar lebih lama lagi. Ia mau menunggu sampai tubuh Caren benar-benar siap. Tetapi lain dengan Caren. Sejak mendengar hal itu setiap hari ia dirundung rasa bersalah. Suatu hari ia melihat Richard melamun di tepi jendela. Ia tahu Richard sangat berharap padanya tetapi ia bahkan tak bisa berbuat banyak hal. Caren menyentuh bahu suaminya dengan lembut “kau tak apa?” Richard tersenyum “aku baik.” “Maafkan aku, Richard,” ucap Caren. “Untuk apa?” “Aku… .” Richard merengkuh wajah Caren “sudahlah, jangan pikirkan itu.” “Tapi… .” “Aku pasti akan memiliki anak,” ucap Richard mantap. Keyakinan Richard agaknya dipatahkan lagi karena setelah 10 bulan sejak operasi itu Caren selalu mengeluh sakit di perutnya. Ia bahkan merasa tidak nyaman untuk berhubungan dengannya. Pergilah mereka ke rumah sakit lagi untuk mengecek kondisi Caren. Hasilnya sungguh mengejutkan. Penyakit itu timbul lagi dan sekarang menjadi tumor ganas yang berisiko merenggut nyawa Caren. Caren hanya punya dua pilihan untuk bisa tetap hidup. Kemoterapi atau operasi pengangkatan rahim. “Aku tidak mau operasi!”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.7K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.5K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
93.5K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook