bc

The Amazing Kara

book_age18+
240
FOLLOW
1.0K
READ
revenge
dark
brave
drama
tragedy
city
illness
crime
tricky
actress
like
intro-logo
Blurb

Hidup Kara pernah berkali-kali runtuh. Saat ia bisa kembali membangunnya dan tengah menikmati hidupnya, kotak teror datang padanya, ancaman kematian hingga akhirnya hidupnya tak lagi tenang.

Satu persatu percobaan pembunuhan mengintai hidupnya. Satu persatu masa lalunya yang ia simpan rapat- rapat mulai terkuak. Sanggupkah ia bertahan di saat ia sadar bahwa ia bisa mati kapan saja?

chap-preview
Free preview
CHAPTER SATU
            05 Maret 2020              “Wah, mereka berdua akan menjadi pasangan yang serasi.” Salah satu pengunjung cafe yang tengah menatap layar besar itu berseru, kawan- kawannya mengangguk setuju. Semua pasang mata yang ada di sana menatap fokus yang sama. Sebuah layar besar yang tengah menampilkan seorang laki- laki yang merupakan penyanyi papan atas tengah melamar kekasihnya, yang berprofesi sebagai aktris.              “Gadis itu benar- benar beruntung.” Seru yang lainnya.              Tatapan memuja dari gadis- gadis itu jelas tertuju pada sang penyanyi yang tengah berlutut dengan sebelah tangan berisi kotak beludru terulur ke arah si gadis. Semua aktivitas terhenti, para pelayan bahkan berdiri di balik meja dan ikut menatap fokus yang sama.              Napas semuanya tertahan saat melihat sang gadis menggeleng pelan. Tak cukup, semua mata membulat melihat apa yang ada di layar.              “Dia gila.” Seseorang berteriak sambil berdiri dan menodongkan jari telunjuknya ke arah layar. Mereka tak percaya bahwa pasangan paling populer dan serasi idola mereka akan berakhir seperti itu.              “Kara pasti bercanda. Dia tidak mungkin menolak Rayyan.” Seru yang lainnya. Yang lainnya mengangguk setuju, berharap bahwa Kara hanya sedikit mempermainkan pria itu.              Tapi mereka semua bisa menatap pandangan Kara, di layar. Gadis itu menatap Rayyan dengan begitu sendu, tak ada tatapan penuh kebahagiaan yang terpancar hingga beberapa detik berlalu. Gadis itu menggeleng sekali lagi tanpa berani mengucapkan sepatah katapun. Jutaan penonton yang kini sedang menyaksikan menggelengkan kepalanya tidak percaya, dan perlahan sumpah serapah dan makian keluar dari mulut mereka.              Rayyan mencoba mengulas senyum tipis lalu berdiri dan menghela napas. Ia menaruh kotak berisi cincinya di atas meja lalu mengambil sebuket bunga.              “Bisa ambil yang ini?” tanyanya lirih, hampir tidak terdengar. Ia tahu, kini tak hanya semua orang yang ada di sekelilingnya yang menatapnya dengan pandangan kasihan, tapi jutaan orang yang kini tengah menatap layar televisi mereka.              Kara mengangguk lalu mencoba ikut tersenyum. Senyum Rayyan mencair, buket bunga ikut berpindangan tangan dan laki- laki itu memeluk Kara dengan santai. Orang yang hanya melihat adengan terakhir mungkin tak akan menyangka bahwa lamaran itu gagal. Sang gadis tak bersedia menerima lamaran si laki- laki. Tapi keduanya tetap berpelukan seakan tak terjadi apa- apa.              “Dasar tidak tahu diri.”              “Dia pikir dia siapa?”              “Dia akan menyesalinya seumur hidup.”              “Dia pasti menangis saat sadar apa yang sudah ia lakukan.”              “Dia baru saja membuang sebuah permata.”              “Karirnya akan berantakan karena ini.”              “Semoga dia menjadi perawan tua.”              Semua omongan itu di peruntukkan untuk Kara, gadis yang baru saja menolak lamaran kekasih yang sudah di pacarinya selama tiga tahun. semua orang memberikan komentar- komentar buruk pada Kara atas keputusan yang ia ambil. ***                “Kara mengambil keputusan yang tepat.” Seorang perempuan mengambil gelas di atas meja dan meminumnya, matanya masih menatap layar di depannya.              “Harusnya dia sudah tahu kalau akan ditolak. Kenapa malah menyiarkannya di stasiun televisi.” Kinan, seorang wanita ikut berkomentar sambil menyuapkan sepotong buah ke mulut anak semata wayangnya, Raihan.              “Laki- laki itu terlalu percaya diri.” Sandra berdecak lalu menatap Raihan yang ada di depannya lalu berujar. “Raihan, kalau nanti kamu sudah besar, pastikan untuk melamar gadis yang akan menerima lamaranmu. Lamaran itu soal kerjasama, kamu tidak bisa melamar seorang gadis saat tidak yakin dengan perasaannya padamu.”              Kinan terkekeh saat melihat anaknya yang berumur lima tahun mengangguk sambil meneguk jus alpukatnya.              “Kara berhak mendapat yang lebih baik.” Kata Sandra. Kinan mengangguk setuju. Pasalnya, selama laki- laki itu berpacaran dengan sahabatnya, mereka merasa bahwa laki- laki itu terlalu mendominasi Kara. Ada hal- hal yang mengenai laki-laki itu yang tidak bisa dijelaskan dengan kata- kata.              Tak peduli laki- laki begitu tampan, bersuara bagus, begitu banyak penggemar dan begitu sukses. Bagi mereka, Rayyan tak begitu cocok dengan Kara.              Keduanya menoleh saat melihat pintu apartemen terbuka. Kara muncul, Karin sang manager mengekori di belakangnya. Gadis itu duduk di sebelah Sandra lalu menyandarkan punggungnya di sofa. Karin bergegas ke dapur lalu menaruh segelas berisi air putih yang langsung Kara sesap hingga habis setengah.              “Pasti sulit bukan?” Kinan menatap Kara dengan pandangan kasihan.              “Aku sudah beratus- ratus kali bilang bahwa aku tidak siap untuk berkomitmen lebih, dan tiba- tiba dia muncul dengan kamera yang begitu banyak dan mengungkapkan omong kosong itu.” Kara mendesah frustasi lalu kembali menyesap air dalam gelasnya hingga tandas.              Kara mengacak- acak rambutnya, “Film baruku akan keluar minggu ini dan dia melakukan hal konyol ini.”              “Apa hubungannya dengan film barumu?” tanya Kinan.              “Ini pasti akan berimbas. Pasti.” Jawab Kara.              Sandra melirik Kinan lalu mengusap punggung Kara pelan. “Semua akan baik- baik saja, dan film-mu pasti akan sukses seperti biasa. Ia kan, Karin?” Sandra menatap Karin yang mendekat. Gadis itu menyerahkan tabletnya pada Kara.              Kara tertawa sumbang, “Lihat, belum ada dua jam, tagar #boikotfilmkara sudah tranding satu di twitter.” Kara memperlihatkan itu pada kedua sahabatnya.              Kedua sahabatnya berdecak tak percaya. Karin kemudian meminta Kara membuka aplikasi **. Pada foto terakhir terjadi kelonjakan komentar. Semua penggemar Rayyan menumpahkan kekesalannya pada kolom komentar itu. Cacian, makian, sumpah serapah hingga kata- kata kotor ada di sana. Kara membaca komentar itu dan terpaku. Sekarang ia tahu bagaimana rasanya menjadi artis yang paling dibenci oleh warganet.              Sandra merebut tablet dalam tangan sahabatnya dan membaca sekilas lalu menutupnya dan mengembalikannya pada Karin. Ia tak sanggup membaca lebih banyak karena tak menyangka bahwa orang- orang mampu menuliskan komentar- komentar seperti itu.              “Tutup saja kolom komentarnya.” Kinan menyuruh Karin.              “Tidak perlu.” Kata Kara. “aku akan menanggungnya.” Jawab gadis itu.              “Itu hanya kemarahan sesaat. Besok mungkin mereka akan melupakan semuanya.” Sandra mencoba menenangkan. Tapi ia sadar bahwa itu tidak mungkin terjadi, setidaknya tak akan secepat itu. “Tutup saja kolom komentarnya.” Ia akhirnya menyetujui masukan Kinan.              Kara menggeleng, menyuruh Karin agar tetap mengikuti perintahnya.              Sandra menghela napas “Netizen sialan.”              “Netizen sialan.” Ketiganya menoleh ke arah Raihan yang baru saja mengikuti kata- kata Sandra.              “Jaga ucapanmu.” Kali ini Kinan melotot pada Sandra yang langsung menangkup wajah anak laki- laki itu.              “Cukup sekali saja kamu mengucapkannya oke. Jangan pernah ucapkan kata- kata itu lagi.” Kata Sandra sambil mengelus kepala Raihan yang mengangguk.    ***                Kara termenung dalam kamarnya yang remang. Ia duduk di balkon apartemennya, menikmati pemandangan kota malam hari. Ia menghela napas lalu melirik ponselnya yang berdenting. Ia meraihnya dan membuka pesan yang masuk.              Rayyan : Kamu baik- baik saja?              Kara melempar ponselnya ke atas meja, “Dia masih bisa bertanya seperti itu? Laki- laki sialan.” Semburnya secara tak sadar. Pesan kembali masuk.              Rayyan : Aku minta maaf.              Kara melipat kedua tangannya di d**a lalu menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Ia mencoba berpikir jernih. Bukankah harusnya ia yang meminta maaf. Saat menolak lamarannya tadi, ia bahkan tak mengucapkan permohonan maaf. Orang mungkin kini menghujatnya, tapi ia tahu, bahwa Rayyan pasti merasa dipermalukan tadi. Lamaran itu diliput eksklusif oleh sebuah acara di salah satu stasiun televisi dan ia malah menolaknya. Kara berdecak, mereka berdua sama- sama rugi. Ia seharusnya tak terus menerus menyumpah pada laki- laki itu.              Kara : Aku tidak apa- apa. Harusnya aku yang meminta maaf.              Rayyan : Aku akan menghentikan mereka.              Kara tersenyum sinis, “Dia pikir menghentikan kebencian netizen semudah menghentikan sebuah mobil apa?”  ***                Kara dan Rayyan pertama kali bertemu saat terlibat dalam project bersama. Kala itu, Rayyan dan Kara dipercaya mengisi soundtrack untuk film terbaru Kara. Keduanya menghabiskan beberapa waktu dengan begitu intens demi membangun chemistry untuk duet mereka. Dan Boom... tak hanya filmya yang sukses di pasaran, keduanya sukses membuat lagu itu menerima beberapa award tahunan.              Tak cukup sampai di situ, para penggemar keduanya mulai berkomentar bahwa mereka berdua begitu serasi. Seorang aktris yang tengah menuju puncak karir dan seorang penyanyi yang juga berada diposisi yang sama.              Dan memang, keduanya semakin dekat setelah project itu selesai. Kara mulai menerima kehadiran Rayyan hingga akhirnya menerima pernyataan cinta laki- laki itu.              Sejak saat itu, karir keduanya melesat. Mereka mulai disandingkan untuk beberapa project bernilai besar. Semuanya tak lepas dari dukungan para penggemar. Kara yang merintis karir sebagai aktris mulai mendapat kontrak untuk menjadi penyanyi. Dan semuanya sukses di pasaran, lagu yang ia nyanyikan, maupun lagu berduet dengan kekasihnya.              Tak butuh waktu lama untuk Kara sampai pada puncak karirnya. Ia tak pernah sepi job, hingga ia bisa mendirikan beberapa usaha dibidang kuliner, fashion, kecantikan dan yang lainnya. Semuanya jelas tak luput dari kepribadian Kara. Gadis itu berada tepat sesuai jalur, tak pernah terlibat skandal, profesional, ramah dan begitu baik kepada semua orang. Ia mulai di elu- elukan sebagai artis yang bersih dari sensasi.              Keduanya menampilkan sesuatu yang tak berlebihan, itu salah satu keunggulan mereka. Mereka berdua tak begitu sering menampilkan kemesraan di layar kaca ataupun di media sosial. Mereka membuat porsi yang pas mengenai apa yang harus ditampilkan ke publik dan yang tidak. Cinta mereka tak menggebu- gebu, meski sesekali Rayyan telihat bersikap begitu manis pada Kara.    ***                Kara menoleh saat mendengar pintunya diketuk pelan, “Rayyan mengirim sesuatu untukmu.” Suara Karin terdengar. Ia berdiri dan melangkah menuju pintu kamar dan membukanya.              “Bagaimana mungkin dia masih bersikap begitu manis setelah aku mempermalukannya hari ini.” Kara menggeleng- gelengkan kepalanya saat melihat Kara mengulurkan sebuket bunga, sekotak cokelat, dan sekotak es krim kesukaannya.              Gadis di depannya mengangkat bahu lalu kiriman itu berpindah tangan. “Beberapa wartawan mulai terlihat di bawah.” Kata Karin.              “Menurutmu, mereka akan bertanya tentang film baruku atau penolakan ku?” Kara bertanya pada Karin yang langsung menjawab tanpa berpikir.              “Penolakanmu.”              Kara tertawa sumbang, “Memangnya itu penting?”              “Mereka tidak mencari berita penting, mereka mencari berita yang menjual.” Kata Karin.              Kara menganguk setuju. Kondisi jurnalisme sekarang memang mengecewakan. Mereka tak lagi memuat berita penting yang positif, tapi juga membeberkan berita tidak penting demi views. Mereka bahkan terkadang melanggar kode etik jurnalis dan masih begitu percaya diri menampilkan beritanya.              Ia kembali ke balkon dan menatap langit yang tampak indah malam itu. Angin berembus pelan menyapu wajahnya. Ia mengutuk beberapa kali. Kalau tahu akan seperti ini akibatnya, ia tidak akan mengambil resiko untuk berpacaran dengan Rayyan.              “Aku pasti sudah gila.” Runtuknya, “Aku bahkan tidak benar- benar mencintainya, kenapa aku berpacaran dengannya.” Kara mendesah frustasi.              Awalnya dia berpikir Rayyan berbeda dengan laki- laki lainnya. Laki- laki itu tak pernah mengorek masa lalunya, laki- laki itu tak keberatan saat Kara tak pernah mau menjelaskan siapa orangtuanya, di mana orangtuanya, dan dari mana Kara berasal. Laki- laki itu memandang Kara sebagai orang baru dan tak pernah bersikeras mengetahui asal usulnya. Itulah awal mula Kara berani menjalin hubungan dengan laki- laki itu. Laki- laki itu cukup mengerti untuk tak mencampuri berbagai macam kehidupan masa lalu Kara.              Ia meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja lalu membuka akun media sosialnya, berandanya di penuhi oleh berita tentang dirinya. Kolom komentarnya dipenuhi berbagai macam komentar jahat, ada sedikit yang membelanya, namun peresentase yang mencacinya jelas lebih banyak.              Ia kembali masuk ke dalam kamar dan melempar ponselnya ke sofa lalu menjatuh kan dirinya diatas ranjang. Ia harus tidur. Ia harus ke rumah sakit besok. Ia menarik selimut lalu memejamkan matanya hingga tertidur pulas.  To Be Continue LalunaKia

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
11.1K
bc

My Devil Billionaire

read
94.7K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.3K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
92.1K
bc

Suami untuk Dokter Mama

read
18.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook