bc

Dua Sisi

book_age16+
631
FOLLOW
2.6K
READ
dark
family
arrogant
dominant
CEO
tragedy
bxg
campus
city
secrets
like
intro-logo
Blurb

Kejadian kelam yang terjadi di masa lalu, membuat aku merasa berbeda dengan orang-orang disekitarku. Trauma masa kecil, ditinggalkan oleh orang-orang terdekat membuat hidupku berubah drastis. Karena peristiwa malam itu yang merenggut nyawa dari kembaranku, membuat sosok lain muncul dalam diri ini. Sosok yang lebih kejam, pemberani, berambisi dan juga dingin membuat hidupku tak lagi sama. Dia Arvin, kepribadianku yang lain.

**

Cover : Orisinal

Dibuat oleh : Purplerill

Font : App text on photo

chap-preview
Free preview
Part 1 Kisah Kelam
"Gak mau..!!! kita gak mau ikut sama om, jangan bawa kita..!" teriak anak laki-laki itu melindungi sang adik yang sudah menangis di belakang tubuh kecil nya. "Diam..!!" teriak laki-laki berwajah garang itu, menarik paksa kedua tangan kecil yang saling berpegangan erat. "Aku gak mau..!" "Kakak..!" tangan kedua anak kecil itu terlepas, mereka dibawa paksa oleh tiga laki-laki bertubuh besar. Ini cukup mengerikan, bocah laki-laki berusia lima tahun dan juga adik perempuannya yang memiliki wajah hampir sama dengan bocah itu ditarik paksa, diseret kedalam mobil yang kemudian melaju cukup kencang, membelah jalanan di malam yang sangat sunyi ini. Tubuh bocah perempuan itu bergetar, wajahnya pucat, namun pandangan matanya tak lepas dari sang kakak yang duduk tak jauh darinya. Mereka berdua ketakutan, orangtua mereka telah meninggal, dibunuh hanya karena sebuah persaingan bisnis. Dimana si pesaing itu merasa iri dan timbul dendam dalam hatinya. Bahkan dua anak ini menjadi korban dari dendam itu. *** "Kakak.." lirih sang adik, duduk diatas lantai yang dingin dengan tangan dan kaki yang terikat cukup kencang. Bocah laki-laki di sebelahnya menatap dengan sendu. Melihat wajah adiknya yang pucat pasi, membuat dia ingin menangis. Mereka masih lima tahun tapi mereka berada dalam situasi seperti ini. Keji.Hanya kata itu yang bisa menggambarkan betapa orang-orang yang membawa mereka berdua tak memiliki rasa perduli pada dua bocah yang bahkan masih begitu kecil. "Tenang, jangan nangis. Kita akan baik-baik aja." lirih bocah laki-laki itu mencoba menenangkan sang adik, meski saat ini dia pun tak merasa tenang. Dia harus kuat, karena dia harus melindungi adik perempuannya. "HAHAHAHA... Dasar bocah..!! Kalian harus mati..!! Percuma kalian hidup, orangtua kalian bahkan sudah mati..!" "Sungguh malang nasib kalian." "Kakak, Resa takut. Kenapa kita disini? Ayah sama bunda kemana?" tanya sang adik pada kakaknya. "Jangan takut, ada kakak. Bunda sama ayah pasti bakal selamatin kita." balasnya berbohong. Dia tahu, orangtuanya sudah meninggal, dia melihat semuanya sambil memeluk erat tubuh adiknya. Karena dia tak ingin adiknya melihat apa yang dia lihat. "Hiks.. Hiks.. Om itu bilang bunda sama ayah udah gak ada. Mereka bohong kan kak?" Resa sudah menangis. "Jangan dengerin, kamu tidur aja ya." jawab sang kakak tenang. "Kak Ares.." lirih Resa memanggil kakak nya lagi. "Tenang, ada kakak." ucap bocah bernama Ares itu mendekatkan tubuhnya pada sang adik. Tanpa mereka sadari, bahaya sudah berada disekitar mereka. Begitu dekat. ______ "Kakak..!! Tolong..!!" teriak Resa membuat Ares terbangun dari tidurnya. Adik perempuan nya itu sudah tidak lagi berada disampingnya. Resa berada di hadapannya dengan jarak yang cukup jauh, disamping Resa sudah ada laki-laki bertubuh besar dengan pistol di tangannya. Ares menatap sang adik, dia tahu meski dia masih berumur lima tahun, dia mengerti kali ini dia dan adik kembarnya dalam bahaya. Sangat bahaya untuk anak kecil seperti mereka. Laki-laki itu menarik sang adik, mendekat ke arah Ares yang terduduk lemah. Semakin dekat bahkan sekarang Ares bisa melihat wajah sang adik yang bermata sembab dan bibir yang bergetar, adiknya tak berhenti menangis. Tubuh Ares menegang saat laki-laki yang berada di hadapannya menodongkan pistol tepat di kepala Resa. Dia takut bahkan tubuh kecilnya sangat lemah. Sampai kegelapan menyelimuti dirinya. Ares pingsan, namun ada yang aneh sedetik kemudian mata nya kembali terbuka tapi tatapan Ares yang sekarang begitu menusuk, bahkan auranya begitu mencekam. Ares diam-diam membuka ikatan di tangan nya, sementara kakinya sudah lama tak terikat. Sedetik kemudian dengan tenaga yang cukup keras,entah dari mana kekuatan itu muncul, dia berhasil mendorong laki-laki bertubuh besar itu menjauh dari adiknya. Tapi Ares kecolongan, satu tembakan berhasil menembus kepala sang adik. *** "Resa..!!!" Nafasku memburu, lagi-lagi mimpi yang sama. Aku melihat jam yang berada diatas meja, pukul 2 dini hari. Ini hal yang sudah biasa aku alami, mimpi yang berulang kali, seolah tak pernah lepas dari tidurku setiap malam. Aku beranjak dari tempat tidur, keluar kamar menuju dapur, membuka lemari es dan mengambil satu botol air mineral. Aku meminumnya dengan sekali teguk, mengatur nafas ini dan duduk dikursi di ruang makan. Sampai kapan aku akan mengulang mimpi yang sama? Aku membuka mata dan melihat ke sekeliling, sepertinya semalam aku benar-benar tidur di sofa. Beranjak dari sofa, aku berjalan ke arah kamar yang letaknya di lantai dua. Aku kembali merebahkan tubuh di tempat tidur, mimpi itu benar-benar tak bisa aku hilangkan. Bahkan setelah hampir beberapa tahun lamanya. Perlahan aku kembali memejamkan mata, rasanya tubuh ini begitu lelah bahkan setelah aku tidur malam tadi. Aku ingin masuk kedalam mimpi, berharap bisa bertemu dengan adikku, Aresa. "Ares." Aku merasakan tepukan di bahu, membuka mata dan melihat siapa yang sudah berani membangunkan tidurku. Seorang laki-laki paruh baya, yang selama ini aku panggil papa. Bukan, laki-laki itu bukan papa kandungku. Dia adalah orang yang menolongku saat penculikan dua puluh tahun yang lalu. *** "Hey tenang, om akan menolong kamu."ucap laki-laki itu saat melihat bocah lima tahun berada disebuah gudang yang gelap ini. Dia tak sengaja mendengar sebuah tembakan saat dia baru saja pulang bertugas malam, kebetulan rumahnya melewati gudang kosong ini. Karena dia penasaran, diapun turun dari motor dan berjalan masuk kedalam gudang tersebut. Dia melihat seorang bocah laki-laki terduduk diatas lantai dengan sebuah pistol yang tergeletak begitu saja tak jauh dari posisi bocah tersebut. Ada tiga orang laki-laki yang juga tergeletak tak berdaya, dengan darah yang sudah berceceran memenuhi lantai ini, dan satu gadis kecil dengan kepala yang sudah berlumuran darah juga. Ada apa ini? Laki-laki berseragam polisi itu seolah bertanya-tanya. Dia kembali melihat bocah laki-laki yang menatapnya cukup tajam. "Kamu baik-baik aja nak?" tanya laki-laki itu pada Ares. "Om siapa?" tanpa menjawab pertanyaan laki-laki tersebut, Ares balik bertanya. "Tenang, om polisi. Kamu tahu kan seragam yang dipakai om. Kenapa kamu disini?" "Aku tak percaya, apa buktinya?" "Seragam ini dan... Ah.. Ini tanda pengenal milik om." Laki-laki itu memberikan tanda pengenal polisi nya, membuat bocah lima tahun itu mengangguk namun dengan wajah yang masih terlihat dingin. ______ "Aresa.." lirih bocah kecil yang berbaring diatas tempat tidur rumah sakit ini. "Kamu udah bangun nak." "Om siapa?" Laki-laki itu mengernyit, apa bocah lima tahun ini hilang ingatan setelah pingsan malam itu? Kenapa dia tak mengingat semuanya? "Om yang menolong kamu semalam, kamu gak ingat?" "Semalam.. Aresa? Dimana adik aku? Om lihat Resa gak?" "Kalau kamu udah sembuh, kita ketemu sama adik kamu. Sekarang kamu istirahat ya." Ares mengangguk patuh, kemudian kembali memejam mata nya. **** "Kamu gak ke kantor?" suara papa membuatku kembali sadar dari bayangan penculikan itu. "Kenapa papa masuk? Bukannya papa tahu, aku tidak suka di ganggu." aku balik bertanya mengubah posisi menjadi duduk. "Sorry boy, papa kira tadi Ares." "Ares mimpi lagi?" tanya papa kemudian. "Ya semalam, dan sekarang dia sepertinya masih kelelahan." "Jadi kamu yang sekarang akan bekerja?." "Ya, tapi agak siang. Aku akan mengunjungi Aruna dulu." "Oke, tak masalah. Kirim salam untuk sepupu mu itu." balas papa keluar dari kamarku. ______ "Selamat ulangtahun, baby." lirihku. Sudah dua tahun berlalu, aku selalu mengunjungi makam ini setelah tiba di Indonesia. Cinta pertama sekaligus sepupuku sendiri. Aruna adistya. "Aku kangen." Ucapku lagi mengelus batu nisan nya. "Malam tadi, Ares mimpi lagi sama kaya sebelumnya. Bahkan ini parah karena dia belum juga mau bangun sampai sekarang." "......aku sebenernya males gantiin dia buat ke kantor. Kamu juga tahu kan kalau aku gak terlalu suka kerja. Aku lebih suka melihat kamu tersenyum." Aku tertawa lirih. "Kamu kangen gak?" "Aku harus gimana, belum ada perempuan lain selain kamu sayang." "Aku tahu ini salah, tapi aku gak bisa hapus perasaan ini. Aku mencintai kamu Aruna." Aku terus berbicara seolah Aruna ada disampingku. Rasanya sakit, bahkan lebih sakit dari kehilangan adikku sendiri. Aku terlalu jatuh cinta padanya dan sampai saat ini belum ada yang bisa menggantikan sosok Aruna di hatiku.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Sekretarisku Canduku

read
6.6M
bc

CRAZY OF YOU UNCLE [INDONESIA][COMPLETE]

read
3.2M
bc

LAUT DALAM 21+

read
289.1K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.0K
bc

Naughty December 21+

read
509.0K
bc

Sexy game with the boss

read
1.1M
bc

Mrs. Rivera

read
45.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook