bc

Reincarnation: Romance Purpose

book_age16+
66
FOLLOW
1K
READ
reincarnation/transmigration
goodgirl
brave
heir/heiress
drama
bxg
mystery
realistic earth
rebirth/reborn
bodyguard
like
intro-logo
Blurb

Menjadi tahanan waktu tidaklah mudah, Binar menunggu untuk waktu yang sangat lama demi bisa bertemu dengan laki-laki yang sangat dicintainya. Dia memilih terus bereinkarnasi dan menjalani hidup berkali-kali meskipun di kehidupan pertamanya, dia dibunuh oleh laki-laki yang terus dia cari sekaligus laki-laki yang dia cintai.

"Langit Arifan, mereka bilang akan menghidupkanmu kembali setelah kau menyelesaikan hukumanmu. Tetapi lebih dari itu, masihkah ada penyesalan dalam dirimu ketika melihatku?"

chap-preview
Free preview
AKU DARI MASA LALU
Apakah kalian percaya seseorang bisa bereinkarnasi? Apa kalian percaya bahwa di masa lalu kalian pernah menjadi orang yang berbeda? Lalu tentang mitos bahwa tanda lahir kalian adalah bagaimana kalian meninggal di masa lalu, apakah kalian juga mempercayainya? Namanya adalah Binar, Binar Rinanjala Gisa. Dulunya dia adalah seorang putri raja yang meninggal karena ditusuk sampai mati oleh orang yang sangat dicintainya. Binar menjadi roh untuk waktu yang lama sebelum menerima penawaran dari seorang laki-laki tak bernama untuk kembali menjalani hidup yang lebih baik dan dia melakukannya karena dia rasa urusan percintaannya dengan laki-laki itu belum selesai sepenuhnya. Binar sudah sering menjadi tahanan waktu untuk beberapa lama, sampai semesta mengizinkannya untuk terlahir kembali dan kali ini adalah kelahiran kelimanya. “Kau akan mencarinya lagi kali ini, bukan?” celetuk Corn, seekor ular jenis Candycane Cornsnake yang selalu menemani Binar di setiap kehidupannya. Semesta memberikan Corn sebagai hadiah dan sekarang ular itu juga menjalani kelahiran kelimanya. “Apa itu perlu dipertanyakan?” Binar duduk di halaman rumahnya dengan kaki yang diselonjorkan. “Bukankah kau juga mengetahui tujuanku terus bereinkarnasi hanyalah untuk bertemu dengannya? Ini sudah yang kelima, menurutmu apakah dia akan terlahir kembali?” “Setelah dosa-dosanya itu?” Corn melata naik ke atas paha Binar. “Dia akan menjadi penghuni neraka selama-lamanya karena dosanya tetapi kau selalu berdo’a untuknya dan setiap kau meninggal dan bertemu dengan laki-laki itu, kau selalu memohon kehidupan baru. Sudah hampir seribu tahun sejak kita pertama kali dilahirkan, mungkin mereka akan segera mendengar do’amu.” “Benar,” tekad Binar, dia mengepalkan tangannya. “Mereka tidak akan mengabaikanku begitu saja, bukan? Ya, mereka memang tidak boleh melakukannya karena aku juga ditahan di sana selama ratusan tahun dan memohon ribuan kali agar selalu terlahir dengan nama Binar.” “Dia tidak akan mengingat namamu,” tukas Corn tanpa rasa kasihan. “Kau mempertahankan ingatan menyedihkan itu selama ratusan tahun, aku tidak mengerti apa rasa cinta yang kau rasakan itu tetapi dia membunuhmu dan kau malah berdo’a untuk kelahirannya serta kehidupan bahagianya. Lantas bagaimana dengan kebahagiaanmu?” Binar mengusap-usap Corn, satu-satunya teman yang selalu bersamanya selama ratusan tahun. “Bahagiaku adalah melihatnya hidup tanpa penyesalan.” “Hidupmu hanya akan bertahan sampai kau menginjak usia 20 tahun dan jika kau belum bertemu dengannya, kau harus menunggu lama lagi sampai semesta melahirkanmu kembali. Setidaknya ketika menjadi tahanan waktu kau berdo’a untuk langsung masuk surga saja, untuk apa hidup kembali untuk hal yang tidak pasti?” “Apa ini? Kau banyak menceramahiku hari ini, kau sudah bosan hidup lima kali, ya?” tebak Siren, dia mengangkat ular peliharaannya itu dan memicingkan matanya. “Aku ingin sekali membuangmu tetapi kau sangat cantik, aku tidak tega.” “Aku laki-laki,” koreksi Corn jengkel. “Katakan tampan, cantik apanya?” “Apa ada yang pernah mengatakan tampan kepada seekor ular? Mereka hanya akan melontarkan pujian seperti sisikmu yang sangat cantik dan unik. Bagaimana kau bisa selalu terlahir dengan sisik yang berwarna sama dengan negara yang kita tempati? Sekarang merah dan putih, ya?” Corn memalingkan wajahnya. “Sudah aku bilang kalau aku tampan. Turunkan aku! Aku tidak mau dipegang olehmu, mana Ayahmu di kehidupan ini? Aku rasa semesta memberimu banyak hal, kau selalu terlahir di keluarga yang berkecukupan dan memiliki orang tua yang sangat baik.” “Tetapi aku selalu terlahir tanpa Ibu,” sanggah Binar. “Di lima kehidupanku, selalu hanya ada aku, Ayah dan kau ... sementara dia hanya ada di satu kehidupanku. Corn, menurutmu dia akan merasa bersalah ketika melihatku?” “Sudah aku bilang jika dia terlahir kembali, dia tidak akan mengingat apapun,” sahut Corn. “Hanya kau satu-satunya orang yang tetap memeluk masa lalu menyakitkan itu. Aku tidak akan mengatakan kalau kau bodoh tetapi kau terlalu baik, kau bisa memaafkannya tetapi sampai memohon kebahagiaannya ... kau sangat unik hingga orang-orang itu menatapmu aneh.” Binar tertawa. Dia yang sekarang masih berumur dua belas tahun yang artinya dia memiliki waktu delapan tahun sampai dia menemukan miliknya- tunggu, apa terlalu berlebihan menyebut laki-laki itu sebagai miliknya? Tetapi mereka sudah menikah di kehidupan pertama dulu meskipun malam pertama itu menjadi akhir dari kehidupan Binar sendiri. “Binar?” panggil Ayahnya. “Sedang apa kamu sendiri? Mendung, sebentar lagi hujan, Nak.” “Binar suka hujan,” sahutnya dengan senyum lebar. Binar kemudian berdiri sambil membawa Corn dan mendekati Ayahnya, berjalan bergandengan sampai kamarnya. “Ayah, Ayah sudah beli makanan buat Corn yang Binar minta, ‘kan? Iya, ‘kan?” Gibran Rinanjala tersenyum kepada putrinya. Dia mengusap kepala Binar dan mengiyakan bahwa dia sudah membeli makanan untuk Corn sehingga Binar tidak perlu merasa khawatir. “Ayah memang yang terbaik!” seru Binar sambil memeluk Gibran dengan erat sementara Corn hanya diam di pundak Binar tanpa melakukan apapun. “Binar sayang Ayah.” “Ayah juga sayang Binar,” ungkap Gibran. “Ah, besok Ayah ada meeting jadi harus berangkat lebih pagi. Binar sama bibi-bibi saja di sini tidak apa-apa, bukan? Atau mau ikut Ayah saja?” “Ikut saja,” ujar Corn memberi saran. “Siapa tahu dia ada di sana sehingga kalian bisa bertemu. Aku benar-benar bosan harus menjadi tahanan waktu dan lahir kembali di kehidupan keenam, mari kita temui dia dan meninggal dalam damai kali ini. Bagaimana?” “Binar ikut!” seru Binar ceria, dia mengacungkan jempolnya kepada Gibran. “Ayah besok bangunin Binar pokoknya, ya? Binar mau ikut karena besok guru Binar libur, ‘kan?” “Iya,” sahut Gibran. Untuk pertama kalinya Binar tidak bersekolah di sekolah umum karena Gibran terlalu khawatir kalau-kalau penyakitnya kambuh dan telat ditangani. Ah, bagi yang belum tahu ... Binar sudah mengidap penyakit sejak kehidupan pertamanya. Hanya saja pada saat itu ilmu medis belum secanggih sekarang jadi setiap dia dilahirkan kembali, dia akan kembali mengidap penyakit yang sama yaitu anemia sel sabit. Penyakit yang cukup langka tetapi Binar selalu mengidapnya di setiap kelahirannya. “Tapi Ayah juga bakal bawa Tante dokter, ya?” izin Gibran kepada putrinya, dia tahu kalau Binar tidak begitu suka ditangani tetapi Gibran takut kalau Binar tiba-tiba mengalami nyeri hebat atau menunjukkan gejala stroke. “Hanya untuk jaga-jaga ya, Nak?” “Iya,” jawab Binar pelan. “Kasihan Ayahmu, dia sepertinya sangat takut kehilangan. Lagipula Ibumu kenapa bisa tiba-tiba menghilang begitu saja? Dia tidak mungkin mengkhianati Ayahmu yang sangat tampan, kaya raya dan baik hati ini.” Corn kembali bersuara, dia tidak takut dikatakan aneh atau semacamnya karena hanya Binar yang bisa mendengarnya. “Apa menurutmu Ibumu benar-benar pergi bersama laki-laki lain seperti yang dibicarakan?” Binar hanya mengedikkan bahunya, tanda dia tidak mengetahui apapun karena menurut yang dia dengar, istri dari Ayahnya ini sudah pergi semenjak dia berusia satu tahun. Saat itu bisnis Ayahnya memang belum sesukses sekarang tetapi para Bibi di rumah itu mengatakan mustahil meninggalkan seseorang yang sangat pengertian dan penuh kasih sayang. “Kau harus menemukan laki-laki itu atau kau harus meninggalkan Ayahnya delapan tahun lagi seperti sebelum-sebelumnya. Aku sudah merasa muak mendengar tangisan di setiap pemakamanmu, aku tidak ingin mendengar tangis kehilangan untuk yang kelima kalinya.” Mengamati Gibran yang sibuk membersihkan kandang Corn sendiri meskipun ada banyak orang yang berusaha membantunya membuat Binar tersentuh. Ayah-Ayahnya memang sangat baik, semuanya. Hanya saja Gibran berbeda, dia spesial karena mengerti rasa sakitnya dan rela jarang pergi ke luar rumah hanya untuk menjaganya. Sejujurnya sama seperti Corn, Binar sudah tidak ingin lagi mendengar tangis kehilangan. “Binar, tidak ada yang aneh dengan penglihatan Binar, ‘kan?” tanya Gibran, dia menoleh ke arah Binar yang duduk tenang di atas kasurnya. “Kalau ada yang aneh langsung bilang saja pada Ayah, oke, sayang?” “Oke!” Binar mengacungkan jempolnya, masih tersenyum lebar sehingga Gibran juga ikut tersenyum. “Ayah, habis meeting kita jalan-jalan, ya?” “Jalan-jalan?” ulang Gibran ragu. “Ke mana, Nak?” “Ke mana saja, asalkan bersama Ayah. Hehehe.” Binar datang dari masa lalu, dia terus mengulang hidupnya demi tujuan romansa yang belum tercapai. Dia mencari dan terus mencari lalu meninggal di usia 20 tahun karena penyakit yang sama berulang kali. Kunci akhir hidupnya adalah dia, laki-laki yang terus dicarinya. Setelah membersihkan kandang Corn, Gibran meletakkan ular milik putrinya itu di dalam kandang bersihnya. Corn bersantai, dia masuk ke dalam persembunyiannya dan tidur, meninggalkan Binar yang langsung mendengus pelan melihat tingkahnya. Binar dan Corn terikat takdir yang sama- tidak, Corn yang terikat dengan takdirnya tanpa sengaja sehingga mereka terus mengulang kehidupan yang sama berkali-kali. Mungkin Binar memang egois, mungkin jika dia tidak menemukan laki-laki yang dicintainya di kehidupan kali ini, dia memang harus memohon surga. “Sudah hujan di luar,” gumam Gibran yang membuat Binar mendongak dan menatap lurus ke arah jendela. “Ayah tutup jendelanya supaya tidak terlalu dingin, ya?” “Iya,” jawab Binar, dia mengikuti Gibran lalu mengulurkan kedua tangannya, meminta untuk digendong tepat setelah Ayahnya itu menutup jendela. “Ayah, kalau Binar pergi ... Ayah jangan nangis, ya?” Gibran tersenyum kecil. “Memangnya Binar mau pergi ke mana?” Binar memiringkan kepalanya, bertingkah polos seperti tidak mengetahui apapun. “Ke mana, ya? Pergi jauh main-main sama malaikat?” “Bukannya lebih seru main sama Ayah?” Gibran mengusap pipi putrinya. “Ayah kesepian kalau Binar main-main sama malaikat ke tempat yang jauh.” Binar tertawa ketika Gibran menggelitikinya. “Iya, ampun! Hahaha Binar bakal terus main sama Ayah, bibi-bibi sama paman-paman pengawal saja di rumah. Hahahaha ... jangan gelitikin Binar lagi. Ampun, Ayah!” Berhenti, Gibran kemudian mendaratkan bibirnya di pipi anak gadisnya itu. Anak yang dirawatnya dengan tawa dan tangis, putrinya yang sangat berharga sekaligus pelita hatinya. Binar adalah satu-satunya yang Gibran miliki, dia bisa melakukan apapun untuk kebahagiannya. Apapun. Sementara itu Binar hanya bisa menahan rasa kasihan di dalam hatinya. Dia benar-benar harus meninggalkan Ayahnya delapan tahun lagi jika keinginannya tidak juga tercapai di kehidupan kali ini. Binar berasal dari masa lalu, dan dia memiliki tempatnya sendiri untuk kembali. Sebuah tempat yang sangat jauh, menjadi tahanan waktu sambil menunggu keputusan dan berdo’a dalam diam. Hah, bereinkarnasi karena cinta ... memuakkan. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Romantic Ghost

read
162.3K
bc

AKU TAHU INI CINTA!

read
8.8K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.2K
bc

Time Travel Wedding

read
5.2K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.1K
bc

Putri Zhou, Permaisuri Ajaib.

read
3.0K
bc

Legenda Kaisar Naga

read
90.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook