bc

God Crusher

book_age16+
36
FOLLOW
1K
READ
adventure
heavy
mystery
bold
ambitious
soldier
magical world
high-tech world
alien contact
war
like
intro-logo
Blurb

Dunia telah dikuasai oleh 'Makhluk Buas'. Manusia pun menciptakan Shelter untuk tempat berlindung mereka, serta membentuk prajurit khusus bernama God Crusher untuk melawan makhluk-makhluk yang menginvansi bumi itu. Hingga suatu hari, tiga 'Makhluk Buas' terkuat, bernama Hara, menghancurkan salah satu Shelter dan mengalahkan sepuluh God Crusher.

Di Shelter tersebut, ada seorang prajurit biasa bernama Vincenzo, yang berhasil selamat dan mengungsi di Shelter lain. Hingga suatu hari, ia mendapatkan sebuah informasi yang memberinya secerah harapan untuk menghancurkan para 'Makhluk Buas'.

Vincenzo pun memutuskan untuk melepas gelar prajuritnya, lalu memulai petualangan baru bersama teman-temannya, demi menghancurkan 'Makhluk Buas' yang sudah lama menginvansi bumi.

chap-preview
Free preview
Prolog
Angin berembus kencang, teriakkan menggema ke segala tempat, mahkluk panjang dengan sisik keras tengah menyerang di reruntuhan kota ini. Telah banyak nyawa terenggut olehnya, tetapi orang-orang hanya dapat berlari untuk menyelamatkan diri. “Lari! Jangan dekat-dekat dengan mahkluk itu!” seru mereka sambil berlari terbirit-b***t menuju tanah lapang. Mereka hanyalah masyarakat biasa yang sudah kehilangan tempat untuk bernaung. Satu-satunya cara mereka bertahan sekarang hanyalah berlari sekuat tenaga. Matahari bersinar terang, teriknya sungguh menyengat, membuat orang-orang itu lelah begitu cepat. Napas mereka sesak, kota mati penuh debu bukanlah tempat bagus sebagai pelarian. “Cepat! Helmer datang!” Saat salah satu pemuda berbalik, sontak kalimat tersebut ia lontarkan begitu saja. Mahkluk panjang tanpa kaki itu kian mendekat, sesaat kemudian ia segera menerjang para manusia yang sedang berlari. Setengah dari mereka langsung mati tertimpa, rasa panik serta takut pun menguasai hati. “Aaaaa! Mahkluk itu datang!” Belum sempat mahkluk besar bernama Helmer menerkam, sekelompok prajurit berseragam merah tiba dan menyerangnya dari segala arah menggunakan senapan khusus. Ledakan demi ledakan terjadi, sekitar lima orang berseragam berhasil mengepung Helmer dengan jarak sepuluh meter. “Pergi! Biar kami mengatasi ini!” teriak salah satu dari prajurit berseragam merah. “Terima kasih, kami terselamatkan!” Kelompok manusia biasa tadi bergegas mencari tempat bersembunyi. “Vincent, kau bisa mengatasi ini sendiri, kan?” Seorang pemuda berseragam merah dengan rambut hitam sedikit panjang dan acak-acakan tengah menguap. Senapan besar yang panjangnya sekitar dua meter ia arahkan ke depan, tepat pada Helmer. Pemuda berkacamata jingga dan memiliki rambut merah, mengayunkan pedang hitam sepanjang 2 meter serta lebar 5 centimeter, ke samping. “Jangan meremehkan mahkluk biadab ini, dia tidak selemah Froggys.” Helmer mendadak menerjang ke depan, tepat pada pemuda berkacamata. “Dia datang, Vincent!” “Heeh ....” Pemuda berkacamata melompat kemudian menebaskan pedangnya secara vertikal. “Hiat!” Walaupun tidak kuat, serangan Vincent berhasil membuat Helmer tertunduk. “Sekarang, Carina, Edward!”   Dua orang pengguna senapan besar menembak dari dua arah. Helmer terdesak sampai menggeliat-geliat. Vincent mendarat, lalu mundur sejauh mungkin dari Helmer. “Keith, Angel, serangan terakhir!” seru Vincent. Dari arah belakang Helmer, dua orang remaja yang satunya gadis berambut pirang panjang, dan satunya lagi pemuda berambut hitam pendek membuat sebuah lingkaran sihir di hadapan mereka. Dari lingkaran sihir merah itu muncul semburan api merah panas yang membakar Helmer. “Menjauh!” Sekali lagi Vincent memberikan perintah. Keempat orang temannya seketika menjauh. Mahkluk besar tadi sudah menggeliat-geliat ketika terkena api merah milik gadis bernama Angel dan pemuda bernama Keith. Seorang gadis bersenjatakan senapan panjang, memiliki rambut hitam keunguan, mendekat pada Vincenzo. “Sepertinya ini hanya masalah kecil untuk kita,” katanya, sedikit bosan. “Itu karena yang muncul hanya satu, Carina,” jawab Vincent. “Mau bagaimanapun, kau tidak boleh meremehkan musuh.” “Baiklah. Hmph. Membosankan!” Carina segera mundur beberapa langkah, berkumpul dengan empat orang lainnya di belakang Vincent. Angin berembus, debu berterbangan di antara deretan bangunan yang telah hancur. Prajurit berseragam merah tadi tetap bergeming, memerhatikan dengan tenang proses terbakarnya Helmer. Tiba-tiba suara berisik seperti bunyi kipas helikopter berputar, bergenging di telinga mereka. Sontak kelima remaja itu melirik ke sekitar, terlihat tak jauh dari mereka sosok hewan seperti lebah besar. “Gawat, itu adalah Ulrich!” gumam pemuda berambut hitam sedikit panjang dengan senapan besar di tangan. “Edward, siapkan senapanmu!” Vincent berbalik. “Kita tidak akan bisa menghadapi mereka sekarang.” “Dimengerti!” Keempat teman Vincent mengangguk secara bersamaan.   Edward dan Vincent berdiri sejejer menghadap kawanan Ulrich selama beberapa waktu. “Kalau kita membiarkannya, mungkin besok mereka akan sampai ke Shelter. Apa yang harus kita lakukan?” tanya Edward, bingung harus memutuskan. “Di jarak 100 meter dari Shelter ada God Crusher. Kita serahkan saja ini pada mereka.” Vincent kembali menghadap ke belakang. “Kalian bertiga pergilah duluan. Kami akan menyusul seperti biasanya.” “Dimengerti!” jawab ketiganya serentak lalu pergi secepat mungkin menuju utara. “Mereka berbeda dari Froggys, Vincent.” Edward melirik Vincent. “Bagaimana cara memancing mereka pergi?” “Mustahil, kita hanya bisa pergi sesegera mungkin.” “Baiklah!” Mereka berdua kemudian berlari sekuat tenaga menyusul ketiga temannya. Selama tidak menimbulkan sebuah ledakan besar, Ulrich takkan menyerang secara brutal. Hewan-hewan mirip lebah itu malah turun ke arah api, mereka berkeliling mengerubungi api tersebut selama beberapa saat, lalu bubar. Sementara itu, Vincenzo dan Edward sebentar lagi sampai ke markas para God Crusher. Sebagai prajurit biasa, Vincenzo maupun teman-temannya memang tidak sekuat God Crusher, akan tetapi masih diperlukan karena sedikitnya jumlah God Crusher di dunia ini.   *** Dalam sebuah dimensi gelap penuh gemerlap cahaya entah dari mana, seorang pemuda berambut hitam pendek terbaring tak sadarkan diri. Lengan kanannya putus, tetapi disambung dengan sesuatu berwarna hitam. Tidak ada yang bergerak, suasana begitu tenang tanpa ada arus waktu. Ya, itu benar, tidak ada waktu. Namun, di sini tetap terdapat oksigen, dan pemuda yang terbaring tadi hanya tidur sebab tak kunjung menemukan jalan keluar. Tempat ini bernama Dimensi Kegelapan. Letak pastinya tidak ada yang tahu. Dan pemuda itu ke sini hanya karena kebetulan saja. Mungkin dia salah menentukan lokasi perpindahan sehingga terjebak ke sini. 'Ah, semua ini memang rumit.' Ketika hendak melakukan perpindahan tempat secara instan menggunakan suatu teknik, secara otomatis dia harus memasuki Dimensi Kegelapan ini. Hal tersebut terjadi karena ini adalah satu-satunya tempat yang tidak terpengaruh aliran waktu dan letaknya ambigu sehingga bisa menghubungkan banyak tempat.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Legenda Kaisar Naga

read
90.3K
bc

AKU TAHU INI CINTA!

read
8.8K
bc

Romantic Ghost

read
162.3K
bc

Kembalinya Sang Legenda

read
21.7K
bc

Time Travel Wedding

read
5.2K
bc

Putri Zhou, Permaisuri Ajaib.

read
3.0K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook