bab 1
Terlihat di pinggiran kolam renang dua orang gadis cantik tengah asik berbincang dengan memasukkan kaki mereka ke dalam air kolam. Keduanya adalah putri tunggal yang terlahir di keluarga kaya raya, sejak lahir mereka selalu di penuhi dengan kemewahan juga kesempurnaan. Salah satu dari mereka bernama Renatha, gadis yang selalu ceria dengan senyum manisnya. Wajahnya yang cantik membuat banyak orang selalu memperhatikan gadis pemilik mata tersenyum itu.
Selama hidupnya Renatha tidak pernah marah ataupun benci terhadap orang lain. Karena kedua orang tuanya selalu mengajarkan bagaimana cara dia menanggapi setiap orang yang memiliki karakter berbeda-beda. Itulah kenapa Renatha selalu bisa di terima di setiap lingkungan.
"Kak Ayana emang pinter ya kalo cari alasan untuk tetep bisa pacaran, dasar nakal." cibir gadis yang lebih muda
"Ih Renatha jaman sekarang kalo gak pacaran itu gak jaman." sahut Ayana santai
" Masa? kalo jaman sekarang pacaran gak jaman kenapa Bara gak pacaran kaya kakak ?" Tanya Renatha heran
Renatha sangat polos, berbeda dengan Ayana yang tau tentang dunia luar dan segala bentuk pergaulan bebas di luar sana. Sama-sama anak tunggal tapi cara didik dan menjaga kedua gadis itu sangat berbeda.
"Ya, dia aja yang cemen gak gentle jadi cowok." jawab Ayana santai
"Gue bukannya gak gentle, tapi gue gak mau buang-buang waktu buat ngeladenin anak orang yang nyusain. Jagain kalian aja udah susah banget apalagi jagain cewek yang gak berguna dan manja" celetuk seseorang yang sudah ada di belakang mereka.
Seketika dua gadis itu menoleh untuk melihat orang itu, benar dugaan ternyata yang ada disana orang yang sedang mereka bicarakan. Laki-laki tampan yang menjadi primadona para wanita di sekolahnya. Bara, Renatha dan Ayana adalah teman baik sejak kecil karena kedekatan orang tua mereka. Di Antara mereka Bara lah yang paling tua dua bulan dari Ayana dan satu tahun dari Renatha. Tapi Renatha satu kelas sekaligus satu meja dengan Bara, dia gadis yang pintar jadi meskipun umurnya masih muda ia bisa sekolah bersama dengan Bara dan Ayana. Karena Bara adalah teman laki-laki untuk mereka jadi dia berkewajiban untuk menjaga keduanya.
"Bara kapan kamu dateng?" Tanya Renatha bingung
"Dari tadi pas kalian berdua bergosip ria " jawab Bara sekenanya
" Eh bukan gosip, kenyataan kalo Lo emang gak gentleman jadi cowok." sergah Ayana
"Pacaran bukan berarti gentleman Ayana, tapi mereka cuma pengen cari kesenangan semata aja karena punya mainan. Sedangkan gentleman itu kalo berani langsung nikahin, atau langsung di hamilin bwahahaha." tawa Bara pecah ketika melihat respon kedua sahabatnya yang tampak jengkel dengan kata-katanya
"Ih, Bara kamu gak waras, dasar m***m" dengus Renatha
"Tau, lo dasar c***l, otak s**********n, gak pinter, pergi sana!" marah Ayana
"Haha bercanda, udah ayo ke dalem siang-siang malah gibah di bawah sinar matahari. Liat tuh mukanya Renatha udah kaya kepiting rebus kepanasan." ajak Bara lalu membantu dua gadis itu berdiri karena kaki keduanya berendam di dalam kolam.
Mereka pun berjalan memasuki rumah Renatha dengan Bara, Ayana sudah berjalan di depan sedangkan Renatha bergandengan dengan Bara. Mengingat Renatha yang manja pada keluarganya juga Bara, jadi Bara pasti akan bersikap sebagai kakak untuk Renatha.
"Oh iya bukannya nanti malem kalian ada pesta kelulusan ya sebelum wisuda." tanya Ayana
"Iya, kenapa mau ikut.?" Bara yang menjawab
" Ih gak lah, buang-buang waktu mending jalan sama pacar baru " tolak Ayana
" Inget kalo malem banyak setannya, dan kalo pacaran jangan lupa sama batasan " peringat Bara
"Iya bang Bara, Ayana kan anak baik jadi pasti bisa jaga batasan kok. " Ayana suka saat Bara mengingatkannya tentang batasan, itu membuat dirinya merasa di perhatikan
Bara selalu menjadi pelindung untuk Ayana yang sangat banyak tingkah dan sering menyusahkan juga Renatha yang manja serta menurut apa kata Bara yang selalu menjaganya. Mereka bertiga sama-sama anak tunggal jadi tak heran jika sangat dekat seperti saudara. Sering kali mereka menginap bersama dan tidur satu ranjang meskipun sudah hampir dewasa. Tapi Ayana sering menolak untuk satu ranjang dengan Bara dengan alasan mereka sudah besar jadi lebih baik tidur di tempat yang berbeda.
***
Malam harinya Renatha bersiap-siap untuk pergi ke acara sekolah bersama dengan Bara. Ini adalah malam perpisahan dengan teman-teman mereka sebagai tanda kelulusan sebelum wisuda tiba. Saat semuanya sudah siap Renatha segera turun ke ruang tengah dimana Bara menunggunya. Bara sejak tadi sudah bersantai di ruang tamu dengan baju kasualnya, ia dan Ayana akan menginap untuk satu Minggu kedepan. Tapi Ayana mulai dua hari lagi baru akan menginap, selama orang tua Renatha melakukan perjalanan bisnis keluar negeri. Jadi Bara harus menginap untuk menjaga gadis penakut itu.
" Bara ayo cepetan, kenapa malah tiduran " ajar Renatha yang sudah di depan Bara
" Nanti aja kita pergi telat, lagian pasti mereka masih sambutan segala macem bosen. Mending disini " jawab Bara
" Ih gak mau, aku kan gak pernah datang terlambat jadi kita berangkat sekarang. Ayoookk " rengek Renatha dengan menarik-narik baju Bara
Renatha yang terus merengek membuat Bara jadi kesal dan risih akhirnya ia memilih untuk menuruti gadis itu. Tapi saat perjalanan dia sengaja melajukan mobilnya dengan lambat karena tidak ingin cepat sampai. Ia dan teman-temannya sudah janjian akan datang terlambat dan pulang terlambat karena ingin menikmati malam kelulusan spesial.
" Bara kok lambat banget, ayo ngebut dong ini acaranya udah mulai pasti kita telat banget " rengek Renatha lagi
" Iya iya udah jangan manja gitu suaranya " bentak Bara pada akhirnya, entah kenapa malam ini Bara merasa tidak mood
Renatha yang di bentak akhirnya diam karena takut dengan Bara. Mungkin Bara kesal karena Renatha yang terus saja merengek membuatnya tidak bisa menahan diri untuk tidak membentak. Mobil yang mereka kendarai pun sekarang ini sunyi karena Renatha yang terus diam. Keberaniannya untuk mengeluarkan suaranya sudah hilang, ia hanya duduk dengan menundukkan kepalanya menunggu kendaraan itu berhenti di tempat tujuan.
Setelah cukup lama, akhirnya Renatha bisa bernafas dengan lega karena sudah bisa keluar dari dalam mobil Bara. Ia segera pergi memasuki gedung dimana diadakan pesta kelulusan yang sudah mulai. Sedangkan Bara hanya melihat punggung gadis itu yang semakin menjauh. Langkahnya cukup santai tak terburu-buru seperti Renatha yang sudah hilang.
" Woi lo beneran dateng telat ? Gimana sama Renatha dia duluan atau gimana ?" Tanya salah satu teman Bara
" Dia dateng sama gue " jawab Bara singkat
" Tuben dia mau, biasanya juga nolak kalo di ajak hal gak baik hahaha " tawa mereka pecah saat mengingat dulu Renatha yang hampir menangis karena tidak mau berangkat terlambat ke sekolah
"Dia tadi merengek, tapi gue bentak jadi dia diem aja di perjalanan. Pas sampe langsung ilang dan gak ngomong apa pun sama gue." junur Bara
" Wah gila lo Bar, tumben banget lo bentak Renatha" ujar Rama heran
"Iya, biasanya juga Lo selalu nurut sama itu Tuan putri Renatha yang manja." sahut Radit
"Terpaksa, abis dia bikin gue kesel jadi gak fokus sampe gak sengaja bentak dia." jawabnya
Renatha yang tidak pernah di bentak sekali pun sekarang jadi takut untuk bertemu dengan Bara yang tadi membentaknya. Ia memilih untuk bergabung dengan temannya yang lain untuk menghindari Bara. Bahkan meja yang di pilih sangat jau dari tempat Bara dan teman-temannya. Kali ini Renatha tidak ingin bergantung dengan Bara karena ia tau Bara pasti bosan dengan kehadirannya yang merepotkan.
"Ren, kamu kok tumben banget gak sama Bara?" Tanya Lina
"Gapapa, aku cuma pengen mandiri aja biar nanti kalo udah lulus gak selalu nyusahin Bara terus. Kan bentar lagi aku juga akan dewasa jadi harus belajar mandiri dimulai dari hal kecil kaya gini." jelas Renatha dengan tersenyum lembut
Tanpa ia ketahui jika Bara tengah melihatnya yang sedang berinteraksi dengan teman-teman lainnya dari jauh. Diam-diam lelaki itu tersenyum melihat Renatha bisa berbicara bahkan tersenyum bahagia tanpa ada dirinya. Sejak dulu Renatha memang sangat lengket dengan Bara karena takut ada yang menjahilinya, begitu juga dengan Bara yang tidak mau melihat Renatha terlalu dekat dengan yang lain, karena takut salah memilih teman dan salah pergaulan. Tapi malam ini gadis itu memang berbeda dia terlihat biasa saja dengan orang-orang sekitarnya yang termasuk anak-anak nakal.
"Tapi kamu gak takut salah pergaulan apa, lagian kita kan anak-anak nakal yang suka jahil. " kata Melly
" Kata mama ku harus berteman sama siapa aja asal bisa jaga diri, karena mama ku bilang orang tidak bisa dilihat dari luarnya aja. Jadi aku akan mulai berteman sama siapa aja dan menjalin hubungan sama siapa aja selama dia bisa jadi teman baik buat aku " jelas Renatha lagi dengan senyum yang tulus
" Hai ciwi-ciwi cantik " sapa Alfan salah satu siswa yang selalu bergabung dengan mereka
" Haiii " sapa mereka dengan serempak
" Eh ada nona cantik duduk sama kita nih. Mell geser lo, gue mau duduk sebelah pujaan hati " katanya
" Idih kalo ada yang bening aja Lo langsung melek. Ren Lo ati-ati ya kalo duduk sama dia nakutin kek drakula " Melly pun langsung berpindah tempat duduk karena tau Alfan yang begitu ingin duduk bersebelahan dengan Renatha sejak lama
" Ya ampun cakep bener ini Renatha kek bidadari turun dari kahyangan " pujinya dengan menoel pipi Renatha genit
" Heehh minta di hajar Bara lo "
" Ehh anak monyet tangan Lo belom pernah di injek orang gak punya kaki ?"
" Buset tangannya minta di ajarin "
Perlakuan Alfan membuat teman-temannya jadi heboh sendiri, pasalnya anak itu selalu saja tidak bisa menahan diri untuk tidak genit. Mungkin jika bukan pada Renatha mereka tidak akan seheboh ini, mengingat di pesta itu juga ada Bara, mereka takut jika Alfan terkena masalah.
Dan benar Bara sejak tadi terus memperhatikan Renatha dengan mereka. Bahkan gerakan gadis itu tak luput dari pandangan Bara yang cukup jauh. Terlihat jelas laki-laki itu menahan amarahnya saat melihat Renatha di sentuh Alfan.
" Eh Fan malam ini nyanyi gak ?" Tanya Rangga
" Iya dong buat si eneng cantik " jawab Alfan dengan menoel lagi pipi Renatha
" Heh tangan lo emang kurang ajar ya jadi tangan " hardik Rafi
" Iri bilang boss " ujar Alfan enteng
" Eh Fan kamu mau nyanyi apa ? Aku mau dong sekali-kali tampil sama kamu " kata Renatha berusaha tidak canggung
" Wah boleh dong neng cantik, kamu mau nyanyi lagu apa nanti aku ngikut kamu aja " Renatha tampak berpikir setelah Alfan menanyakan lagu
" Just the way you are aja gimana ?" Tawar Renatha bersemangat
" Oke deh kita ke panggung sekarang " setuju Alfan lalu mereka beranjak dan berjalan menuju panggung
Renatha tampak gugup saat memegang mic dan grogi karena ia akan bernyanyi dengan Alfan dan di lihat banyak orang. Saat MC mempersilakan mereka mulai bernyanyi Renatha langsung menatap Alfan. Membuat laki-laki itu tersenyum lalu mengulurkan tangannya guna menggandeng Renatha agar tidak gugup.
Renatha menerima uluran tangan Alfan dan menggenggamnya dengan erat untuk menghilangkan rasa gugupnya. Hingga terdengar alunan musik yang di mainkan oleh Rafi dan Rangga. Keduanya pun mulai bernyanyi dengan sangat menghayati lagunya.
Saat
Oh, her eyes, her eyes
Make the stars look like they're not shinin'
Her hair, her hair
Falls perfectly without her trying
She's so beautiful and I tell her everyday
Yeah, I know, I know
When I compliment her she won't believe me
And it's so, it's so
Sad to think that she don't see what I see
But every time she asks me, "Do I look okay?"
I say
When I see your face
There's not a thing that I would change
'Cause you're amazing
Just the way you are
And when you smile
The whole world stops and stares for a while
'Cause girl you're amazing
Just the way you are
Yeah
Her lips, her lips,
I could kiss them all day if she'd let me
Her laugh, her laugh
She hates but I think it's so sexy
She's so beautiful, and I tell her everyday
Oh, you know, you know
You know I'd...
" Apapun di Dunia ini bisa berubah, karena tidak ada yang abadi. Tuhan menciptakan segalanya sementara, begitu juga dengan perasaan manusia yang bisa berubah kapan saja. Sesayang dan sedekat apapun kamu dengan seseorang, pasti suatu saat perasaan itu akan berubah tanpa kamu sadari. Usahakan mental mu siap untuk menghadapi semua perubahan di dunia ini.. " Renatha