bc

Ayra

book_age4+
5
FOLLOW
1K
READ
revenge
student
drama
others
school
like
intro-logo
Blurb

Sore itu, selepas Noel mengantarnya pulang, sebuah kotak kecil diberikan Noel kepada Ayra.

"Kado ulang tahun untukmu ra," jelas Noel.

Dahi ayra berkerut, ulang tahunnya telah berakhir Desember lalu. Saat itupun noel sudah memberinya kado.

"aku takut tak bisa memberikannya besok," jelas Noel seolah tahu apa Ayra pikirkan.

Hari itu ayra tak mengetahui maksud lain dari ucapan noel sore itu. Benar, kejadian yang aneh, dan kejadian kejadian aneh berikutnya akan terus muncul di kehidupan ayra, bagai domino yang ditumbangkan, maka satu per satu domino lainnya akan tumbang.

Noel yang selama ini bersikap hangat tiba-tiba berubah. Noel membencinya.

chap-preview
Free preview
1_Sore Sepulang Sekolah
Lagu pesta masih menggema diseluruh ruangan, sorot cahaya berjalan kesana kemari dengan berbagai warna. Waktu hampir memasuki tengah malam, namun tak ada tanda-tanda pesta akan segera berakhir. Justru semakin banyak tamu berdatangan, suasana semakin ramai. Ayra menyeruput ice lemon tea di tangan kanannya, kakinya menyilang menduduki sofa di sudut ruangan. Sudah satu jam ia berada di sana, selama itu pula ia tak berhenti mengutuk dirinya sendiri, menyesal telah datang ke tempat seperti ini. Seharusnya ia tahu terprovokasi ucapan wanita itu hanya akan membuat hidupnya semakin sulit. "Kamu ngga akan datang karena tau Noel dan Ellie akan ada di sana kan?" Ahhh, seharusnya Ayra tidak perlu mendengarkan ucapannya. Ayra memegang gelas yang masih terasa dingin meski isinya telah kosong. Matanya menatap gelas itu. Namun hampa, tatapannya tak kalah kosong dengan gelas di tangannya. Perlahan pandangannya terasa kabur, ingatan membawanya pada kejadian satu tahun yang lalu. Sore itu sekolah mulai terasa sepi, bel pulang telah berakhir sejak tiga puluh menit yang lalu. Satu-dua siswa masih bertahan untuk mengikuti ekstrakurikuler atau bimbingan tambahan. Ayra masih setia menunggu di bawah pohon rindang di tepi halaman upacara. Ia menengok lingkaran kecil di atas pergelangan tangan kiri, sudah lewat lima belas menit sejak Ellie bilang akan pergi ke kantin. Ia tidak ikut karena harus pergi ke kamar mandi sebelumnya. Tak lama, Ellie terlihat keluar dari gedung utama, membawa dua botol air mineral untuk mereka berdua. "Noel bilang langsung ke lapangan aja." Katanya sebari menghampiri Ayra, mereka berjalan menuju lapangan basket yang berada di sisi lain kawasan sekolah. Yah, sejak kemarin Ellie merengek meminta di temani bermain basket. 'Untuk penilaian minggu depan' katanya meyakinkan kedua sahabatnya. Tak ada yang aneh dari kalimat itu. Yang membuat aneh adalah karena kalimat itu keluar dari mulut Ellie. Gadis remaja yang bahkan sering mengomel saat tubuhnya terasa lengket saat pelajaran olah raga. Ada gerangan apa tiba-tiba ia bersemangat melakukan hal yang selama ini ia benci. Ayra dan Ellie sampai di gedung olah raga. Ayra mengerutkan keningnya, ia pikir mereka bertiga akan berlatih, itu maksudnya hanya mereka bertiga. Sayangnya Ayra salah, begitu memasuki gedung dengan langit-langit yang sangat tinggi itu ia menyadari permainan ini bukan hanya untuk mereka bertiga. Noel menunggu bersama dua temannya dari tim basket. "Pantas saja," batin Ayra dalam hati saat melihat sosok laki-laki yang sering dijadikan topik pembicaraan Ellie kepadanya. Ayra dan Ellie mengganti seragam mereka dengan pakaian olahraga yang sudah mereka siapkan dari rumah. Noel memberikan bola basket kepada Ayra dan Ellie, "Pertama-tama kita latihan dribel dulu". Ayra dan Ellie memerhatikan gerakan noel yang memberikan contoh untuk mereka berdua. Ayra mempraktekkan tanpa kesulitan. Wajar, ia pernah mengikuti ekstrakurikuler basket saat SMP. Berbeda dengan Ellie yang kebingungan karena bolanya memantul terlalu rendah, telapak tangannya terasa sakit saat mengenai bola. Fari, salah satu teman Noel membenarkan posisi tangan Ellie. Wajah Ellie tampak memerah saat lelaki itu mendekat kepadanya. Ayra semakin yakin alasan 'berlatih' hanya karangan belaka. Noel menyarankan Ayra untuk langsung berlatih lay up. Mengingat Ayra bukan lagi pemula, Noel langsung saja mengajarinya inti dari penilaian minggu depan. Noel memanggil satu temannya yang baru selesai memakai sepatu. Lelaki itu mendekat, mendengarkan Noel berbicara sepatah dua patah kata, sesekali melirik kepada ayra. Selesai mereka berbicara, lelaki itu berjalan mendekat kepada Ayra, Noel pergi membantu ellie yang masih tampak kesulitan. Lelaki itu mengulurkan tangannya kepada ayra, "Bima". Ucapnya singkat. "Ayra," ayra menerima uluran tangan itu sebari tersenyum singkat. Bima mengambil bola dari tangan Ayra, " sudah pernah lay up?" Ayra menggeleng. Sebenarnya ia pernah mencobanya, tapi tak pernah berhasil. Bima tersenyum, "aku kasih contoh ya". Bima mendribble bola di tempat. Kedua matanya melihat ke arah ring, sesaat ia memajukan langkahnya, mendribble bola mendekat, kemudian meloncat memasukkan bola. Gerakannya terasa ringan, lincah. Bajunya yang tampak terlalu longgar bergoyang kesana-kemari seolah enggan melekat di badannya. Bima mengambil bola yang masih memantul dan mengoperkannya kepada ayra. Tanpa diberi tahu pun Ayra mengerti itu berarti kali ini ia yang harus mencobanya. Kaki Ayra bersiap, kedua tangannya erat memegang bola, kedua matanya melihat kearah ring. Ayra mulai mendribble bola mendekat, sayangnya ayra memilih kaki yang salah untuk berhenti, sehingga saat ia hendak melemparkan bola, bola itu melambung terlalu pendek. Percobaan pertama gagal. Bima meminta Ayra mengoperkan bola kepadanya. Kali ini ia mencontohkan dengan gerakan lambat. Mulai dari mendribble, kaki mana yang mulai melangkah dua kali, kemudian melemparkan bola ke dalam ring. Satu, dua, dan seterusnya. Begitu Bima menandai satu per satu gerakan agar Ayra mengerti. Sekarang Ayra akan mencoba lagi, sayangnya percobaan kedua Ayra membawa bola terlalu dekat. Ia sudah sampai di bawah ring saat hendak melemparkan bola. Bola itu menghantam cincin besi. Suara dentuman terdengar keras. Bima memintanya terus mencoba. Percobaan ketiga masih terlalu dekat, bola melambung dari sisi kanan ring menuju sisi kiri. Percobaan keempat Ayra berhenti terlalu jauh, bola tidak sampai. Gagal. Ayra terus mencoba. Hingga pada percobaan ke sembilan bola berhasil masuk ke dalam ring. Tanpa sadar, Bima dan Ayra bersorak, membuat Ellie, Noel dan Fari menoleh melihat apa yang terjadi. Bima bilang teknik yang Ayra gunakan sudah benar, meski belum sempurna. Ayra terus melanjutkan latihannya, beberapakali ia melakukan kesalahan, sebanyak itu pula Bima membenarkannya. Hari semakin sore, latihan basket diakhiri dengan mengembalikan peralatan ke gudang. Ayra menunggu jemputan di depan gerbang sekolahnya. Ellie sudah berlalu sejak lima menit yang lalu. Tak lama kemudian Noel dan kedua temannya mendekat dari arah parkiran dengan motor masing-masing, mereka berhenti di dekat Ayra. "belum pulang Ra?" Noel melepas helmnya, "mau ku antar?" Ayra ingin menolak, namun sebelum ia menjawab, ponsel di genggaman tangannya bergetar. Papanya mengirim pesan, memberitahunya tidak bisa menjemput sore ini. Beliau meminta Ayra untuk memesan taksi atau naik bus untuk pulang. Ayra mengangguk, mengiyakan tawaran Noel setelah membalas pesan dari papanya. "kalian duluan aja, aku mau nganter Ayra dulu."pamit Noel kepada dua temannya sebelum berlalu pergi. Hari menjelang petang, suasana sore itu terasa damai. Langit berwarna oranye indah menandakan matahari akan segera tenggelam. Di jok belakang Ayra menikmati tiupan angin sepoi mengenai wajahnya yang tidak terlindung kaca helm, kedua tangannya berpegangan erat pada pinggang Noel yang terbalut jaket. Ayra tak tertarik membuka pembicaraan, namun entah apa yang dipikirkan Noel, lelaki uang biasanya banyak bicara itu mendadak diam. Lima belas menit, mereka telah sampai di depan rumah Ayra. ayra turun dari motor, berdiri di samping pengendara. "Tunggu sebentar, Ra!" Noel tampak mencari-cari sesuatu di dalam tasnya. ia mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna hitam dengan pita putih bertengger di atas kotak tersebut. Ia memberikannya kepada Ayra. Ayra menerimanya dengan ragu-ragu. "ini apa?" "Hadiah buat kamu." Senyum tipis mengembang di wajah Ayra. Sayangnya Noel menghentikannya saat Ayra hendak membuka kotak itu. "Jangan di buka sekarang," larang Noel. "Ini hadiah ulang tahun buat kamu Ra." Dahi Ayra berkerut, hari ulang tahunnya sudah lewat Desember kemarin. Dan saat itupun Noel sudah memberinya kado. "Ini hadiah ulang tahun untuk besok Ra, aku kasih sekarang karena takut ngga kesampaian kalau ngasihnya besok-besok." Jelas Noel seolah tahu apa yang Ayra pikirkan. "Emang kamu mau kemana?" tanya Ayra penasaran. "Ya nggak kemana-mana sih, takut kelupaan aja." Noel tersenyum. Ayra tertawa kecil, mendorong bahu Noel pelan. "Yaudah iya. Btw, makasih ya El, makasih udah nganter, dan makasih buat kadonya." Noel mengangguk, melambaikan tangan lantas berlalu pergi. Ayra menunggu Noel hingga hilang di belokan g**g sebelum akhirnya berbalik masuk ke dalam rumahnya. *************** Malam itu, setelah membereskan tugas dan buku-bukunya. Ayra meraih kotak kecil yang ia letakkan di ujung meja. perlahan kotak itu dibuka, terlihat sebuah liontin perak yang terletak rapi di atas bantalan di dalam kotak tersebut. Ketika meraihnya, rantai kalung perak yang terpaut dengan liontin tersebut turut keluar. Ayra memerhatikan bandul berbentuk hati tersebut. "Cantik," Ayra berbisik pelan. Ayra bangkit dari duduknya, melangkah menuju cermin, memakai liontin barunya. "Cantik," gumamnya lagi melihat pantulan di dalam cermin. Malam itu Ayra tak memiliki pikiran buruk tentang apapun yang terjadi. Ayra percaya tentang apapun yang Noel katakan meski terdengar aneh. Ayra tak menyadari maksud lain dari ucapan Noel sore itu.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Mentari Tak Harus Bersinar (Dokter-Dokter)

read
53.9K
bc

When The Bastard CEO Falls in Love

read
369.6K
bc

The Seed of Love : Cherry

read
111.0K
bc

Married By Accident

read
223.9K
bc

Crazy In Love "As Told By Nino"

read
279.1K
bc

Married With My Childhood Friend

read
43.5K
bc

PEPPERMINT

read
369.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook