bc

Om Tampan Itu Suamiku

book_age16+
17.3K
FOLLOW
112.3K
READ
possessive
love after marriage
age gap
arranged marriage
goodgirl
confident
CEO
comedy
sweet
secrets
like
intro-logo
Blurb

Yassa Prisicillia atau kerap dipanggil Asa, gadis belia yang baru memasuki usia 19 tahun dan masih duduk di bangku SMA harus menerima perjodohan dengan Jay Fernando, pria kantoran dengan sifat yang formal, perfeksionis dan juga workaholic, yang usianya telah memasuki kepala 3. Perjodohan terjadi karena Papanya Asa terlilit hutang pada Papa pria tersebut dan Papa pria tersebut memutuskan untuk melakukan perjodohan kepada anaknya agar anaknya tidak menjadi perjaka tua dan tidak melulu sibuk mengurusi pekerjaannya saja.

Apakah mereka akan menerima perjodohan ini?

Bagaimana lika-liku perjalanan rumah tangga mereka ke depannya? dan bagaimana Asa menghadapi ancaman seorang wanita yang ingin membalaskan dendamnya terkait masa lalu Papanya?

“Jadi, begini Jay, Asa. Papa, Mama dan juga orangtua Asa sudah berunding sebelumnya untuk melakukan perjodohan untuk kalian berdua.” Sontak mata Jay dan Asa membulat dengan bibir yang sedikit terbuka, “Apa!”

Ikuti kisah Jay dan Asa di sini.

chap-preview
Free preview
Bab 1 - Rencana Perjodohan
Seorang pria tampan nan tinggi yang wajahnya terlihat dingin, tak berekspresi itu tampak sedang menuruni anak tangga sembari mengenakan jas hitamnya. Ia tampak mengenakan kaos turtleneck putih dibalut dengan jas hitam dan juga celana bahan berwarna senada dengan jasnya. Setelah mengenakan jasnya, ia pun memakai sepatu pantofel pria hitam miliknya yang berada di rak sepatu dekat pintu depan lalu bergegas keluar dari apartemen pribadi yang memiliki 3 lantai itu, dan tak lupa membawa tas kerjanya. Saat di luar, ia membuka kunci mobil Mercedes Benz C200 hitam yang terparkir rapi di halaman depan apartemennya lalu masuk ke dalam kursi kemudi dan mengemudikannya menuju ke tempat ia bekerja. Saat di tengah perjalanan, tepatnya di area persimpangan terdapat lampu lalu lintas yang sedikit jauh dari posisinya sekarang. Dari dalam mobilnya ia menatap lalu lintas yang sebentar lagi akan berubah menjadi merah dan dengan cepat ia menaikkan kecepatan mobilnya agar bisa berkesempatan melewati lampu lalu lintas tanpa harus menunggu lagi. Namun keberuntungan tampaknya sedang tidak berpihak padanya, ia sontak menekan rem-nya hingga mobilnya berhenti ketika mendapati seorang gadis belia yang mengenakan seragam sekolah SMA tampak berhenti tepat di depan mobilnya dengan sepedanya yang terlihat hanya didorong. Gadis itu kini sedang berjongkok untuk mengambil barangnya yang jatuh. “Apa yang dilakukan gadis itu? Apa dia tidak tahu jika saya sedang buru-buru?” gumamnya gusar memperhatikan si gadis, ia tampak mengusap wajahnya kasar. Tin! tinn! Ia mencoba menekan klakson untuk membuat gadis itu menyingkir ke pinggir, namun gadis mungil itu tampak tidak bergeming dan masih asik berjongkok. Kesabaran pria di dalam mobil itu pun habis, hingga akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari mobilnya lalu segera menghampiri gadis itu. “Yak, bocah! Apa yang sedang kamu lakukan di sini? Kamu menghalangi jalan saya? Apa kamu tidak lihat mobil saya mau lewat!” Gadis itu tampak mendongakkan wajahnya untuk menatap orang yang berbicara dan berhenti sejenak dari aktivitasnya memunguti manik-manik gelang miliknya yang jatuh ke aspal. Ia pun berdiri dan kini tampak posisinya berhadapan dengan pria itu, “Om, gimana sih! Om ngga lihat sekarang sedang lampu merah? Om mau terobos lampu merah? Om mau aku laporin ke polisi?!” gadis itu terus mengomel tanpa henti dengan posisinya yang sedang berkacak pinggang menatap pria yang lebih tinggi beberapa cm darinya itu dengan mata yang melotot. “Ya, tadi itu lampunya masih hijau. Gara-gara kamu lewat, saya jadi ngga bisa lewat dan ketinggalan lampu hijau!” “Ya, itu bukan urusanku dong Om. Om ganggu aja sih! aku lagi ngumpulin manik-manik gelangku yang jatuh nih.” gadis itu kembali memunguti manik-manik gelangnya yang belum sempat ia kumpulkan semua dan memilih mengacuhkan pria itu. “Eh, bocah! Ngapain itu pakai dipungut segala! Sebentar lagi mau lampu hijau, kamu mau saya tabrak huh!” Pria itu merasa kesal sendiri pada gadis mungil yang keras kepala itu. “Iya, sabar! Ini juga udah selesai Om." jawab gadis itu seraya memamerkan manik-manik gelang yang telah ia kumpulkan ke dalam sebuah wadah plastik. Ia juga tampak memamerkan senyum cerianya pada pria tadi. Tin! tin! Kendaraan yang berada di belakang mobil pria itu pun membunyikan klaksonnya berkali-kali ketika lampu lalu lintas kembali berwarna hijau yang artinya jalan sekarang. Tanpa banyak bicara lagi pria itu kembali masuk ke dalam mobilnya dan gadis itu juga sudah menggeserkan sepedanya ke pinggir jalan. Pria itu pun kembali memasang seatbeltnya dengan tergesa-gesa lalu menekan gas melajukan mobilnya kembali menuju perusahaan tempat ia bekerja. *** Sementara itu di sisi lain tampak dua orang pria paruh baya sedang berbincang-bincang dengan raut wajah serius di sebuah rumah mewah yang lebih terlihat seperti mansion itu. Mereka duduk di sebuah sofa besar nan empuk yang terletak di ruang tamu. “Bagaimana Pak Sam, apa kamu bisa melunasi semua hutang-hutangmu hari ini? Sesuai perjanjian Minggu lalu, hari ini kamu seharusnya melunasi semua hutangmu dikarenakan sebentar lagi kamu akan memasuki usia pensiun." tutur seorang pria dengan setelan jasnya yang tampak duduk santai seraya menyilangkan kakinya. “Maaf, Pak Reno. Saya belum memiliki cukup uang,” jawab pria yang tampak lebih tua dari pria yang di sebut Reno itu sembari menunduk dalam. Ia tampak mengenakan kemeja putih dengan dasi yang terlilit rapi dan juga celana bahan hitam. Reno sontak menghela napas panjang, menatap jengah ke arah pria yang sedang menunduk itu. Sudah sekian kali Reno mendengar alasan itu. “Terus, saya harus menunggu sampai kapan Pak Sam?" Sam tampak tidak bergeming dan tidak berani menjawab pertanyaan dari atasannya itu, karena ia juga tidak tahu harus menjawab apa lagi. “Hm, kalau begitu, bagaimana jika saya menawarkan kamu sebuah penawaran,” lanjutnya kembali berbicara pada akhirnya. Sam kembali mendongakkan kepalanya, menatap Reno penuh harap. “Penawaran apa ya Pak?” Reno tampak menyunggingkan senyum tipisnya menatap Sam yang duduk di sebelah kirinya. “Saya akan menganggap semua hutangmu lunas asalkan kamu membiarkan anak gadismu dijodohkan dengan anak saya” Seketika Sam melebarkan matanya dengan bibir yang sedikit terbuka, dia benar-benar tidak menyangka penawaran seperti itu akan keluar dari mulut atasannya. “Maaf, Pak. Maksud Bapak anak saya akan dinikahkan dengan Jay?” Reno tampak menganggukan kepalanya pelan. “Ya, kamu benar. Saya sudah lelah mencarikan dia jodoh. Dia selalu menolaknya dengan alasan tidak cocok. Dan setiap kali ia yang mencarinya, saya yang selalu merasa tidak cocok dengan wanita pilihannya dan karena saya tahu bila Jay memiliki hubungan yang baik denganmu maka dari itu saya kepikiran untuk menjodohkan dia dengan anak gadismu. Siapa namanya? saya lupa.” “Oh, namanya Yassa Priscilia Pak. Tapi, apakah Jay akan menerima perjodohan ini? Setahu saya dia jarang sekali mengurusi urusan asmara dan selalu sibuk dengan pekerjaannya.” “Tenang saja, serahkan pada saya. Jadi, bagaimana apa kamu setuju? Jika kamu setuju, saya anggap semua hutangmu lunas. Lagipula kamu tidak perlu khawatir, anakmu pasti diperlakukan dengan baik dengan Jay. Tapi, jika kamu menolaknya kamu harus melunasi semua hutangmu hari ini dan saya tidak menerima alasan apapun.” jelas Reno menjelaskan penawaran darinya. Sam tampak terdiam sejenak, matanya bergerak tak tentu arah sembari mengigit bibir bawahnya pelan, ia benar-benar bingung sekarang. Karena masalahnya anak gadis satu-satunya itu masih menginjak usia 19 tahun dan masih duduk di bangku SMA. “Sam! Bagaimana? Ayo cepat putuskan. Kamu dan saya harus berangkat ke perusahaan setelah ini. Tugas masih banyak, jangan membuang-buang waktu.” tegur Reno hingga membuat Sam membuyarkan lamunannya. “I-iya Pak, saya setuju dengan penawaran dari Pak Reno. Saya akan memberitahukannya pada Asa nanti.” “Oke, bagus. Kalau begitu tolong besok siang kamu beserta istri dan anakmu datang ke sini. Kita akan diskusikan tentang perjodohan anak kita.” “Baiklah Pak, saya akan datang besok. Kalau begitu saya permisi sekarang, saya langsung ke perusahaan.” Sam pun berdiri dari posisinya. “Oke, mari saya antar ke depan.” Reno pun mengantarkan Sam hingga ke depan. “Kalau begitu saya permisi ya Pak,” “Ya.” Sam akhirnya menaiki motor Vixion merah miliknya dan meninggalkan kediaman Reno menuju ke tempatnya bekerja. *** Setibanya di sebuah perusahaan dengan tulisan PT. FRD Sejahtera, Tbk di atas gedungnya, pria yang berdebat dengan gadis mungil tadi pun memarkirkan mobilnya di parkiran basement. Ia keluar dari mobilnya lalu berjalan dengan langkah tegap dan berwibawa memasuki perusahaan tersebut. Saat tiba di lantai dasar, ia melewati tempat resepsionis sebelum memasuki lift. “Pagi Pak Jay!” sapa wanita cantik berambut panjang belah tengah, sang resepsionis dengan ramah. “Pagi!” jawab pria yang disebut dengan Jay itu dengan senyum tipisnya. Ia pun kembali melanjutkan langkahnya masuk ke dalam lift dan menekan angka 3 di mana ruang kerjanya berada. Saat tiba di lantai 3, ia kembali melangkahkan kakinya menuju ruangannya yang berada bersebelahan dengan ruangan Papanya. Ia memasuki ruangan yang terdapat tanda wakil CEO PT. FRD Sejahtera, Tbk di pintunya. Ia pun mengambil duduk di kursi kerjanya yang empuk. Drrtt drrt! Baru saja mendudukkan dirinya di kursi kerjanya, ponsel yang berada dalam saku jasnya bergetar menandakan ada panggilan masuk. Ia pun mengambil ponselnya, melihat layar ponselnya yang kini sedang menunjukkan kontak yang bertuliskan 'Papa'. Ia pun segera mengangkatnya, “Halo Pa,” “Halo Jay, apa kamu sudah tiba di perusahaan sekarang?” tanya papanya dari seberang sana. “Sudah Pa, barusan sampai. Ada apa ya Pa?” “Ngga apa-apa. Jay, besok siang sekitar jam 2an lah kamu ke rumah Papa dan Mama ya,” “Hm, baiklah Pa. Apa ada hal penting yang ingin Papa dan Mama bicarakan?” “Iya Jay, ada hal penting yang ingin Papa bicarakan.” “Oh, oke Pa. Aku akan ke sana besok.” jawab Jay final lalu Papanya pun memutuskan sambungannya lebih dulu. Setelah sambungan berakhir, Jay kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku jasnya, 'Apa yang ingin disampaikan Papa besok?’ pikirnya dalam hati. TBC

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

PEMBANTU RASA BOS

read
15.5K
bc

Turun Ranjang

read
578.7K
bc

Tuan Bara (Hasrat Terpendam Sang Majikan)

read
110.8K
bc

Istri Kecil Guru Killer

read
156.3K
bc

Secret Marriage

read
942.6K
bc

Dosen Killer itu Suamiku

read
310.8K
bc

Suamiku Calon Mertuaku

read
1.4M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook