bc

My Best Friend's Brother

book_age18+
234
FOLLOW
1.3K
READ
billionaire
possessive
love after marriage
dominant
goodgirl
student
sweet
campus
first love
spiritual
like
intro-logo
Blurb

Dex sangat menggilai Ayu, yang notabenenya adalah sahabat adiknya. Ia ingin menjadikan Ayu sebagai miliknya, bagaimanapun caranya.

Akankah Dex bisa memiliki Ayu? Atau malah sebaliknya karena obsesi yang ia miliki?

chap-preview
Free preview
Part 1~Pertemuan
Part 1~Pertemuan "Ayu kita jadi ke mall kan hari ini?" Tanya gadis berkacamata kepada sang sahabat yang sedang asyik membaca novel di hp sambil tiduran di kasur. Gadis yang di panggil Ayu pun menoleh, "yups. Mumpung lah, ada diskon besar-besaran." Cengirnya polos. Dan dibalas anggukan semangat pula oleh sahabatnya. Yah, mereka akan ke mall kalau ada gratisan atau diskon saja. Selebihnya tidak jauh-jauh dari pasar tradisional didekat kost mereka. Anak kost mah harus ngirit, dan pastinya pintar mengatur keuangan kalau tidak mau kekurangan. Bisa berabe kalau sampai hal itu terjadi. Apalagi mereka bukan dari golongan menengah ke atas. Yang asyik mengandalkan uang saku dari orang tua. Mereka malah disibukkan dengan kerja part time untuk menambah kebutuhan sehari-hari. "Asyik bisa cuci mata juga nih." Ungkap Esa–sahabat Ayu senang, sambil membayangkan pria-pria tampan yang berlalu lalang di mall. "Pastinya dong, haha." Timpal Ayu membuat mereka tergelak bersama menyadari kekonyolan mereka. Mereka akan memanfaatkan hari ini dengan jalan-jalan sepuasnya. Mumpung kuliah dan kerja libur, menyenangkan hati dan mata sesekali lah biar gak stress. Dan tentunya karena ada diskon akhir tahun, mereka akan memanfaatkan dengan baik kesempatan yang ada. "Jam setengah tiga kita berangkat ya, aku mau tidur dulu." Ucap Ayu yang sudah siap dalam posisi tidurnya–memeluk guling kesayangannya. "Okre, berarti tiga jam lagi. Aku juga mau tidur dulu, hehehe." Esa pun ikut-ikutan berbaring di samping Ayu. Mereka mengambil kamar kost bermuatan dua orang, selain ringan mereka juga memiliki teman di kamar. Apalagi keduanya sudah bersahabat sejak SMA, makin nyaman dalam kamar. Seperti saudara sendiri. Panas sinar matahari masih tersisa, Ayu dan Esa sudah membebaskan diri dari sumpeknya angkot yang mereka tumpangi. Bermenit-menit berhimpitan di dalam angkot bersama barang bawaan penumpang lain, bahkan ada yang membawa burung di dalam. Astaghfirullah! Kalau bukan ingin memanjakan mata dan pikiran, mereka tidak akan mau naik angkot. Mereka lebih senang naik ojek yang mangkal di pinggir jalan. Tapi sungguh, ingin pesen ojek malas rasanya dengan sinar matahari yang masih menyengat tadi. Mall yang mereka kunjungi berada di tengah kota dengan pengunjung yang padat setiap harinya, butuh sekitar satu jam untuk sampai dari kostan mereka. "Yey! Nge-mall juga akhirnya." Pekik Esa girang, mendapat tatapan aneh dari orang-orang yang sedang berlalu-lalang di depan mall. Mungkin pikir mereka ke mall aja senengnya minta ampun, kayak anak kecil yang dibelikan mainan kesukaannya. Tapi hey! Jangan salahkan mereka yang minim dana dan tentunya minim waktu untuk sekedar berjalan-jalan dan ber-happy ria setiap minggunya. Kalau bukan mata dan pikiran yang meronta ingin segera di segarkan dari segala aktivitas selama satu bulan ini, mereka lebih memilih berada di ranjang dan bermain hp. Tapi, bukankah kita butuh refreshing? Yep, refreshing atau berjalan-jalan dibutuhkan agar manusia dapat menyegarkan kembali pikirannya. Hati dan jiwa itu cepat lelah, makanya harus dihibur dengan salah satu caranya adalah berjalan-jalan. Kita mengenal begitu banyak acara hiburan bermunculan di televisi. Acara tersebut dimunculkan tentu saja untuk mengakomodir begitu banyak permasalahan manusia dengan stres dan jenuh dalam aktifitas sehari-harinya. (Sumber google) "Alhamdulillah! Cuci mata setahun sekali, hihihi." Ujar Ayu yang juga merasakan euforia kesenangan Esa. "Kuy ah! Manfaat kan dengan baik kesempatan ini." Ajak Esa sambil menarik tangan Ayu. "Kuy!" Mereka berjalan beriringan, sepanjang mata memandang mereka terkagum-kagum. Bahkan kadang berteriak heboh, dan berakhir menjadi pusat perhatian. Maklum, terakhir mereka ke mall sekitar dua tahun lalu. Itupun di ajak Nancy–sahabat mereka yang sekarang kuliah di luar negeri–ketika perpisahan SMA mereka. "Esa, ke toko buku yuk. Aku ada mau beli novel, udah kepengen banget." Ajak Ayu pada Esa yang tengah menikmati es krim vanilla. Meraka sedang duduk bersandingan di stand es krim–yang katanya terenak di mall ini. Mengistirahatkan diri setelah berkeliling dan mencoba permainan selama dua jam lebih. Tentunya mencoba es krim yang sedang menjadi trending topik teman-teman kampus yang sering pergi ke mall. Untung saja tamu bulanan sedang bersahabat, datang di waktu yang tepat. Hehe "Bentar-bentar, tanggung nih es krim nya." Esa segera saja menghabiskan es krimnya. Dan mengusap bibirnya yang belepotan dengan ujung jilbabnya. Astaghfirullah! Ayu yang melihat pun geram dan menggeplak pundak Esa, "jorok! Kebiasaan, pake tisu kan ada Esa!" Sahabatnya ini benar-benar! Esa menjerit, "aduh! Sakit Ay. Lagian jilbabku hitam ini." Sebal Esa tak terima. "Tetep aja Esa, ini di tempat umum lho. Jaga sikap!" Bukan sekali dua kali Esa bersikap demikian, di tempat umum pula. Esa yang malas berdebat pun hanya mengangkat bahu acuh. Dan beranjak dari kursi yang ia duduki. "Kuy lah! Keburu Maghrib nanti." Ajak Esa tanpa dosa, dan berjalan mendahului Ayu. Astaghfirullah, Ayu harus sabar. Kan memang sedari dahulu sudah begitu, susah mengubahnya. "Cinta yang Hilang, Pergi, Possessive Husband, Love Story, Mine, em...." Ayu berguman sendiri, bingung dengan novel yang akan ia beli. Ia sedang sibuk membaca judul dan blurb cerita, mencari kisah cinta yang romantis dan berujung happy ending. Ayu bukan pecinta sad ending. Esa? Entahlah. Mungkin sedang mencari komik kesukaannya. Aha! Mata Ayu berbinar melihat novel  yang cocok untuk untuknya dan menambah koleksi novelnya. Grep! "Eh?" Ayu menoleh melihat sumber dari tangan yang sedang bersarang manis di atas tangannya. "Ma-maaf." Ucap Ayu sambil menarik cepat tangannya. Ayu merinding melihat sesosok pria di samping kanannya. Menjulang tinggi, dengan tatapan menghunus ke arahnya. Wajah tampannya tidak nampak di netra Ayu yang terlanjur takut. Menggigit bibir bawahnya Ayu memainkan ujung jilbabnya gugup. Dia ingin novel itu, sungguh. Tapi bagaimana dengan pria ini, dia juga akan mengambil novel yang sama. Sedangkan di sini hanya ada satu. "Sorry, saya ambil novel ini." Ujar si pria dengan suara serak, tatapannya menghunus ke arah Ayu yang sedang menunduk gugup Ayu mendongak, merasa tidak terima. Kan dia yang melihat dan memegang dahulu. Niatnya ingin marah, tapi yang terjadi sebaliknya. Ayu bertambah gugup setelah tau rupa pria yang menginginkan novel sama dengannya. "Ta-tapi, saya yang menemukan duluan." Dan kenapa jadi gagap seperti ini sih, batin Ayu sedih. "No! Saya dulu, anda bisa cari novel yang lain." Gila! Enak saja! Ayu menatap pria songong itu dengan berani, "tidak bisa. Anda seharusnya yang mencari novel yang lain. Tangan saya yang lebih dulu memegang novel itu. Seharusnya anda yang mencari novel lai." Tolak Ayu garang, keberaniannya muncul begitu saja. Hah, tapi tidak berefek untuk pria itu, hal itu justru membuat pria tersebut menyeringai sinis. Sungguh manis dirimu sayang. Tunggu aku, sebentar lagi kamu akan jadi milikku. Batin si pria dengan liciknya. "Tunggu saja cetakan berikutnya." Ujar si pria yang langsung pergi meninggalkan Ayu dengan membawa novel di tangannya. Ayu yang melihat tingkah pria itu melotot dengan mulut menganga. Argh! Menyebalkan. Pria itu sudah menghilang di balik rak buku. Menghentakkan kaki kesal Ayu pergi mencari Esa. Moodnya untuk membeli novel lenyap sudah di bawa pria songong tadi. Sejak pulang satu jam yang lalu Esa dibuat heran dengan tingkah Ayu yang diam dan memanyunkan bibirnya. Jika ditanya hanya menjawab dengan deheman, diajak cerita pun diam saja. Esa geram dibuatnya. Pletak! "Aduh! Sakit Sa!" Pekik Ayu mendapat lemparan sendok di kepalanya. Ia mengusap kepalanya sebal. "Hahaha, sorry gaes. Lagian sedari tadi kamu diem aja, manyun lagi. Kenapa sih? Dari mall bukannya seneng juga." Esa berjalan mendekati Ayu yang sedang duduk di kasur. Hah, Ayu menghela napas berat. Sedari tadi dia kepikiran dengan novel dan pria menyebalkan itu. "Aku sebel tau gak sih?" Pekik Ayu dengan wajah semakin di tekuk. "Nggak." Jawab Esa enteng. "Ish Esa!" "Makanya cerita, jangan diem aja. Mukanya dah kayak curut gitu, mana bibirnya monyong lagi." Astaga Esa, mood Ayu malah semakin anjlok mendengar ledekan Esa. "Tau ah! Males cerita." Rajuk Ayu, dan mengubah duduknya menjadi berbaring membelakangi Esa. "Hihihi, sorry Ay, sorry. Oke deh, gak di ledekin lagi. Ayo Ayu yang cantik, cerita dong sama Esa." Bujuk Esa sambil mengguncang pundak Ayu. Ayu bergeming, bibirnya menyunggingkan senyum sedikit. Melihat usaha Esa merayunya. Sungguh dia bukan gadis manja, hanya saja dia sedang keki setelah kejadian di mall tadi. Ingin rasanya Ayu mengejar pria tadi dan mencakarnya. Kalau saja dia tidak memikirkan masa depannya, di lihat dari tampilannya, pria tadi seperti orang kaya. Berjas hitam, celana licin, dan jam tangan mengkilap. "Ayu. Ay... Ayu, kuy cerita sama Esandra yang imut ini." Esa masih saja mengguncang pundak Ayu. "Aku sebel Sa." Ungkap Ayu tiba-tiba tanpa membalik tubuhnya. "Lah? Sebel sama aku?" Ayu mengerang mendengar pertanyaan Esa, tadi katanya suruh cerita gimana sih. "Bukan Esa.... Aku sebel sama orang sombong di mall tadi." Jelas Ayu sambil bangkit dari rebahannya dan duduk bersila memangku guling. "Wow, gimana ceritanya?" Tanya Esa penasaran. Pasalnya seingatnya tadi Esa dan Ayu tidak berjumpa dengan orang sombong di mall. Ayu mendadak bad mood mengingat kejadian tadi, "ya tadi lho pas kita pisah di toko buku. Aku kan mau beli novel, eh pas udah nemu diambil sama orang. Mana songong lagi, masak aku suruh nunggu cetakan berikutnya. Padahal aku yang nemuin buku itu duluan. Kan jadi sebel." Ungkap Ayu menggebu, ah rasanya lega sudah bisa bercerita dengan Esa. Sedari tadi dia ingin bercerita, tapi mood mempengaruhi segalanya. Mulai dari bicara, bahkan kegiatan pun tak semangat. "Cewek apa cowok Ay?" Ayu mencebik mengingat wajah pria tadi, ganteng sih. Tapi tetep aja nyebelin, dan gantengnya hilang. "Cowok." Jawabnya singkat. Mata Esa membulat, "mantab. Kenapa gak diajak kenalan aja sih Ay?" Astaghfirullah Esa, kok malah kepikiran sampai segitu. Mau lihat wajahnya saja malas, eh–gugup dan takut di awal sih sebenarnya. "Gak kepikiran, wong awalnya aku takut sama tuh orang. Serem abis suaranya, serak-serak gimana gitu." Bayangan Ayu kembali pada suara pria tadi. Serak? Baru sadar Ayu, mungkin dia batuk. "Seksi dong? Serak-serak gimana gituh. Hihihi." Plak! "Astaghfirullah, kok malah di pukul sih Ay pundakku. Kan bener kataku, serak itu tanda seksih." Ujar Esa dengan lidahnya menjilat bibir bawahnya menggoda. Yang justru membaut Ayu ngeri. "Jorok ah pikiranmu, yang ada aku sebel sama tuh orang. Ganteng sih, malau nyebelin bikin keki." "Wah ganteng lagi, aku jadi penasaran deh. Kayak apa sih orangnya, coba sebutkan dari yang kita kenal." Pinta Esa penasaran, sahabatnya sudah bisa melihat pria ganteng. "Gitu deh, di kampus gak ada yang mirip. Kayak bule gitu, hidung mancung, terus matanya agak keijo-ijoan, wajahnya ada brewoknya dikit." Jelas Ayu sambil mengingat detail wajah pria sombong tadi, yang dia tatap tajam, tapi masih sesekali dia perhatikan dengan jelas wajahnya. "Aduh, kok aku jadi pengen bule sih." Ujar Esa ngelantur. "Tau ah, cerita sama kamu malah tambah sebel. Malah bayangin bule lagi, aku mau baca novel aja deh." Rajuk Ayu yang kembali rebahan sambil memainkan hpnya. Sedangkan Esa sudah cekikikan tidak jelas, fix dia pengen lihat orang yang bikin Ayu bad mood. Dari bayangannya sih ganteng. Argh! Pria bermanik mata hijau yang sedang bersandar di kursi kebesarannya sedari tadi mengerang frustrasi. Dirinya sungguh sudah tidak bisa menunggu terlalu lama lagi. Gadis incarannya sedari lima tahun lalu kini sudah di depan mata. Tinggal membawanya ke dalam rengkuhan tubuhnya. Tapi sial, dia tidak boleh bertindak gegabah yang berujung membaut gadisnya takut, dan menghindarinya. Pertemuan sore tadi memang rencana yang sudah dia susun. Bagaimana dia bisa tahu? Ah, tentu saja atas laporan mata-matanya yang sudah mengikuti gadisnya sejak lima tahun yang lalu. "A-aku Ayu, Kak." Suaranya bahkan tidak berubah, gugup sedari awal mereka bertemu dan berkenalan. Membuat sesuatu yang di bawah sana berontak. Ayudia Fantika–sahabat adiknya yang sudah mencuri hati sejak awal mereka bertemu di rumahnya lima tahun yang lalu. Ayu yang saat itu masih kelas X memiliki tugas kelompok bersama Nancy–adiknya dan satu temannya lagi. Dan mengerjakan bersama di rumah mewah milik keluarga besarnya. Dia yang baru pulang dari Amerika tanpa sengaja melihat siluet gadis cantik dari kamarnya. Penasaran, dia turun dan pura-pura menyapa. Yang nyatanya dia hanya ingin melihat gadis mungil yang menggoda dengan pakaian tertutup dari atas sampai bawah. Sial, dia hanya bisa berkenalan singkat karena usiran dari Nancy yang katanya dia mengganggu. Sejak saat itu pula dia mengklaim Ayu sebagai miliknya, dan menempatkan lima orang sebagai mata-mata untuk mengawasi Ayu. Karena seminggu setelahnya dia sudah kembali ke Amerika meneruskan kuliah S3-nya. Bayangan wajah lugu dan polos selalu menghantui malamnya selama ini. Bahkan hasratnya ingin meledak hanya dengan melihat foto gadisnya yang dikirim oleh anak buahnya. "Sial!" Makinya, Ayu semakin cantik setiap harinya. Dirinya tidak bisa membiarkan laki-laki lain berdekatan dengan Ayu. Ayu adalah miliknya, dari dulu dan selamanya. Dialah Dexton Samuel Nenandra, pria berdarah Amerika-Indo yang memiliki obsesi dengan gadis bernama Ayudia Fantika–sahabat adiknya. Dex–pria berusia 33 tahun ini sangat menggilai Ayu. Wajah polos dan lugu milik gadis 19 tahun itu membuatnya tertarik. Dex ingin segera memiliki Ayu seutuhnya, bisa gila jika ia tidak bisa mendapatkan Ayu. Sungguh luar biasa pengaruh Ayu untuk dirinya. Dirinya pun mampu menahan hasrat seksnya demi Ayu, agar kelak dia bisa memiliki Ayu dengan utuh. Oh Sayang, tunggu lah aku sebentar lagi akan datang menjemput mu. Batin Dex dengan seringai di wajahnya. Berbagai rencana licik sudah berseliweran di otak pintarnya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

True Love Agas Milly

read
197.7K
bc

See Me!!

read
87.9K
bc

AHSAN (Terpaksa Menikah)

read
304.2K
bc

Enemy From The Heaven (Indonesia)

read
61.2K
bc

Fake Marriage

read
8.5K
bc

Married With My Childhood Friend

read
43.7K
bc

HYPER!

read
556.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook