bc

Arranged Marriage

book_age18+
8.1K
FOLLOW
118.1K
READ
love after marriage
second chance
arranged marriage
goodgirl
CEO
drama
sweet
bxg
like
intro-logo
Blurb

(sudah tamat)

Rhealita, gadis polos penyuka hujan, teh, dan buku tak pernah membayangkan bahwa dirinya akan terjebak dalam pernikahan bersama Gavin, anak dari sahabat sang ayah yang telah mengambil alih perusahaan ayahnya.

Akankah cinta hadir seiring berjalannya waktu atau pernikahan tanpa cinta itu tak akan pernah berujung indah?

cover by Ara Shop

chap-preview
Free preview
Prolog
Prolog Seorang laki-laki paruh baya mengusap wajahnya berulang. Begitu berat kesedihan yang ia tahan sekuat tenaga agar tak tumpah di hadapan sang putri. Dia tak bisa menunda lagi. Dia harus menceritakan semua pada putri satu-satunya. “Rhea... Maafkan ayah yang tak bisa mempertahankan perusahaan keluarga kita. Hutang perusahaan menumpuk. Satu-satunya jalan untuk melunasinya adalah, ayah harus menyerahkan perusahaan itu pada Om Andre.” Rhea sudah menduga, beginilah akhir dari drama perseteruan antara ayahnya dan Andre, sahabat sang ayah. Entah, sekarang mereka masih pantas disebut sahabat atau tidak. Apa ada seorang sahabat yang meminjamkan uang pada rekannya untuk mengembangkan usaha, yang entah bagaimana ceritanya perusahaan mengalami kerugian selama dua tahun berturut-turut hingga hutang semakin menumpuk dan tidak bisa dilunasi? Dan apa seorang sahabat tega mengambil alih perusahaan agar hutang dianggap lunas? Rhea lupa, dalam bisnis tidak ada istilah sahabat atau kerabat. Satu kesalahan ayahnya adalah terlalu percaya pada Andre dan mengira sahabatnya tulus dalam memberikan pinjaman. Ia menduga, Andre memang telah mengincar perusahaan ayahnya sejak lama. Namun Rhea tahu, bukan kapasitasnya untuk tahu seluk-beluk permasalahan perusahaan. Ia tak pernah tertarik segala tentang perusahaan. Ia hanya perempuan sederhana yang menyukai hujan, teh, dan buku. Kendati sejak kecil hidup berkecukupan bahkan bisa dibilang bergelimang harta, nyatanya ia tak pernah menemukan kebahagiaan bersumber dari harta orang tuanya. Dulu...ya dulu, ketika ia berpikir bahwa kebahagiaan bisa ditemukan. Semakin berjalannya waktu, ia menyadari kebahagiaan itu harus diciptakan, bukan untuk dicari. Rhea tumbuh menjadi gadis pendiam dan tak punya banyak teman. Meski dibesarkan di keluarga berada, nyatanya ia tak pernah memanfaatkan kedudukan dan kekayaan ayahnya untuk membentuk dirinya menjadi seseorang yang disegani. Sebaliknya, ia memiliki masalah dengan kepercayaan dirinya. Ibunya berselingkuh di umurnya yang ke dua belas. Ia melihat dengan mata kepala sendiri pria k*****t itu mencumbu ibunya penuh gairah. Satu luka tertoreh dan efek itu terbawa hingga dewasa. Perceraian orang tuanya di umurnya yang ke empat belas menjadi cerita kelam lainnya yang membuatnya semakin terpuruk dan takut memandang sebuah pernikahan. Ia minder karena merasa tak memiliki keluarga yang utuh. Dan yang membuatnya semakin menarik diri dari pergaulan adalah berita perselingkuhan ibunya dengan pria beristri, di mana istri sang pria adalah penyanyi terkenal, menjadi aib yang menyebar ke seantero negeri. Sejak itu ia menjadi korban bullying, disebut anak pelakor, dan anak dari pria selingkuhan ibunya turut andil menjadi pelopor yang kerap mem-bully. Mereka bersekolah di sekolah yang sama. Rhea, gadis berperawakan mungil dan berkacamata itu kini telah berusia 23 tahun. Ia lulus kuliah tahun lalu dan saat ini tengah menekuni dunia menulis. Selain menulis novel, ia mengisi beberapa website dengan tulisan-tulisannya dan aktif sebagai blogger. Ditatapnya sang ayah dengan wajah datar. Statusnya kini berubah, bukan lagi menjadi anak pengusaha kaya, tapi anak dari mantan pengusaha. Perekonomian keluarga telah terpelanting hingga titik nol. Sang ayah berencana untuk pulang kampung dan menggarap sebidang tanah di sana. Ia ingin menghabiskan masa tuanya dengan tenang. “Ada satu lagi yang harus ayah sampaikan. Ayah memikirkan masa depanmu. Ayah tak ingin kamu hidup kekurangan. Karena itu ayah bicara dengan Om Andre. Ayah minta Om Andre untuk menikahkan putra sulungnya denganmu.” Rhea tercekat. Ia menganga sekian detik dan tak menyangka ayahnya mengambil keputusan sebesar ini tanpa meminta persetujuannya. “Tolong, Nak, penuhilah permintaan ayah. Ayah berpikir jika kamu menikah dengan Gavin, keturunan kita masih bisa menikmati hasil perusahaan. Kamu dan keturunanmu kelak dapat hidup berkecukupan. Om Andre juga setuju.” Rhea tak tahu harus bicara apa. Ia tak mengenal Gavin. Ia pernah melihatnya sekilas sewaktu SMA, di saat Andre mengundang ayahnya dan dirinya makan malam di rumahnya. Pria itu berperawakan tinggi tegap dengan wajah dingin dan garis rahang yang tegas. Usianya lima tahun lebih tua darinya. Bagaimana bisa ia menikah dengan seseorang yang tidak ia kenal dengan baik? Namun untuk menolak permintaan ayahnya, rasanya tak sanggup. Ia anak penurut dan tak berani melawan kehendak ayahnya. Sejak orang tuanya bercerai, ayahnya lah yang membesarkannya dengan penuh kasih sayang, sedangkan hubungannya dan ibunya memburuk. Sejak ibunya menikah lagi, mereka jarang bertemu. “Apa Gavin juga setuju?” Rhea memberanikan diri untuk bertanya. Ia pikir, jika Gavin tak setuju, ada harapan agar pernikahan itu tidak terjadi. “Ya, Gavin setuju.” Pernyataan ayahnya barusan membuat asanya remuk redam. Ia tak sampai hati mematahkan harapan ayahnya yang berharap besar pada pernikahan itu. Ayahnya telah merintis perusahaan itu sejak sebelum menikah. Ia begitu mencintai perusahaannya. Tentu ada rasa berat melepas perusahaan. Karena itu ia sangat berharap putrinya menjadi bagian dari keluarga Andre agar perusahaan itu nantinya akan tetap jatuh pada keturunannya. Jika Rhea menolak, ayahnya akan semakin berduka. ****** “Menikah dengan Rhea? Rhealita anak yang kurus dan dekil itu?” Gavin menajamkan matanya dan bengong seketika. “Tidak masalah, kan? Kalian sama-sama single. Meski papa sudah mengincar perusahaan Edwin sejak lama, tapi papa masih punya hati. Edwin ingin putrinya menjadi menantu papa. Ia tak ingin putrinya hidup kekurangan. Jadi papa setuju untuk menikahkanmu dan putrinya.” Gavin menggeleng pelan. Ia pernah melihat gadis itu sekali. Gadis berbadan mungil, berkacamata, culun, kurang menarik, tidak cantik, rambut tipis yang dikucir kuda, kulit eksotis khas Indonesia, sungguh sama sekali bukan kriterianya. Memang, ia baru saja putus cinta. Namun menikah secepat ini, sama sekali di luar bayangannya. “Aku tidak mencintainya, Pa.” “Cinta bisa dibangun. Cinta bisa tumbuh karena terbiasa. Jangan rusak kebahagiaan papa. Papa baru saja merayakan kemenangan karena perusahaan kita semakin besar dan akan menjadi perusahaan properti terbesar dan tersukses di Indonesia. Salah satu pesaing berat sudah berhasil dilumpuhkan. Jika kamu menikahi Rhea, media tak akan mengecap papa sebagai penghancur perusahaan sahabat sendiri. Mereka akan berpikir bahwa perusahaan Edwin bergabung dengan perusahaan kita karena telah menjadi satu keluarga. Ini bagus untuk menjaga nama baik keluarga.” Kata-kata Andre penuh penekanan dan bernada begitu tegas. Gavin memasang tampang kesal. Ia belum siap menikah, apalagi menikahi gadis yang sama sekali bukan kriterianya. “Pokoknya, papa tidak mau tahu. Turuti kemauan papa!” tatapan itu tepat menancap di dua bola mata Gavin, seakan mengoyak hingga ke ujung retina. Gavin tak punya pilihan lain selain menyetujui keinginan sang ayah. ****** Sebulan kemudian... Rhea menata bajunya di lemari. Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Ruang luas ini kini menjadi kamarnya, tepatnya kamarnya dan Gavin. Pagi tadi satu babak krusial tercetak dalam sejarah, mereka resmi menjadi sepasang suami istri. Terngiang suara lantang Gavin. “Saya terima nikah dan kawinnya Rhealita binti Edwin Pratama dengan mas kawin tersebut tunai.” Malam ini, malam pengantinnya. Segala rasa bercampur-aduk. Ada rasa cemas, takut, sedih... Dia memiliki trauma tersendiri memandang pernikahan. Sejatinya dia takut menikah. Jauh di lubuk hati, ia tidak menginginkan pernikahan ini. Namun ia akan berusaha untuk menjadi istri yang baik. Ia melirik baju suaminya tergeletak begitu saja di ujung ranjang. Ia mengambilnya untuk kemudian digantung di hanger. Gavin yang keluar dari kamar mandi seketika memicingkan mata melihat wanita yang telah sah menjadi istrinya itu berani menyentuh barangnya. Dengan sigap Gavin merebut bajunya. “Jangan sentuh barangku!” ketus Gavin. Tatapannya begitu menghunjam, membuat Rhea tak berani menatapnya balik. “Maaf....” Hanya satu kata itu yang terpekik dari bibir tipisnya. Gavin tak menyukai Rhea dan ia pikir mustahil untuknya menerima Rhea sebagai istrinya. Dipandangnya sang istri begitu menelisik. Ia harap bisa menemukan satu bagian saja dari tubuh mungil itu yang akan membuatnya tertarik. Sayangnya ia tak menemukannya. Badannya kurus, dadanya datar, tangannya terlihat kecil dengan urat tulang yang menonjol, rambutnya panjang sebahu dan kurang tebal, seperti kurang gizi, kulitnya eksotis, wajahnya pas-pasan dan di mata Gavin, sama sekali tidak seksi. “Dengar, aku menikahimu semata untuk menuruti keinginan ayahku. Jangan berharap lebih pada pernikahan ini.” Gavin menatap Rhea tajam. Tak ada sedikitpun simpati di matanya. Baginya pernikahannya dengan Rhea hanyalah hitam di atas putih, sekedar formalitas. Rhea mengangguk pelan. Wajahnya tertunduk. Entah kenapa ada rasa takut menghadapi Gavin. Ia takut Gavin akan memperlakukannya dengan kasar. Gadis itu hanyalah tipikal gadis pendiam yang tak banyak bicara. Terkadang ia takut berhadapan dengan orang asing atau yang baru ia kenal. Sejak kecil ia menjadi korban bullying. Fisiknya yang mungil sering dijadikan sasaran bully. Saat SMP, bullying yang ia terima lebih diakibatkan karena ulah ibunya yang berselingkuh dengan suami dari penyanyi terkenal. Semua ini berpengaruh pada pembentukan karakternya yang pendiam, minder, pesimis, dan selalu memendam masalahnya sendiri. Malam yang seharusnya menjadi moment romantis dilalui Rhea dengan derai air mata yang mengalir membasahi bantal. Suaminya tidur memunggunginya dan bahkan tak sudi mengucap sepatah katapun sebelum terpejam. Rhea merindukan kehidupan lamanya meski ia tak pernah menyukai kehidupannya. Setidaknya dia masih memiliki seorang ayah yang sayang padanya. Sang ayah yang malam ini langsung pulang ke kampung halamannya di Cilacap. Di kota ini, ia tak punya siapa-siapa lagi. Ia tak tahu bagaimana mendeskripsikan perasaannya. Yang ia tahu, ia sangat terluka dengan sikap dingin suaminya. Ia belum jatuh cinta pada laki-laki itu. Namun jauh di palung hatinya yang terdalam, terbersit keinginan untuk setidaknya bisa menjalin komunikasi yang baik dengan Gavin. Dan rasanya tidak mungkin... Ia bisa melihat kebencian di mata suaminya. Bahkan seseorang yang seharusnya menjadi belahan jiwanya, sama sekali tak bisa menjadi tempat berbagi cerita. Ia tak tahu bagaimana kehidupannya ke depan. Rhea mencoba terpejam. Dalam tidur pun, tetes-tetes air mata itu masih berlinang membasahi pipi. ******

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
75.8K
bc

T E A R S

read
312.4K
bc

Perfect Marriage Partner

read
809.4K
bc

Love You My Secretary

read
242.6K
bc

Hate You But Miss You

read
1.5M
bc

PLAYDATE

read
118.6K
bc

The Unwanted Bride

read
110.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook