PROLOG
[Jadynn menarik tangan Lumina dengan cepat namun lembut, membawanya masuk ke dalam kamar kecil yang hanya mereka berdua yang tahu.
Ruangan itu terasa seperti dunia mereka sendiri, jauh dari keramaian. Dengan gerakan penuh hasrat, Jadynn merengkuh pinggang Lumina, mendekatkannya ke tubuhnya.
Bibir mereka bertemu dalam sebuah ciuman yang menggambarkan rindu yang tak terbendung.
Seperti kehausan yang akhirnya terpuaskan, Jadynn memagut bibir Lumina dengan penuh intensitas, menciptakan momen yang hanya milik mereka berdua.
“Oooh, Baby … kau sukses membuatku gila!” desah Jadynn penuh gairah.]
*
*
*
*
PROLOG
Lumina adalah seorang mahasiswa berusia 21 tahun yang sedang menempuh pendidikan di salah satu universitas ternama di kota besar.
Sejak kecil, Lumina dikenal sebagai anak yang cerdas dan tekun. Dia selalu menjadi yang terbaik di kelasnya, dan prestasinya tidak pernah mengecewakan.
Namun, kehidupan Lumina tidaklah mudah. Dia tumbuh di panti asuhan sejak kecil. Dan semua biaya sekolahnya dia dapat dari beasiswa karena kepintarannya.
Meskipun hidup dalam keterbatasan, Lumina tidak pernah menyerah. Dia tahu bahwa pendidikan adalah satu-satunya jalan untuk mengubah nasibnya.
Dengan beasiswa yang dia dapatkan, Lumina bisa melanjutkan pendidikannya sampai ke universitas.
Namun, biaya hidup di kota besar tidaklah murah. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Lumina memutuskan untuk mengajar les privat.
Dia mendapatkan tawaran itu dari salah satu teman kuliahnya yang berasal dari keluarga kaya.
Dari yang awalnya mengajar satu murid, kini Lumina telah mengajar empat murid yang berasal dari keluarga kaya yang bayarannya cukup besar karena dihitung perjam.
Lumina adalah guru yang sabar dan telaten. Dia tidak hanya mengajarkan materi pelajaran, tetapi juga memberikan motivasi kepada murid-muridnya untuk tidak mudah menyerah.
Banyak orang tua yang memuji kemampuan Lumina dalam mengajar, dan reputasinya sebagai guru les privat pun semakin dikenal.
Suatu sore, setelah selesai menyelesaikan kuliahnya, Lumina menerima telepon dari temannya, Agnes.
Agnes adalah teman sekampus Lumina yang juga berasal dari keluarga kaya. Mereka bertemu di kelas mata kuliah yang sama, dan meskipun latar belakang mereka berbeda, mereka cukup akrab.
"Lumi, aku punya kabar baik untukmu," kata Agnes dengan suara bersemangat.
"Apakah murid baru?" tanya Lumina penasaran.
Agnes tertawa pelan. “Teman ibuku sedang mencari guru les privat untuk anaknta. Dia masih kecil, umurnya baru 5 tahun. Mereka mencari seseorang yang bisa mengajarnya membaca, menulis, dan matematika dasar. Gajinya sangat besar tapi kau akan mengambil jam malam. Apa kau tertarik?"
Lumina terdiam sejenak. Mengajar anak kecil bukanlah hal yang biasa dia lakukan.
Selama ini, murid-muridnya kebanyakan adalah anak-anak yang lebih besar.
Namun, tawaran ini bisa menjadi kesempatan bagus untuk mendapatkan penghasilan tambahan.
"Oke, aku mau.”
"Ibunya ingin kau mengajar lima kali seminggu. Dan akan ada bonus jika kau menambah jam belajar.”
Lumina mengernyit. “Menambah jam belajar? Anak sekecil itu tak perlu terlalu lama belajar.”
“Tidak, bukan seperti itu. Maksudnya jika kau bisa menjaganya satu jam lebih lama, kau akan mendapat tambahan banyak. Kau mau?” tanya Agnes di seberang telepon.
“Hmm … oke. Tak masalah karena malam hari aku lebih santai dan tak ada kuliah. Aku hanya fokus pada ujian saja untuk memenuhi kelulusanku.”
“Pilihan yang bagus,” sahut Agnes.
"Ya, aku tertarik dengan tambahannya. Kapan aku bisa mulai?" tanya Lumina.
"Besok aku akan menjemputmu dan mengantarmu ke rumah mereka. Mereka tinggal di kawasan elit di pusat kota dan mereka tinggal di mansion besar. Jadi, bersiaplah untuk melihat dunia yang berbeda," kata Agnes sambil tertawa.
*
*
Keesokan harinya, Agnes menjemput Lumina di asrama universitas. Mereka naik mobil mewah milik Agnes dan meluncur ke pusat kota.
Lumina merasa sedikit gugup. Dia sering masuk ke dalam lingkungan orang-orang kata, tapi kali ini sedikit berbeda dari sebelumnya karena yang tinggal di sana adalah para konglomerat dan orang-orang ternama.
Rumah-rumah mewah yang sangat besar dengan pagar tinggi dan taman yang luas membuatnya merasa seperti berada di dunia yang berbeda.
Setelah melewati gerbang keamanan yang ketat, mereka akhirnya tiba di depan sebuah rumah megah.
Rumah itu seperti istana, dengan taman yang dipenuhi bunga-bunga indah dan kolam renang yang luas.
Lumina menarik napas dalam-dalam sebelum mengikuti Agnes masuk ke dalam rumah.
Di dalam, mereka disambut oleh seorang wanita cantik berusia sekitar 30 tahunan. Dia adalah ibu Nigel, anak yang akan diajari oleh Lumina.
"Selamat siang, Nyonya. Saya Lumina," kata Lumina dengan sopan.
"Selamat siang, Lumina. Aku Annie. Terima kasih sudah bersedia mengajar Nigel. Dia anak yang pendiam, tapi sangat cerdas. Aku harap kau bisa membantunya berkembang. Panggil saja aku Annie dan tak perlu terlalu formal padaku," kata Annie dengan senyum ramah.
Lumina mengangguk. "Aku akan berusaha yang terbaik."
Annie kemudian mengajak Lumina ke ruang keluarga, di mana Nigel sedang duduk di sofa kecil sambil memegang mainan mobil-mobilan.
Nigel adalah anak laki-laki berusia 5 tahun dengan rambut pirag lurus dan mata besar yang penuh rasa ingin tahu.
Namun, dia tidak banyak bicara. Ketika Lumina mendekat, Nigel hanya meliriknya sebentar sebelum kembali fokus pada mainannya.
"Nigel, ini Miss Lumina. Dia akan mengajarimu membaca dan menulis, serta matematika, oke?" kata Annie dengan suara lembut.
Nigel tidak menjawab. Dia hanya mengangguk kecil.
Lumina tersenyum. Dia duduk di lantai di dekat Nigel dan mencoba untuk memulai percakapan. "Hai, Nigel. Aku Lumina. Kau suka mobil-mobilan?"
Nigel mengangguk lagi, kali ini dengan sedikit senyuman.
"Wah, keren. Mobil apa yang kau pegang itu?" tanya Lumina.
"Ini mobil balap," jawab Nigel dengan suara kecil.
"Wah … Aku suka mobil balap juga," kata Lumina sambil tersenyum.
Dia berusaha agar Nigel menyukainya dan itu tak sulit baginya karena dulu dia sering menjaga anak-anak di panti ketika masih tinggal di sana.
Pertemuan pertama mereka berjalan lancar. Lumina berhasil membuat Nigel merasa nyaman, dan mereka mulai belajar bersama.
Nigel memang pendiam, tapi dia cepat memahami pelajaran yang diajarkan oleh Lumina.
Dalam waktu singkat, Lumina sudah bisa melihat potensi besar dalam diri Nigel.
Setelah pertemuan pertama selesai, annie memuji cara mengajar Lumina. "Kau sangat sabar dan baik, Lumina. Nigel biasanya tidak mudah dekat dengan orang baru, tapi dia terlihat nyaman denganmu. Aku merasa lega."
Lumina tersenyum. "Terima kasih. Nigel anak yang cerdas. Aku yakin dia akan cepat berkembang. Aku pamit dulu. Besok malam aku akan kembali lagi.”