bc

Last Summer Mistake (Under Revised)

book_age16+
214
FOLLOW
2.1K
READ
billionaire
love-triangle
playboy
badboy
goodgirl
CEO
boss
sweet
like
intro-logo
Blurb

Orlando Spencer ditempatkan dalam situasi tidak terduga oleh kakeknya sendiri, Robert, saat pria tua itu memberikan ultimatum agar dirinya segera menikah. Atau kalau tidak, akan terjadi sesuatu yang buruk seperti seluruh warisan yang seharusnya akan jatuh ketangannya kelak akan menjadi milik orang lain dan bahkan lebih parahnya, akan di bawa oleh Robert ke dalam kubur. Untuk mencegah mimpi buruk itu, otak pintar Orlando menemukan sebuah celah dimana dirinya dapat tetap menjadi alih waris tanpa harus menikah yaitu dengan mencari seorang wanita yang mau diajak bekerja sama.

Di sisi lain, Laurel Anderson mendapati dirinya dalam hubungan bertepuk sebelah tangan saat mengetahui bahwa cinta pertamanya, Darren melamar wanita lain. Seolah kesengsaraan belum cukup menindasnya, Laurel mengetahui bahwa wanita itu adalah sahabatnya sendiri. Dari masalah itu kemudian dirinya bertemu dengan seorang bilyuner muda sejuta pesona yang bernama Orlando Spencer. Dan pertemuan itu membuatnya semakin terjerumus sepanjang musim panas.

chap-preview
Free preview
PROLOG
15 tahun yang lalu. Sydney, Australia. "Laurel! Berhenti!", Laurel berhenti melangkah dan menoleh kebelakang. Ia mendapati anak laki-laki yang tinggal disebelah rumahnya berlari kecil kearahnya. "Darren?", "Kau mau kemana?", tanya Darren sambil sedikit membungkuk. Menetralkan debaran didadanya karena berlari mengejar Laurel yang tiba-tiba pergi meninggalkannya dari taman perumahan. "Pulang.", "Kita belum selesai bermain.", Laurel menggeleng pelan. "Aku tidak mau bermain lagi, Darren.", "Kenapa?", "Aku ini perempuan. Dan kau mengajakku bermain sepak bola...", gerutu Laurel. "Ya apa salahnya?", "Aku tidak suka bermain bola. Kalau jatuh bagaimana?", Darren mengerutkan keningnya. "Hanya karena itu? Kenapa kamu tidak bilang? Kita bisa bermain petak umpet atau yang lainnya.", "Sama saja!", "Sama apanya? Petak umpet kan tidak pakai bola.", elak Darren. Laurel menggeleng. Ia mulai kesal pada Darren. Ia melipat tangannya di depan d**a. "Sama saja aku satu-satunya perempuan.", "Lalu mau bagaimana? Di perumahan ini hanya kau saja anak perempuan. Yang lainnya sudah SMA. Mana mau mereka bermain bersama anak-anak kecil seperti kita?", jelas Darren. Laurel mengerucutkan bibirnya. "Intinya aku tidak mau bermain lagi di taman dengan teman-temanmu. Mereka semua berbadan besar, aku pasti kalah.", Darren tiba-tiba terbahak hingga membuat Laurel melotot. Tangan kecilnya refleks memukul lengan Darren. Namun tak membuat anak laki-laki itu berhenti tertawa. "Darren!", tegur Laurel. "Kenapa kamu tertawa?!", "Kamu lucu.", "Apanya yang lucu?", tanyanya kesal. "Sudahlah, aku tidak mau bermain lagi.", Laurel berlalu meninggalkan Darren. "Laurel!", panggil Darren. Ia segera menyusul Laurel dan mensejajarkan langkah dengan gadis itu. "Baiklah, kau mau bermain apa?", "Aku sudah tidak mood untuk bermain Darren. Aku mau pulang.", Darren mengangguk pelan. Ia meraih tangan Laurel kedalam genggamannya. "Aku akan mengantarmu.", "Tidak perlu mengantarku. Kau kembali saja bermain.", "Aku akan mengantarmu terlebih dahulu. Aku tidak mau terjadi sesuatu padamu, Laurel. Kau lihat di televisi? Banyak penculikan anak.", Laurel memutar matanya mendengar perkataan Darren. "Darren, kita sama-sama masih anak-anak.", "Setidaknya kita di culik bersama.", "Sam-", "Jangan protes lagi, Laurel. Aku tidak akan membiarkanmu pulang sendirian.", Laurel tersenyum mengingat kejadian belasan tahun lalu sambil mengusapkan ibu jarinya di atas sebuah foto lama yang ada di dalam dompetnya. Ia tidak menyangka bila ia dan Darren bisa berteman sangat lama. Tak hanya itu, ia tidak menyangka juga bahwa ia bisa memendam perasaannya selama bertahun-tahun. Semenjak Laurel menginjak sekolah menengah pertama. Ia mulai menyukai Darren sama seperti anak-anak lain di sekolahnya. Bukan hanya karena wajah yang tampan dan tubuh yang bagus. Laki-laki itu begitu dewasa, sopan, perhatian, dan penyayang. Seperti saat ini, Darren yang baru saja datang langsung mengecup keningnya lembut dan mengusap puncak kepalanya. Siapa yang tidak suka diperlakukan seperti ini? "Maaf membuatmu menunggu lama.", ujar Darren dengan nada sedikit menyesal sembari duduk di hadapan Laurel. Ia menarik buku menu dihadapannya. "Kau sudah pesan?", Laurel menggeleng pelan. "Belum. Aku menunggumu.", jawabnya tanpa bisa melepaskan senyum di wajahnya. Siapapun yang melihat ekspresi Laurel saat ini pasti akan mengatakan bahwa perempuan itu sedang jatuh cinta. Untung saja, Darren tidak menyadari hal itu sampai saat ini karena memang keduanya cukup dekat. "Kau mau pesan apa?", tanya Darren lagi. Pandangannya fokus pada buku menu di hadapannya. "Seperti biasa.", Darren mengangguk. Lalu ia mengangkat tangannya hingga seorang pelayan wanita menghampiri mereka. Pelayan itu tersenyum ramah, tapi sesekali melirik Darren dan menatap Laurel sirik. "Ada yang bisa saya bantu?", Laurel diam. Membiarkan Darren menyampaikan pesanan yang mereka inginkan pada pelayan itu. Laurel tidak cemburu, tidak, karena ia tahu bahwa Darren tidak akan menanggapi wanita itu. Darren bukanlah pria yang suka menebar pesona kesana kemari. Darren bukan tipe pria playboy. "Hmm pelayan itu menatapmu terus.", ujar Laurel sambil terkikik geli. Dalam hati, seharusnya perkataan itu lebih tepat sekali diarahkan untuknya. Dia yang sejak dari tadi tak bisa melepas kan pandangannya dari Darren. Ralat, dari dulu hingga sekarang. "Biarlah. Aku tidak bisa melarang mereka. Toh itu mata mereka sendiri. Mereka bebas melihat siapa saja.", Darren mengangkat bahunya. Laurel tiba-tiba tertawa. "Entah kenapa kau tidak adil, Darren.", "Tidak adil apanya?", "Kalau pria-pria menatapku. Kau pasti langsung marah dan menatap mereka balik dengan pandangan menyeramkan. Sedangkan, kau membiarkan wanita-wanita menatapmu.", gerutunya. Darren memutar matanya, "Itu hal yang beda.", "Beda apanya?", "Tentu beda, Laurel. Pria-pria di luar sana menatapmu dengan pikiran kotor mereka. Sedangkan wanita tadi hanya menatapku kagum.", jawab Darren sambil menatap manik mata hitam indah milik Laurel. "Lalu kau sendiri menatapku sekarang.", cibir Laurel. Tapi dalam hatinya ia merasa senang bahwa Darren tidak membiarkan pria lain menatapnya. Ia berusaha menahan senyum diwajahnya. "Aku tahu rasanya tidak adil. Tapi maksudku disini, tatapan pria-pria diluar sana kebanyakan berbeda denganku, Laurel.", jelas Darren. Laurel memang sudah paham sejak awal. Hanya saja ia ingin mendengarkan penjelasan Darren lebih jauh. "Lalu kau menatapku bagaimana?", Darren menarik napasnya dalam. "Aku memberikanmu tatapan sayangku.", ... Hampir satu jam berlalu. Mereka masih mengobrol sambil menikmati hidangan yang disajikan kafe ini. "Jadi, kenapa kau mengajakku makan malam di kafe? Apa yang mau kau sampaikan?", tembak Laurel langsung. Darren biasanya selalu mengajaknya makan malam di kediaman keluarganya dibandingkan di kafe. Biasanya, ada sesuatu yang ingin disampaikan pria itu secara personal dan cukup rahasia bila sudah mengajaknya makan malam di luar. Darren menyilangkan garpu dan pisaunya diatas piring. Ia menatap Laurel dengan senyum merekah di bibirnya. "Kau tidak mungkin percaya.", "Percaya apa?", tanya Laurel bingung. Ia ikut tersenyum meski ia sendiri tidak mengerti apa yang akan disampaikan Darren padanya. "Tunggu sebentar.", kata Darren. Ia mengeluarkan sebuah kotak kecil berbahan bludru biru dari saku dalam jasnya. Mata Laurel melebar. Ia menatap Darren dengan pandangan tak bisa diartikan. Rasa kaget dan senang bercampur aduk menjadi satu membuat Laurel hanya bisa mengerjap beberapa kali. Apalagi saat Darren membuka kotak itu dihadapannya dan memperlihatkan sebuah cincin emas putih dengan batuan berlian diatasnya. Cincin itu sangatlah indah menurut Laurel. Bahkan tanpa sadar tangannya menyentuh kotak itu dengan sedikit gemetar. "Bagaimana menurutmu?", tanya Darren. Laurel menatap Darren sesaat. Ia tersenyum semakin lebar. "Cincinnya indah.", ia tak menyangka bahwa selama ini Darren juga memiliki perasaan yang sama kepadanya. Ini gila! Benar-benar gila! Batin Laurel berteriak bahagia. "Pilihanku tidak salah.", ujar Darren bangga sambil memperhatikan Laurel yang masih setia mengamati cincin ditangannya. "Aku belum memberitahu siapapun tentang hal ini bahkan orang tuaku.", tambahnya kemudian. Laurel mendongak. "Benarkah?", tanyanya senang. Ia tak menyangka bila Darren melakukan hal ini. Benar katanya, Laurel sendiri merasa tak percaya. Darren mengangguk. "Iya. Aku ingin kau mendengarnya terlebih dahulu.", Mendengar perkataan Darren membuat Laurel mengerutkan keningnya. "Tentu saja aku orang yang harus tahu tentang hal ini terlebih dahulu.", balasnya. "Baiklah kalau kau mendukungku. Aku akan melamar Stella.", "Wait... what?", Laurel mengerjap beberapa kali. Ia merasa salah mendengar nama yang disebutkan oleh Darren. Bukannya pria itu mau melamarnya? "Aku akan melamar Stella. Kau bersahabat dengannya kan? Jadi kau mau membantuku?", tanya Darren membuat senyuman bahagia di wajah Laurel kian memudar. Senyumannya kini di gantikan senyuman palsu dan tatapan getir. Perlahan ia menjauhkan tangannya dari cincin yang masih di genggam Darren. "Laurel?", panggil Darren. Laurel berusaha mati-matian menahan air matanya agar tidak lolos. Tapi sia-sia saja, sebulir air mata jatuh menuruni pipinya. Ia benar-benar tidak bisa menahan emosinya karena dadanya terasa sangat sesak dan sakit. Ini pertama kalinya Laurel merasakan patah hati. Dan ternyata rasanya sangat tidak enak dan menyebalkan. "Hei, kenapa kau menangis?", Darren bertanya seraya menutup kotak bludru itu dan dimasukkannya kembali kedalam saku jas. Lalu ia mengusap lembut air mata Laurel yang kini kian mengalir. Laurel menarik kepalanya mundur. Menghindari sentuhan hangat Darren di wajahnya. Ia menyeka air matanya. "Aku menangis bahagia untukmu dan Stella. Aku tak menyangka bahwa kedua sahabatku akan menikah.", dustanya. Darren tersenyum simpul. Ia berpindah duduk di sisi Laurel. Ia merengkuh tubuh mungil gadis itu kedalam dekapannya. "Tenang saja, aku hanya menikah. Aku tidak akan pergi darimu.", Mendengarmu menikah sama saja dengan meninggalkanku pergi, Darren.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Everything

read
277.9K
bc

MENGGENGGAM JANJI

read
474.4K
bc

MOVE ON

read
95.0K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.1K
bc

Me and My Broken Heart

read
34.5K
bc

LARA CINTAKU

read
1.5M
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
52.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook