bc

Imamku Dunia Akhirat

book_age16+
3.9K
FOLLOW
43.4K
READ
love after marriage
arranged marriage
inspirational
police
doctor
tragedy
sweet
bxg
city
brothers
like
intro-logo
Blurb

"Aku tidak berani menjadi Siti Khadijah yang menyatakan cintanya kepada Rasulullah terlebih dahulu. Tidak pula, menjadi Fatimah Az-Zahra yang menunggu cintanya Ali dalam diam. Aku hanya ingin menyerahkan urusan duniaku pada Sang Pencipta, dan berpasrah pada-Nya. Sebab, aku tidak tahu, siapakah yang akan lebih dulu menjemputku. Pelaminan atau kematian." ~Aliana Putri Kamila.

Aliana Putri Kamila. Gadis itu terisak dalam diam. "Nggak, Mbak. Aliana gak mau," ucapnya lirih.

"Mbak mohon, Al. Kamu nikah sama Mas Reyhan," pinta perempuan cantik di hadapannya.

"Gak! Al gak bisa, Mbak. Mas Reyhan itu suamimu. Mana mungkin, Al tega rebut suamimu, Mbak? Kamu begitu mencintainya. Mana sanggup, Al menikah dengan kakak ipar sendiri?" Isaknya semakin menjadi.

"Umur Mbak gak lama, Al! Kamu tahu itu, Dek." ucapnya menahan emosi.

"Mbak Dira! Jaga bicaramu, Mbak. Hebat sekali kamu bisa menentukan umur seseorang. Apa Mbak Dira Tuhan?!" balas Aliana tak kalah emosi.

"Al, sekali ini saja. Mbak mohon!" bujuk Dira.

"Mas Reyhan suamimu, Mbak. Mas Reyhan suamimu. Al gak bisa!" kukuh Aliana.

"Mbak akan ceraikan Mas Reyhan."

"Gak! Mbak Dira sama Mas Reyhan gak boleh pisah."

Wanita itu merosot ke bawah. Ia bersimpuh di kaki Aliana.

"Mbak mohon, Dek. Anggap ini sebagai permintaan terakhir Mbak," final Dira.

"Berdiri, Mbak. Al mohon. Mbak Dira berdiri." Sambil merangkul Dira untuk bangkit berdiri.

"Mbak mohon." Dira terisak di pelukan Aliana.

Bagaimana ini? Apa yang harus Aliana pilih? Bolehkah dia egois? Ataukah dia harus mengalah?

Yuk simak kisahnya dalam karya yang berjudul Imamku Dunia Akhirat.

cover by @Anita Dwi Rahayu

chap-preview
Free preview
Gadis Manis yang Tangguh
Air matanya tumpah seketika. Teringat, bagaimana ejekan dan hinaan orang-orang tentang dirinya. "Hahaha ... anak kuli bangunan kok mimpi sekolah tinggi," ejek seseorang dengan tawa jenaka. "Sampai mati pun, bapakmu tidak akan pernah sanggup biayain sekolahmu!" ucap orang lain meremehkan. Ya, begitulah kiranya ejekan-ejekan yang tak ber-perikemanusiaan. Rasanya begitu menyakitkan. Lihatlah, betapa kejam dan menusuknya hinaan orang-orang yang tak punya rasa kasihan. Dengan mudahnya, mematahkan semangat yang susah payah ditumbuhkan. Dihapusnya air mata itu kasar, dan ia tersenyum bangga. Ia patahkan ejekan demi ejekan orang-orang tentang dirinya. Ia tak habis pikir, bagaimana bisa orang-orang menjadikan perekonomian orang tua sebagai tolak ukur kesuksesan dan masa depan seorang anak? Memang, terdengar sangat lucu. Namun, itu realitanya. Mereka tidak pernah berpikir, bagaimana hancurnya orang tua, saat seorang anak hanya bisa mengandalkan harta warisan. Bahkan, sampai ber-rumahtangga sekalipun, anak tidak akan bisa mandiri jika difasilitasi terus menerus. Tentu saja ini salah dan tidak dibenarkan. Karena kesuksesan seseorang anak, tergantung dari cara didikan yang diajarkan orang tuanya. Ini bicara tentang proses, bukan cara! Bagaimana proses seseorang menjadi sukses, bagaimana proses seseorang menggapai kesuksesannya, bukan cara! Kalau hanya cara agar sukses, nikah saja sama duda anak lima, atau mungkin, ternak tuyul yang mau dikasih susú formula. "Orang tuamu kecelakaan, Nduk. Mereka sudah meninggal dunia." Air matanya kembali tumpah saat mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu. Ya, gadis itu bernama Aliana. Aliana Putri Kamila. Gadis periang yang sangat cantik, manis, alim dan lugu. Ia memiliki wajah yang begitu teduh dengan mata indah dan bibir yang ranum. Aliana selalu membalut tubuh indahnya dengan gamis dan kerudung panjang yang membuat auranya semakin terpancar. Tak sedikit laki-laki yang ingin mengenalnya lebih dekat. Namun, tak sedikit pula yang kecewa karena Aliana tidak mau diajak pacaran. Aliana lebih memilih untuk ber-ta'aruf dan menunggu jodohnya dalam diam. Aliana tinggal bersama kakaknya yang telah berkeluarga. Nama kakaknya, Dira Putri Adinda. Dira bekerja di klinik kecantikan sebagai dokter spesialis kecantikan. Dira tinggal bersama suaminya yang bernama Iptu Reyhan Anandito, atau yang sering dipanggil dengan nama Reyhan. Namun, tak sedikit teman-temannya memanggilnya dengan sebutan 'Komandan' . Wajar kalau Reyhan sering dipanggil Komandan, karena memang profesinya adalah seorang polisi. Meski usia Reyhan terbilang masih muda. Namun, di usianya yang ke-26, ia sudah dipercaya untuk memegang komando dan menjabat sebagai Kapolsek kota Surabaya. Hebat, bukan? Mungkin, itu salah satu alasan yang membuat Dira jatuh hati padanya. Sebenarnya, Aliana tidak ingin merepotkan kakaknya dengan menumpang di rumah Dira. Ia ingin kos di dekat Universitas Airlangga, yang disitulah Aliana melanjutkan pendidikannya sebagai seorang mahasiswi. Akan tetapi, Dira tidak mengizinkan Aliana untuk kos. Dira tidak ingin kalau Aliana tertular pergaulan muda-mudi di Surabaya yang terkenal bebas. Wajar saja jika Dira sangat menjaga adiknya, karena Aliana adalah adik kesayangan Dira. Selisih mereka memang tidak jauh, hanya terpaut empat tahun saja. Dari remaja, Dira dan Aliana hanya hidup berdua. Orang tua mereka sudah meninggal karena kecelakaan beberapa tahun yang lalu. Sepeninggal orang tuanya, Dira dan Aliana harus berjuang memenuhi kebutuhan hidup mereka. Dulunya, mereka tinggal di Lamongan, kota kecil yang penuh dengan sejuta kenangan. Menginjak dewasa, Dira menemukan cinta sejatinya yaitu Reyhan, imamnya dunia akhirat. Mereka berdua pun memutuskan untuk menikah dan menetap di Surabaya. Setelah lulus SMA, Aliana kuliah di Surabaya dengan mengambil jurusan kedokteran. Karena dari kecil, ia memang sangat suka dengan sesuatu yang berhubungan dengan kesehatan. Dira menyuruh Aliana untuk tinggal bersamanya dan Reyhan, suaminya. Dira tidak tega jika adiknya kos sendirian di Surabaya. Dira takut adiknya tertular pergaulan bebas remaja di sana. Bagi Dira, masa depan Aliana sangatlah penting. Dira ingin adiknya menjadi orang sukses, orang yang berhasil. Meskipun, ia harus bekerja keras untuk membiayai kebutuhan Aliana, itu tidaklah masalah bagi Dira. Dira tidak ingin jika keluarganya diremehkan lagi seperti dulu. Dira ingin membuktikan ke semua orang kalau keluarganya bisa sukses. Sebelum orang tuanya meninggal, keluarga Dira memang dipandang sebelah mata. Bahkan, selalu dihina dan diremehkan karena faktor perekonomian yang rendah. Ayahnya hanya menjadi seorang tukang bangunan, sedangkan ibunya hanya menjadi buruh cuci. Jangankan untuk hidup berfoya-foya, untuk makan pun, masih serba kekurangan. Namun, karena tekad Dira dan Aliana yang kuat agar mereka bisa sukses, mereka selalu belajar dan belajar. Terbukti dengan beasiswa yang mereka dapatkan sejak sekolah dasar, sampai mereka bisa melanjutkan pendidikan yang mereka inginkan. Aliana dan Dira masih ingat betul, bagaimana keluarganya dihina dan dizalimi. Bahkan, pakde mereka sendiri, dengan teganya menghina dan merendahkan mereka berdua di depan banyak orang. Sampai-sampai ibu mereka menjadi sakit-sakitan karena terlalu memikirkan hinaan orang-orang pada anak-anaknya. "Anak orang miskín, anak kuli bangunan gak berpendidikan, sok-sokan mau sekolah tinggi. Mimpinya gak kurang tinggi?! Biaya darimana kalian buat bayar sekolah di tempat unggulan? Punya mimpi jangan ketinggian! Kalau jatuh, biar gak sakit. Bisa lulus SD saja, harusnya kalian sudah bersyukur, bukan malah mengkhayal bisa bersekolah di sekolah mahal." Begitulah kiranya ejekan yang pernah pakde mereka lontarkan dulu. Sebuah hinaan yang luar biasa kejam dan terasa sangat menyakitkan. Akan tetapi, mereka bisa membuktikan bahwa apa yang pakde mereka ucapkan, itu salah. Buktinya, mereka berdua bisa bersekolah di sekolah yang mahal dengan jalur beasiswa. Dengan begitu, Dira dan Aliana bisa membungkam dan menampar keras mulut orang-orang yang selalu menghina dan mencela keluarganya. Selagi ada usaha dan doa, maka tidak akan ada yang tidak mungkin di dunia ini. Selagi masih menyembah Tuhan, maka tidak ada yang mustahil di dunia ini. Bagi-Nya, mengubah pasir menjadi berlian sangatlah mudah. Lalu, apa yang kita ragukan lagi saat kuasa-Nya benar-benar nyata? Dan setelah kecelakaan yang merenggut nyawa orang tuanya, tekad Dira dan Aliana menjadi sangat kuat. Terbukti dengan sukesesnya Dira menjadi dokter spesialis kecantikan, dan Aliana yang saat ini sedang menempuh pendidikannya sebagai seorang dokter. Tentunya, kesuksesan mereka tidaklah mudah. Butuh banyak perjuangan, usaha dan air mata yang mengiringi perjalanan hidup mereka. Sudah cukup penderitaan yang dialami kakak-beradik itu, dan kini, saatnya mereka menikmati kebahagiaan yang sesungguhnya. Percayalah, akan ada awan setelah badai, akan ada pelangi setelah hujan, dan akan ada kebahagiaan setelah kesedihan dan keterpurukan. Kehidupan ini seperti hujan dan pelangi. Tidak setiap hujan menampakkan pelangi, tapi percayalah, hujan akan berhenti, dan pelangi akan muncul dengan warna indahnya. Memang, kehadirannya tak bisa diduga dan diprediksi. Namun, pelangi akan muncul di waktu yang tepat. Begitu juga dengan hidup. Tidak setiap ujian dan masalah menampakkan kebahagiaan, tapi percayalah, setiap ujian dan masalah akan menemukan sebuah solusi, dan kebahagiaan akan datang tanpa bisa kita prediksi. Kebahagiaan pasti akan datang di waktu yang tepat. Itu pasti.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
9.3K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.5K
bc

My Secret Little Wife

read
84.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook