bc

Rewrite the Stars

book_age16+
121
FOLLOW
1K
READ
friends to lovers
goodgirl
independent
CEO
sweet
city
office/work place
small town
childhood crush
school
like
intro-logo
Blurb

Keylani dan Daviant bertemu dalam hangatnya ubi rebus. Tumbuh remaja bersama dan saling menguatkan dalam perjalanan hidup.

Hingga tiba suatu masa, perjalanan itu harus menemui pemberhentian yang berbeda.

Mampukah Keylani dan Daviant kembali berjalan di arah yang sama dan menulis sendiri takdir hidup mereka, ataukah mereka harus menyerah dan tetap tinggal di tempat yang sama.

chap-preview
Free preview
Crying in Silence
Pagi itu sinar matahari terasa begitu sejuk dengan semilir angin di hari Senin, minggu pertama bulan Februari. Keylani Anindita, seorang perempuan mungil yang kini tengah berada di balkon kamar menikmati hembusan angin di sekelilingnya. Berdiri termenung memejamkan mata, Helaan nafas pelan dia keluarkan untuk sekedar melegakan pikiran yang terasa kalut karena lelah akan hidupnya yang terasa hampa dan kosong. Keylani atau sebut saja Key biasanya senang memandang hamparan langit diatasnya, diantara begitu banyak kesulitan yang dia rasakan menyiksa selama 2 bulan ini, langit adalah satu-satunya hal yang terlihat indah di matanya. Ya, Key menyukai langit. Menyukai warna biru halus yang terlukis disana , menyukai bias mega yang berwarna kemerahan setelah hujan di sore hari, menyukai gumpalan awan yang terlihat seperti mahkota di matanya. Mahkota kebanggaan langitnya. Ia menyukai langit lebih dari apapun. Hingga terkadang ia merasa begitu tenggelam dalam lamunan akan gumpalan awan di atas sana. Tapi hari ini, entah mengapa Ia merasa bahwa langit yang begitu Ia cintai bahkan tak bisa membuat pikiran dan hatinya lepas dari sesak akibat tangisan semalam. Itu terbukti dari lelehan bening air mata yang kini jatuh satu persatu membasahi wajah malaikatnya, Keylani tak pernah menangis sebegini banyaknya dalam semalam dan bahkan berlanjut lagi hingga pagi, seperti yang terjadi pada dirinya kini. Key memang tidak terlahir sebagai seorang putri di lingkaran bangsawan, Ia hanya seorang perempuan biasa. Seorang mahasiswi biasa yang mengejar ilmu di kampus yang hanya dikenali oleh segelintir orang. Dia hanya seorang anak tunggal yang harus tinggal sendiri, jauh dari dekapan orang tuanya guna mengumpulkan pundi-pundi uang di lingkaran kota metropolitan ini. Key menghembuskan nafas lelahnya sekali lagi. Bukan, dia bukan menangisi takdirnya yang mengharuskan dia bekerja sekeras ini di usia yang seharusnya dimana orang lain mendapat buah manis tahap kedewasaan. Pikiran Key bergelayut mengulang kejadian semalam, Key yang seharusnya beristirahat dengan tenang setelah seharian bekerja di sebuah toko sepatu di tengah kota malah mendapati orang yang tidak ingin dilihatnya mengetuk pintu flat sewanya tepat jam 11 malam. Ia bahkan belum sempat melepas parka biru kesayangannya saat orang tersebut memaksa masuk dan menghempaskan tubuh tingginya di sofa kecil di ruang tamu rumahnya. Ini sudah ketiga atau bahkan keempat kalinya Davi atau yang bernama lengkap Daviant Wijaya, mendatangi rumahnya ditengah malam hanya untuk menumpang mengistirahatkan pikiran dan fisiknya. Sejujurnya Key lelah, Davi bahkan telah memiliki seorang perempuan cantik di sisinya tapi dia tak pernah berhenti mendatanginya setiap malam seperti ini. Kebiasaan ini bertambah parah setelah Davi resmi bertunangan dengan perempuan tersebut minggu lalu. Key bertanya-tanya dalam benaknya mengapa Davi rela bersusah payah mendatanginya dan bukan sibuk mempersiapkan pernikahannya yang dalam hitungan bulan itu. Bukankah itu yang Davi inginkan kemarin saat Key tak juga memberi kepastian akan perasaannya pada Davi. Ya, benar. Davi menyatakan perasaan pada Keylani sang perempuan mungil tepat sebulan sebelum Ia bertunangan. Key menyayangi Davi tapi sayang bukan berarti Ia tak dapat berfikir jernih dan logis. Menerima banyak kesulitan di usia muda membuat Key terlihat berbeda dari perempuan seusianya. Key terbiasa tersenyum saat dia ingin sekali menangis, terbiasa mengucapkan maaf dan terimakasih entah untuk apa alasannya, terbiasa mengalah untuk sesuatu yang sebenarnya begitu Ia inginkan. Jadi saat malam itu Davi mendatangi flatnya lagi, Ia hanya tersenyum dan duduk diam disamping Davi tak berniat mengucapkan sepatah katapun sebelum sang lelaki tenang. Ia tahu Davi lelah, dan tak ada yang dapat Ia lakukan selain diam memperhatikannya, takut-takut Davi akan menyakiti dirinya sendiri seperti yang dulu pernah Ia lakukan. Di detik entah keberapa, Key melihat Davi mengangkat kepalanya yang sedari tadi tertunduk dalam. Key masih menatapnya dan saat Davi menatapnya balik, Key dapat melihat lelehan air mata yang membasahi wajah tampan Davi yang biasanya berselimut senyum dan tawa. Entah kenapa rasa sesak itu kembali mendatangi hati Key. Dia tak sanggup berkata apapun, tapi perlahan Key mendekatkan dirinya pada Davi dan menyentuhkan jari jemarinya pada wajah Davi berniat menghapus lelehan kesedihan disana. Key melihat Davi menutup matanya saat ia menggerakan tangannya mengelus permukaan mata hingga pipi Davi . Tak ada sepatah katapun terucap diantara keduanya, Key memilih diam berusaha sekuat mungkin agar dirinya terlihat sebagai penopang yang baik untuk Davi. Melihat Key yang terdiam bisu dengan tangan yang masih menangkup permukaan wajahnya, Davi hanya dapat tersenyum miris. Menertawakan tingkahnya yang berani menitikkan air mata di hadapan perempuan manis yang masih menjadi cinta pertamanya bahkan sampai detik ini, disaat Davi sudah terikat dalam hubungan serius dengan orang lain. Tak berapa lama, Key akhirnya membuka mulutnya untuk berbicara. “Dav, Is everything okay?” sebuah senyum miris terpatri di wajah lembutnya saat melihat Davi tak kunjung berhenti menitikkan air mata. Bahkan kini air mata tersebut semakin menderas. Key tak tahan lagi, ditariknya punggung Davi hingga sang pemuda tampan merebahkan kepalanya di bahu Key . Sang perempuan masih setia mengelus helaian hitam rambut Davi hingga ia mendengar Davi menghela nafasnya pelan.“You don’t know how much I miss you, dear. Kenapa semuanya terasa semakin sulit saat kau tak ada di sisi”. Davi menghela nafas berat sekali lagi. Sadar bahwasanya Ia begitu dibuai oleh kenyamanan yang diberikan si mungil. Tangannya Ia ulurkan untuk memeluk pinggang Key.“Pagi ini, ayah kembali ke rumah” ujar Davi dan Key tersentak. Ayah Davi yang ia tahu telah pergi sejak Ia berusia 10 tahun. Lantas, apa kira-kira yang membuat sang ayah kembali pada keluarga yang telah lama ditinggalkannya. “Ayah datang dengan seorang perempuan yang seumuran denganmu, dan secara tiba-tiba ayah mengatakan akan menikah dalam waktu dekat,” Davi menarik dalam nafasnya, dan melanjutkan perkataannya namun entah mengapa Key tiba-tiba merasa ia begitu takut dan gugup. “Ayah memintaku untuk mempercepat hari pernikahanku Key, agar Ia pun dengan cepat dapat menikahi perempuan itu.” Tepat saat Davi mengucapkan sebaris kalimat tersebut Key merasa jantungnya berdegup cepat dan matanya memanas. Ya tuhan, apa yang terjadi padaku, Key bicara sendiri dalam hatinya. Ia hanya dapat diam dan kembali menatap Davi disampingnya, tak tahu harus berkata apa Key hanya dapat mengembuskan nafasnya dan menarik tangan hangat Davi untuk digenggamnya. “Tak apa, Dav. Bukankah itu hal baik apabila proses penikahan kalian dipercepat?” Key tersenyum tipis. “Bukankah kau tak suka dengan hal-hal rumit semacam pernikahan. Ini kesempatanmu agar lebih cepat melewatinya. “ lanjut sang perempuan mungil. Davi menatap Key tak percaya karena perkataannya, “Apa kau gila?” Davi meninggikan suaranya sedikit. “Tak tahukah kau bahwa aku begitu ingin berteriak dan mengatakan pada semua bahwa aku tak pernah menginginkan pernikahan ini”. Davi lalu menatap Key tajam, “Oh tentu kau tak pernah tau, karena bahkan kau tak pernah peduli tentangku yang begitu mencintaimu”. Lanjut Davi dengan senyum mirisnya Key diam, ia tersentak. Selama ini ia pikir Davi telah melupakan perasaannya yang dulu, karena Davi bahkan tak pernah terlihat tertekan atau depresi saat menjalani proses pertunangan sebelumnya. Dan pengakuan Davi malam ini mau tak mau kembali membuat Key gundah dan resah, Ia diam dan mencoba membaca raut wajah Davi yang tertunduk. “Aku selalu mencoba terlihat baik-baik saja selama ini bukan karena aku telah rela untuk menjalani hidup bersama gadis itu, tapi itu hanyalah salah satu caraku untuk melihat seperti apa reaksimu saat aku bersama orang lain” Davi menatap Key dalam, “Aku tak pernah mencintai seseorang hingga sedalam ini Key, membuatku hampir gila hanya untuk menebak seperti apa perasaannya” Davi mengulurkan tangan kanannya untuk meraba kulit pipi Key yang terasa begitu halus di jemarinya. “Kau tak pernah tau betapa sakitnya aku saat kau malah mendukung pertunangan gila ini. Kau katakan pada keluargaku bahwa aku begitu pas bersanding dengannya, kau bahkan tersenyum begitu cantiknya saat Ibu memperkenalkan gadis itu padamu sebagai tunanganku”. Melihat Key yang hanya diam, Davi pun melanjutkan perkataannya “Aku harus apa agar kau mengerti diriku Key? Aku hancurpun, kurasa kau tak peduli”. Key menggelengkan kepalanya kuat, astaga bagaimana bisa ia tahan melihat kehancuran orang yang begitu ia sayangi. “Dav, berhenti. Hentikan semua prasangka burukmu, aku tak mungkin membiarkanmu hancur seorang diri. Kita sahabat, dan aku tak pernah ingin itu berubah. Aku mohon, tetaplah jadi Davi sahabat masa kecilku yang selalu ceria dan penuh kebahagiaan. Jangan seperti ini kumohon. “ Davi menghembuskan tawa sarkastik, “ Sahabat?, dammit bahkan setelah semua ungkapanku kau masih melihatku sebagai sahabat masa kecilmu”. Kini Davi menghunuskan tatapan setajam pedang pada Key, “Jika kau memang sahabatku, maka lakukanlah sesuatu untuk menghibur sahabatmu yang sedang terluka ini” Lanjut Davi Key menegang sesaat, Ia tahu apa yang dimaksud Davi dengan menghibur. Dulu semasa mereka masih duduk di bangku sekolah dasar, Davi dan Key punya cara tersendiri untuk menghibur satu sama lain saat mereka berada dalam situasi sulit. kenangan lama berputar kembali, Davi menunggu dengan raut tak terbaca. Sementara Key sibuk mengatur nafas dan menahan aliran air matanya. “Dav, jangan seperti ini. Kumohon, aku minta maaf. Aku tak bermaksud untuk tidak peduli pada perasaanmu atau menuduhmu dengan hal-hal yang tak baik. Aku hanya ingin kau kembali seperti Davi-ku yang dulu. Davi tak pernah terlihat sebegini putus asanya seberat apapun masalah yang datang. Jangan memaksaku untuk melakukan hal yang terlalu sulit kulakukan.” Key mengusap punggung Davi halus. Davi mendengus meremehkan, ia tahu bahwa Key tak akan berani melakukan hiburan yang dia maksud. Lelah akan keadaan dan suasana yang mendingin diantara dia dan Key, akhirnya Davi memaksa untuk merebahkan kepalanya di pangkuan sang perempuan yang lebih kecil. Refleks atau mungkin telah menjadi kebiasaan lama, Key secara otomatis meletakan tangan halusnya di helaian rambut kelam milik Davi. Mengelusnya perlahan dan membuat Davi merasa begitu mengantuk saat Key mengalihkan jemarinya di alis lebat Davi dan mengusapnya dengan begitu lembut. Suatu kebiasaan yang begitu melekat sejak mereka masih di taman kanak-kanak. Ya, Daviant dan Keylani telah saling mengenal semenjak mereka masih berusia dini. Entah darimana awalnya, Davi mulai merasakan perasaan hangat yang berbeda saat dia bersama Key. Mulai asyik memperhatikan bagaimana cara Key tersenyum, cara Key bergerak dan mengedipkan matanya, Davi bahkan selalu merasa gila setiap Key menyebut namanya dengan suaranya yang sehalus beledu. Tapi Key selalu terlihat diam saat Davi mulai menunjukkan ketertarikan lebih padanya, dia menyangkal perasaannya sendiri bahwa ia pun memiliki rasa aman dan hangat saat Davi bersamanya. Key yang rapuh namun tegar itu sadar, bahwa diantara dia dan Davi begitu sulit untuk melafalkan apa yang sering orang sebut cinta. Davi adalah poros dalam tata surya, dia pusat perhatian semua orang dan pemegang kendali atas dunia orang di sekitarnya. Sementara Key hanya seorang perempuan canggung yang kebetulan dekat dengannya sejak usia belia. Maka ketika itu Davi menawarkan sebuah hubungan yang lebih erat, Key hanya mampu terdiam. kesulitan mencerna akal dan pikirannya untuk sesaat. Key bukannya tak tahu bahwa Davi menaruh harapan lebih padanya, tapi pikiran naif nya berkata Davi hanya terbawa suasana. Maka disinilah ia berada sekarang, di balkon flat mungilnya, menghabiskan waktu menangis sendirian di riuhnya pagi di hari Senin. Sekian lama kesakitan itu ia rasakan tatkala matanya dipaksa untuk melihat bagaimana Davi tersenyum bersama sang tunangan, melihat bagaimana dengan lembutnya Davi menatap mata tunangannya. Key hanya dapat memendam tangis dalam hati. Hal inilah yang membuat Key tersiksa tak mengerti, apa yang sebenarnya Davi inginkan saat tadi malam ia datang dan mengatakan cinta itu masih ada untuk Key. Davi bahkan meninggalkan jaketnya sebagai selimut Key setelah semalam ia jatuh tertidur saat asyik mengusap rambut Davi di pangkuannya. Air mata masih mengalir saat Key mendengar dering telepon di atas ranjangnya, bergegas ia mengambil ponselnya. Dan matanya tak bisa tak terbelalak mendapati nama Elena, gadis cantik tunangan Davi disana. Segera ia hapus air matanya dan berdeham sejenak untuk menjernihkan suaranya. “Halo, Elena” Key berusaha menghapus getar suaranya . “ada apa? Apa kau memerlukan suatu bantuan dariku?”. Lanjutnya Elena masih terdiam di seberang sana, Key dapat mendengar helaan nafas berat yang Elena hembuskan. “Apa kau sedang bersama Davi, Key?” Elena bertanya dengan suara tenangnya. “Ia menghilang sejak semalam, pagi ini kami harus melakukan fitting dadakan untuk baju pernikahan kami yang dipercepat”. Key membeku tak mampu membalas. Elena kembali berkata “Tapi kami bahkan tak tahu dimana dia berada sekarang, ponselnya mati dan aku terlalu lelah untuk mencari”. Elena diam menunggu respon Key. “Davi berada bersamaku semalam, tapi saat aku membuka mata dia sudah tak ada di flatku. Aku fikir dia telah pulang ke rumahnya. Sudahkah kau menghubungi aunty Anna?” Key berusaha menekan kekhawatirannya. Kemana Davi pergi, apa yang sebenernya ingin dia lakukan. Key menghela nafas dalam sekali lagi. “Bahkan aunty Anna yang memberitahuku bahwa Davi tak pulang, Key. Pemuda itu benar-benar membuatku gila. Dia bahkan kabur begitu saja semalam saat Om Jack mengenalkan calon istri barunya.” Elena kembali melanjutkan “Baiklah, bila nanti kau ada kabar tentang Davi. Tolong segera hubungi aku, karena aku akan mati muda jika harus mengurus semua t***k bengek pernikahan ini sendiri”. “Baik Elena, kuharap kau mau memaklumi Davi. Dia terbiasa dimanja selama ini, dan keras kepala telah mendarah daging dalam tubuhnya”. Sekilas Key tersenyum mengingat Davi yang selalu ngotot untuk hal apapun yg dia inginkan. “Aku akan menghubungimu segera begitu mendapat kabar darinya, bye” Key menutup panggilan teleponnya saat merasa Elena sudah tak memiliki apapun lagi untuk dibicarakan, Ia termenung sejenak pikirannya menerawang dan bertanya-tanya dimana Davi berada. Memutuskan untuk mengakhiri segala kesenduan di pagi harinya, Key bergegas membersihkan diri dan membuat sarapan sederhana di dapurnya. Hanya sebuah roti bakar, dengan irisan nugget ayam di tengah tengahnya. Key kembali melamun, pikirannya melayang menebak setiap tempat yang kiranya menjadi acuan Davi untuk mengasingkan diri. Tepat jam tujuh pagi, Keylani telah bersiap untuk berangkat bekerja. Menyampirkan kembali parka birunya yang Ia gunakan hampir setiap hari. Terasa miris, Ia bahkan tak memiliki kesempatan membeli baju hangat untuk Ia kenakan di musim hujan ini. Menyusuri lorong sepi di sekitar flatnya, Key menyempatkan diri untuk menyapa Bibi Eva yang tengah menatap jalanan luar bersama Gerald, kucing gemuk yang selalu berada di pangkuannya. “Bibi, Selamat pagi. Apakah tidurmu nyenyak semalam?” Key mengetikan kata tersebut di ponselnya dan tersenyum manis memberi sapaan. Bibi Eva yang melihat kehadiran Key kemudian tersenyum balik dan menuliskan sesuatu di notes kecil yang selalu digantung di lingkaran lehernya bersama sebuah pena bulu yg cantik. “Tidurku nyenyak sekali tadi malam, Sayang. Aku merasa Tuhan begitu baik hingga Ia menjagaku dan membiarkanku terbangun pagi ini” . Tulisan Bibi Eva begitu cantik dan rapih. Key selalu terkagum akan hal itu, bagi Key memandang Bibi Eva setiap paginya akan membuat Ia ikut jatuh cinta dengan semangatnya. Bibi Eva kehilangan pendengaran sejak kecelakaan yang dia alami 3 tahun yang lalu, Kecelakaan yang tak hanya merenggut pendengarannya namun juga kehadiran anak laki-laki satu satunya yang Ia miliki. Bibi Eva hanya menjalani kehidupan berdua dengan sang anak, Namun begitu sang anak telah pergi Bibi memutuskan untuk merawat Gerald. Menyembuhkan luka yang tak pernah sembuh miliknya, dengan berbagi kasih sayang dan rasa kesepian yang Ia miliki dengan sang kucing kesayangan. Key memandang penuh kasih pada Bibi Eva, mengulurkan tangan ke dalam tote-bag putihnya dan mengambil setangkup roti bakar yang Ia sengaja buat lebih pagi ini bersama sebuah botol air jeruk. Mengambil ponselnya dan kembali mengetik, “Bibi Eva, Maafkan aku karena menyela waktumu bersama pemandangan indah yang tengah Bibi nikmati. Hari ini aku membuatkan Bibi Eva yang kusayangi sebuah roti bakar dan sebotol air jeruk. Aku harap Bibi akan menjadi lebih bahagia setelah memakan ini dan meminumnya. Aku harus segera berangkat bekerja, Semoga Bibi Eva memiliki satu hari yang bahagia lagi, hari ini”. Key mengulurkan tangannya meletakan satu buah kotak makan berisi roti dan sebotol jus, diatas meja yang berada di samping bibi Eva. Sang Bibi memandangnya dan memberikan senyum tulus tanda berterimakasih, dia mengulurkan tangan meraih jemari Key dan menggumamkan kalimat yang biasa dia ucapkan pada Key setiap pagi. “Take care, darling” Berjalan tenang, Key menyusuri jalanan sempit setelah Ia keluar dari lingkungan flatnya. Semakin dekat dengan jalan besar, Semilir angin halus yang Ia rasakan tadi pagi sepertinya terasa semakin mengencang. Menerbangkan rambut panjangnya yang lupa Ia ikat pagi ini. Sibuk membenahi rambutnya, Key tak sadar bahwa Ia hampir menabrak bahu seseorang dan membuatnya hampir terjungkal karena kaget. Key sontak meminta maaf dan menundukkan kepalanya dalam dalam, Namun kembali Ia tegakkan kepalanya saat Ia merasa mengenali sepasang sepatu di depannya. “Davi?, Why are you here?” Key melebarkan matanya kaget. Pria yang dicari Elena pagi ini, telah muncul di hadapannya setelah semalam membuat hati Key serasa runtuh. Davi tersenyum tipis “Kenapa begitu terkaget, aku disini untuk menjemputmu” ujar Davi. Key mengerutkan alisnya “Dav, Kenapa kau berada disini, disaat Elena dan keluargamu kalang kabut mencari keberadaanmu?” Key membenarkan helai rambut Davi yang berantakan tertiup angina, “Kemana kau pergi semalam setelah meninggalkan flatku? Apa kau kembali ke tempat itu?” Key menurunkan tangannya kembali. Davi termenung, menatap Key dengan pandangan teduh tapi terlihat sinar lelah disana. Di detik berikutnya, Davi tundukkan kepalanya dan dengan pelan memberi sebuah kecupan lembut di pipi halus milik Key. Key, terkejut. Sangat. Ia membeku dan hanya mampu menatap leher Davi yang sejajar matanya dalam diam. Davi mengangkat dagu Key, berbalik membenarkan helaian rambut halus milik Key yang juga tersapu hembusan angin. Kembali melayangkan kecupan halus diatas rambutnya,Key merasa jantungnya akan terlepas karena berdetak terlalu keras. Ia tak bisa berpikir sedikitpun, kehilangan segala kosa kata yang Ia punya. Wajahnya memerah, namun matanya terasa memanas karena ingin menangis. Key tak sanggup berdiri tegak saat Davi menariknya ke dalam pelukannya yang hangat, hati dan jiwa Key serasa runtuh dan luluh begitu saja. Memaksanya mengikuti hati kecilnya, meskipun akal dan pikirannya berteriak kalau Davi telah menjadi milik orang lain. Deg. Key tersentak, kenyataan itu seperti pukulan telak yang menyadarkannya. Perlahan, Ia menjauhkan diri dari dekapan erat milik Davi. Memandang mata Davi penuh kelembutan, “Davi, temuilah keluargamu yang begitu mengkhawatirkanmu sejak semalam. Aunty Anna begitu menyayangi putra tampannya ini,” Key mengelus pelipis Davi, berusaha menenangkan hati Davi yang gundah. Davi hanya diam dan memandang Key seperti merasa takut kalau saja Ia tak bisa melihat gadis itu kembali. Key menarik Davi, dan memberhentikan sebuah taksi untuknya. Memberikan senyuman manis dan remasan tangan terakhir untuk Pria yang Ia cintai dalam diam. Menyebutkan alamat rumah Davi pada sang supir dan memintanya untuk mengantar Davi secepat mungkin. Davi hanya diam, memanfaatkan tiap detiknya untuk menghafal segala ekspresi di wajah Key dalam benaknya. Kekecewaan sejatinya Ia rasakan karena penolakan yang Key berikan, tapi bukan keinginan Davi saat rasa ingin memiliki itu semakin membesar seiring sikap lembut yang Key tunjukkan padanya. Davi tak ingin Key menjauh, Davi tak ingin Key hilang dari hidup dan cintanya, Davi tak ingin berdiri sendirian tanpa Key. Ia tak sanggup, dan tak mungkin sanggup. Memandang taksi yang membawa Davi menjauh, Key merasa selongsong hatinya hampa. menundukkan kepala, Ia melangkahkan kaki kembali ke flatnya memutuskan untuk tidak bekerja hari ini. Key memilih pulang, meredakan rasa mengigil yang tiba tiba Ia rasakan. Begitu Ia tiba dalam flatnya, Key segera merebahkan tubuhnya diatas kasur memandang langit langit kamarnya, Ia bergumam dalam hati. Tuhan, aku merasa sakit. Aku merindukan Ayah dan Ibu. Memejamkan mata Keylani bermimpi, Ia kembali ke desa kecilnya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
188.3K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
92.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook