Bab 1
"Kurang apa aku sama kamu selama ini, Mas?" Tanya Riana saat dia melihat sang Suami tengah mencium mesra seorang perempuan disebuah restoran yang sudah didekorasi untuk pesta ulang tahun Suaminya.
Rendi kini hanya bisa mematung di tempat, perempuan yang berdiri disampingnya juga ikut diam, menatap ke arah Riana yang kini juga tengah menatap mereka dengan mata yang berkaca-kaca.
"Aku dan Byan menunggumu dirumah untuk sama-sama merayakan hari ulang tahunmu, kami menyiapkan semuanya dari pagi sampai malam, tapi kamu malah asik disini bersama wanita lain." Riana tak mampu berkata-kata lagi, air mata yang sejak tadi ia tahan akhirnya luruh begitu saja membasahi pipi.
"Apa kesetiaanku selama ini masih kurang? Apa kamu masih kurang puas dengan pelayananku dirumah?"
"Aku bahkan tidak pernah makan duluan sebelum kamu makan, aku juga belum bisa tidur sebelum kamu pulang, aku juga tidak pernah menelantarkan kamu dan anak kita, jadi dimana kurangku sebagai seorang Istri, Mas?" Teriak Riana dengan d**a yang penuhi rasa sesak.
"Kamu tidak bisa memanjakan matanya ketika dia pulang kerja, kamu selalu berpakaian lusuh dan bau dapur, dan lagi coba lihat badanmu sekarang, badan kamu bahkan sudah seperti gentong air!!! Jadi, jangan salahkan dia jika dia mencari wanita lain yang lebih cantik dan seksi. Percuma saja kamu terus menunjukan keahlianmu dalam mengurus Suami dan anak kalau penampilanmu seperti itu." seorang wanita berparas cantik dan seksi yang bernama Jihan itu maju dan membuat Riana sedikit ciut.
"Lihatlah penampilanmu dari atas sampai bawah? Apa ada yang bisa membuat Suamimu betah dirumah?" Jihan menyeret Riana menghadap sebuah cermin. Jihan membandingkan tubuhnya dengan tubuh Riana.
Riana dengan cepat menoleh kearah Rendi yang masih mematung menatap mereka berdua.
"Apa benar kamu menjadi seperti ini karena penampilanku Mas?" Riana menatap lekat Rendi dengan mata yang masih basah.
"Apa karena aku gemuk, kamu bahkan tidak pernah menyentuhku selama sebulan ini? Atau hanya untuk sekedar mengajakku jalan-jalan bersama Byan?" Riana bertanya dengan raut wajah penuh harap jika Rendi tidak akan mengiyakan pertanyaannya.
"Jawab Mas!!!" Riana kini mulai meninggikan suaranya.
"Iya.. !! Aku malas melihat penampilanmu, lihat tubuhmu sekarang? Baru anak satu saja tubuhmu sudah melar seperti itu. Coba kamu lihat Jihan! Meskipun dia sudah memiliki dua anak dia masih pandai merawat tubuhnya dan masih terlihat cantik dan seksi. Jadi, jangan salah aku jika aku berpaling darimu dan berpindah hati padanya." jawaban yang di lontarkan Rendi membuat dunia Riana seakan runtuh seketika.
Jika orang lain yang mengatakan hal tersebut dia masih bisa menahannya, namun saat orang yang paling dia sayangi mengucapkan kalimat itu, membuat Riana seolah kehilangan pijakannya.
"Aku pikir kamu berbeda dari pria lain, Mas. Aku pikir kamu tidak akan mempersalahkan fisikku selama aku mengabdikan diri dan merawatmu dengan baik." ucap Riana diiringi isak tangis.
"Aku tidak suka berdebat didepan umum, pulanglah, kita selesaikan ini dirumah." Jawab Rendi dengan meninggikan suaranya.
Riana sudah tidak bisa berkata-kata lagi, ia akan segera menurut jika sang Suami sudah meninggikan suaranya.
Ia bergegas keluar dari restoran tersebut lalu membanting pintu mobil dengan keras.
"Jalan Pak" ucap Riana tanpa melirik kaca spion depan.
Air mata Riana terus mengalir disepanjang perjalanan, ia teringat gelagat aneh Rendi akhir-akhir ini yang menunjukan adanya sebuah perselingkuhan.
Namun, ia tetap berusaha berprasangka baik terhadap Suaminya dan menepis semua pikiran itu jauh-jauh.
Bahkan orang-orang disekitarnya kerap memperingatkan Riana jika Suaminya ada main dengan wanita lain, namun ia sama sekali tidak meperdulikan hal tersebut jika belum melihatnya secara langsung.
Dan sekarang, semua itu terbukti didepan mata.
"Maaf Pak, dia ... " ucap sipengemudi pada pria disampingnya.
"Sudah tidak apa-apa, jalan saja"
"Baik Pak"
Karena pikiran Riana yang kalut, membuatnya salah menaiki mobil yang ia kira adalah sebuah taksi yang sedang mangkal, hingga akhirnya mobil yang di tumpangi berhenti ditengah jalan.
"Stop..!!" Ucap pria disamping supir tadi.
"Turunlah, aku benci mendengar suara tangismu yang membuat sakit kuping."
Riana kini hanya bisa termangu saat mendengar bentakan pria didepannya itu, yang meminta dirinya untuk turun.
Melihat Riana yang masih mematung membuat pria tadi terpaksa turun dari mobilnya, membuka pintu belakang dan menarik tubuh Riana dari sana.
"Tadinya aku akan mengatarmu sampai rumah, tapi saat mendengar tangisanmu, aku benar-benar tidak tahan, dan dengan terpaksa aku akan menurunkanmu disini." pria tersebut menghempas kasar tubuh Riana hingga sedikit terhuyung.
Riana kini masih termangu mencoba untuk mencerna keadaan.
"Wanita itu memang menyebalkan, bisanya menyusahkan saja." pria tadi hanya bisa menggerutu lalu meminta supirnya untuk melanjutkan perjalanan.
Setelah mobil tadi berlalu Riana kembali melanjukan perjalanannya dengan berjalan kaki, ingatan saat Suaminya bermesraan dengan wanita lain kembali terlintas dibenak Riana, ia bahkan sudah lupa kapan terakhir kali dirinya bermesraan dengan Rendi.
Rupanya penolakan yang diberikan Rendi selama ini bukan semata-mata karena lelah, namun karena dirinya sudah muak dengan penampilannya yang sekarang.
***
Setibanya dihalaman rumah, mobil Rendi masih belum terparkir disana, sedangkan Byan ia titipkan dirumah Ibu mertuanya ketika dirinya hendak berangkat ke restoran.
Riana menyeret langkahnya memasuki kamar, menatap pantulan tubuhnya dalam sebuah cermin besar ditengah-tengah lemari pakaian.
Menatap setiap lekuk tubuh dan wajahnya yang selama ini jarang sekali ia perhatikan karena selalu disibukan dengan perkerjaan rumah dan mengurus anak.
Ia bahkan tidak memiliki waktu hanya untuk sekedar berolah raga, baginya kebutuhan keluarganyalah yang paling penting, membuatnya selalu fokus mengurus rumah, Suami dan Anaknya, sampai dirinya lupa mengurus diri sendiri.
Beberapa saat kemudian terdengar suara pintu kamar yang terbuka, Rendi melangkah begitu saja memasuki kamar tanpa sepatah katapun, ia lebih memilih meraih handuk dan segera masuk ke kamar mandi.
Sementara Riana kini masih fokus menatap pantulan tubuhnya dalam cermin dan melirik aktivitas Rendi yang juga terlihat dalam pantulan cermin.
"Aku akan merubah penampilanku menjadi cantik dan seksi lalu membuatmu kembali bertekuk lutut dihadapanku." perkataan Riana berhasil membuat Rendi menghentikan langkahnya yang hendak keluar kamar.
"Cih ... Tidak usah bermimpi!!!" Jawab Rendi dengan sedikit berdecih.
"Dalam waktu enam bulan aku akan menjadi lebih cantik dan seksi dari selingkuhanmu itu." ucap Riana sambil mengepalkan kedua tangannya.
"Mustahil!!" Rendi menarik sudut bibirnya lalu menatap tubuh Riana dari atas sampai bawah yang sudah nampak seperti gentong air.
"Lihat saja nanti, aku akan membuktikan tekadku dan membuatmu kembali jatuh cinta padaku, dan selama aku memperbaiki tubuhku aku juga akan memproses perceraian kita."
"Terserah kamu saja!" Rendi tetap berlalu meninggalkan kamar itu, kamar tempat mereka memadu kasih selama lima tahun lamanya dan akan segera berkahir selama beberapa bulan lagi.
"Lihat saja nanti, kamu akan menyesal setelah melihat perubahanku." tangan Riana kembali terkepal erat.
Menjatuhkan diri diatas ranjang yang kini terasa lebih luas dan segera terlelap disana.
*****
*****