bc

Kenangan, Puisi, dan Kamu

book_age12+
69
FOLLOW
1K
READ
forced
friends to lovers
goodgirl
sensitive
drama
tragedy
comedy
sweet
highschool
school
like
intro-logo
Blurb

Ardio Faster, remaja 17 tahun yang sudah menggeluti dunia puisi. Blog Ardio sangat terkenal dan digemari oleh banyak orang. Di balik semua tulisan indahnya itu, Ardio punya trauma masa lalu yang sangat dalam, membuat sifat Ardio yang supel kini jadi pendiam.

Sampai akhirnya, seorang gadis yang tidak lain adalah penggemar puisi Ardio masuk ke dalam kehidupannya. Dari semua pengalaman yang dialami Ardio dengan gadis itu, Ardio kembali dalam kelam trauma masa lalunya, mengingat semua hal yang tidak ingin dia ingat.

Namun berkat gadis itu pulalah, Ardio jadi bisa membuat trauma masa lalunya sebagai pelajaran berharga dalam hidupnya. Bahwa hidup tentang menerima dan mengikhlaskan, bukan lari dari masalah itu sampai membuatmu gila karenanya.

chap-preview
Free preview
Bab 1
Jika tidak suka dengan karya saya silahkan di-skip, jangan malah meninggalkan jejak (komentar) buruk, tolong hargai saya sebagai penulis, karena memikirkan cerita ini tidak semudah menutup mata saat kau sudah lelah. Terima kasih atas perhatiannya. Ps : Author Lorong sekolah tampak sepi karena semua murid sudah kembali ke rumah mereka masing-masing. Lorong dengan lebar 2 meter itu tidak menyisakan bunyi apa-apa lagi, semisalnya bunyi hentakan sepatu murid-murid dan guru, dan bunyi-bunyi lain yang cukup meresahkan? Seorang gadis berlari dengan nafas tersengal ke arah sebuah ruangan yang tertuliskan kelas 11 IPS 2. Geraian rambut panjangnya di terpa angin yang muncul dari balik kaca di lantai 2. Seorang laki-laki keluar dari ruangan kelas 11 IPS 2 sambil menyandang tas di pundak. "Ardio," panggil gadis yang sejak tadi berlari itu dengan nada pelan, ragu-ragu pada laki-laki yang berjalan santai di depannya. "Ya?" "Ardio! aku menyukaimu!" To the point, tanpa basa-basi, menyarakan sesuatu yang mengejutkan? Langkah laki-laki itu langsung terhenti, dia menoleh ke arah sumber suara dengan ekspresi kaget. "Maaf... bisa ulangi lagi ucapan lo?" tanya laki-laki yang dipanggil Ardio itu. Gadis itu mengangguk, mengatur nafasnya "Ardio Faster, aku Zyantia Verila mencintaimu!" seru gadis bernama Zyantia yang lebih akrab disapa 'Zen' itu sekali lagi dengan menambahkan namanya. Ardio itu menatap sinis Zen, "Maaf... Gue gak kenal sama lo. Bye," ujar Ardio sambil membalikkan tubuhnya dan kembali melanjutkan perjalanannya. Zyantia Verila, cewek tercantik dan terpintar se-SMA Darma Nasional ini malah ditolak mentah-mentah oleh seorang laki-laki yang bahkan sama sekali gak terkenal, udah syukur ada satu dua orang yang kenal sama tuh cowok. Jelas sudah Zen mendesis sebal, untung saja tidak ada murid-murid yang berjalan di lorong itu. Kalau ada mau dikemanain tuh wajah cantiknya Zen. "Hei Ardio! Hari ini kamu boleh mengacuhkanku! Liat saja besok! Aku akan membuatmu tidak bisa berkutik di depanku!" sorak Zen dengan lantang. Penuh percaya diri. Ardio tidak menghiraukan ancaman Zen, dia terus melanjutkan langkahnya tanpa menoleh kebelakang sedikitpun. *** Minggu lalu Zen baru saja keluar dari rumah sakit. Karena dia harus terapi di rumah sakit, kesehatan Zen belakangan ini kembali menurun. "Hmm... dia belum post lagi nih," gumam Zen sambil menghempaskan tubuhnya ke ranjang. "Waduh besok sama buk Indah! aku belum selesai bikin PR Akuntansi Keuangan, entar disuruh berdiri di lorong lagi!" sorak Zen sambil segera turun dari ranjang dan duduk di depan meja belajarnya. Buku-buku tebal yang ada di atas meja mulai disingkirkan oleh Zen satu persatu, dia mengambil sebuah buku catatan isi 40 dan mulai mengayunkan pulpennya di atas buku itu, sambil sekali-sekali meletakkan penggaris bercorak batiknya di atas buku, membuat tabel. 30 menit sudah berlalu, Zen menutup cepat bukunya sambil kembali ke ranjang dan menatap layar laptopnya. "Yes! dia sudah posting puisi baru," gumam Zen kegirangan. Kedua sudut bibir Zen terangkat, dia tersenyum membaca tulisan yang ada di layar laptopnya itu. 6 Juni Kucing di jalan yang aku temui tadi, berbulu hitam, seperti rambutmu yang hitam legam. Apalagi saat tersapu angin, Aduhai... aku ingin membelainya. Ah maaf... Aku tau, belum saatnya Hahaha Jika kamu adalah jodohku Tolong... biarkan aku yang menjemputmu Sampai saatnya tiba nanti... Di sini, di hari yang telah ditakdirkan untuk kita saling tau... Bahwa yang berdiri di depanmu saat ini adalah aku, jodohmu Dan yang duduk di hadapanku saat ini adalah jodohku, yaitu kamu. Jika kamu bukan jodohku? Tidak masalah. Puisi ini bisa untuk yang lain, jodohku yang sebenarnya. Zen terkekeh pelan membaca kalimat akhir dari puisi yang baru saja dia baca. Ini yang membuat Zen selalu suka membuka laptop setiap pulang sekolah. Hanya untuk menunggu pemilik blog yang berisi konten puisi ini mulai menuliskan puisinya yang penuh makna, walau kadang memaksa, tapi selalu mampu membuat pembacanya tertawa di akhir kalimat, atau kadang-kadang menangis. Zen melanjutkan pencariannya, untuk menemukan siapa sebenarnya pemilik blog yang sangat dia sukai itu. Zen ingin bertemu dengan penulisnya, menyampaikan betapa kagumnya dia atas puisi-puisi indah yang ada di blog @pecintasajak. "Zen!" panggil Andin, teman sebangku Zen. Zen menoleh. Menatap heran Andin. "Ya Ndin? Ada apa?" "Kamu kenapa sih senyum-senyum dari tadi? Kesambet ya?" tanya Andin yang baru saja kembali dari kantin. "Puisi." "Hah? Puisi? Oh tugas bahasa Indonesia minggu kemarin? Iya sih kamu enggak masuk, memangnya kenapa?" tanya Andin, bingung. Zen tersentak kaget, terpikirkan suatu ide, walau peluang berhasilnya hanya 33,34% Andin kembali bertanya, Zen hanya menjawab dengan senyum tipis, kembali memperhatikan taman belakang sekolah dari balik kaca jendela kelasnya. Tersenyum lagi. Andin teman sebangku Zen hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak tau lagi harus bagaimana membuat teman sebangkunya itu kembali waras, masa senyum-senyum sendiri melihat taman di belakang sekolah yang tidak ada bagus-bagusnya itu? 'Kesambet kali!' bathin Andin. Tepat saat bel masuk berbunyi, Zen langsung berdiri dari kursinya. Andin tersontak kaget. "Ada apa Zen? Yang tadi itu bel masuk, bukan bel istirahat, kita sudah istirahat dari 30 menit yang lalu." Andin menjelaskan, bertanya-tanya dengan tingkah Zen hari ini. Zen tertawa kecil. "Titip absen ya Ndin! Aku mau cari sesuatu!" Zen langsung berlari meninggalkan kelas, tidak peduli bahwa gurunya sebentar lagi akan masuk kelas. "Zen! Mana bisa titip--" Sebelum Andin menyelesaikan kalimatnya, punggung Zen sudah menghilang dari balik pintu kelas. Andin menghela nafas. Pasrah. Zen melangkah dengan santai ke ruang guru, tidak peduli bahwa sekarang sudah masuk jam pelajaran. Hati Zen berbunga-bunga karena ingin segera tahu siapa penulis puisi yang disukainya selama ini. Saat mendengar dari Andin bahwa minggu kemarin ada tugas bikin puisi dari mata pelajarannya buk Nisa, guru Bahasa Indonesia. Zen jadi senang, karena mana tau dia bisa menemukan tulisan yang sama dengan puisi yang dibacanya selama ini, bisa jadi Zen menemukan penyair favoritnya dengan mengandalkan tugas puisi dari buk Nisa. Walau kemungkinannya hanya 33,34% karena bisa jadi penyair di blog @pecintasajak adalah anak kelas 1 atau anak kelas 3. Sedangkan yang ada tugas puisi hanya anak kelas 2. “Permisi Buk,” sapa Zen ramah-tamah pada buk Nisa yang sedang sibuk dengan laptopnya. Buk Nisa tersenyum tipis. “Ada apa Zen? Kamu sudah baikan?” tanya buk Nisa. Zen mengangguk. “Kamu tidak masuk kelas? Ini sudah jam pelajaran loh,” sambung buk Nisa. “Zen ada perlu sama Ibuk. Hehe.” Zen tertawa kecil, malu-malu mau mengatakan tujuannya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Crazy In Love "As Told By Nino"

read
279.5K
bc

Partner in Bed 21+ (Indonesia)

read
2.0M
bc

Married By Accident

read
224.1K
bc

Dua Cincin CEO

read
231.3K
bc

Perfect Honeymoon (Indonesia)

read
29.6M
bc

Hurt

read
1.1M
bc

My One And Only

read
2.2M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook