bc

REMORSE

book_age12+
186
FOLLOW
1K
READ
drama
comedy
sweet
bxg
humorous
friendship
affair
colleagues to lovers
like
intro-logo
Blurb

Dhean dan Naya sepasang kekasih muda yang masih berkuliah, hubungan mereka terbilang masih dini. Hubungan ini baru berjalan kurang lebih dua tahun. Berorganisasi dan bersosialisasi adalah hal yang penting bagi Naya untuk dilakukan saat ini. Hingga dia tidak menyadari bahwa ada seseorang yang tersia-siakan akibat hal ini, kekasihnya. Mencoba menghargai dan memahami Naya yang masih sibuk dengan dunianya sendiri membuat rasa bosan dan kesepian itu muncul dan dirasakan Dhean. Perasaan manusiawi yang muncul pada manusia.

Saat rasa bosan itu melanda seseorang hadir dalam kehidupannya. Pilihan itu selalu ada, keputusan berada tepat ditangannya sendiri. Memutuskan untuk membuat Naya menyisihkan sedikit waktu untuknya atau menghapuskan kebosanannya dengan kegiatan yang baru. Rasa bosan ini dapat diatasi dengan berbagai cara, setiap cara yang diambil Dhean tentunya akan memiliki dampak pada hubungannya dengan Naya. Apakah hubungan mereka kembali menyenangkan ataukah hubungan mereka semakin membosankan? Mampukah Dhean mengambil keputusan yang paling tepat untuk hubungannya dengan Naya?

chap-preview
Free preview
01
----- Author PoV ----- /Kampus/ Jam sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB yang artinya perkuliahan itu akan segera berakhir. Dengan semangat dia keluar dari kelas Bersama dengan 3 temannya yang juga bersiap keluar dari kelas. “Jadi ke warkop depan ‘kan?” tanya Vidi pada teman se – tongkrongan – nya. “Ya jadi la” sahut salah satu dari mereka. Seperti mahasiswa yang masih agak jauh dari semester akhir mereka masih santai saja keluar kelas sembari bersenda gurau. Mereka berempat sudah berteman sejak masih ospek dan entah bagaimana caranya mereka akhirnya memutuskan untuk tetap menjadi teman sekelas hingga akhir cerita perkuliahan mereka. Berbeda dengan ketiga temannya yang lain, hanya Dhean lah yang memiliki pacar. Sedangkan yang lain, bersenang-senang tanpa status yang jelas, menjalin hubungan dengan satu gadis saja akan sangat sulit bagi mereka saat ini. “Duduk disini aja lah” ucap Dikki dan langsung duduk di kursi tengah ruangan, tentunya setelah memesan 5 gelas kopi panas pada mas-mas yang sedang berjaga di counter. Klunting. Suara ponsel Dhean membuatnya yang sedang berbicara terhenti sebentar lalu kembali melanjutkan kegiatannya. “Siapa tuh?” tanya Raffi pada Dhean yang terlihat menghela nafas pendek setelah melihat pemberitahuan pesan baru di hadphonenya. “Hah? Cewek gue” balasnya singkat. “Lah kok lo cuekin sih? Sini lah kasih ke gue aja” Canda Raffi pada temannya itu. Senyum tipis Dhean lontarkan untuk membalas ucapan asal Raffi padanya. Obrolan kosong tanpa arah masih terus berlanjut sampe akhirnya obrolan mereka menjurus pada pembahasan proyek kelompok mereka. Satu persatu dari mereka mulai mengeluarkan masing-masing laptopnya dan mulai bekerja. “Kerja lo, mainan hape mulu nih bocah.” Ucap Vidi pada Dikki yang sedang asyik men scroll akun sosial medianya yang menampilkan gadis-gadis cantik disana dengan berbagai macam pose dan caption. f**k boy satu ini memang tidak bisa diragukan lagi sepak terjangnya sejauh ini. Selalu ada gebetan di setiap fakultas yang ada di kampus mereka, minimal mantan gebetan lah atau sekedar kenal juga ada, banyak sekali. “Iye iye ini nih mau kerja gue.” Balasnya sembari mematikan ponselnya dan mulai membuka laptop yang sedari tadi terdiam di dalam tasnya. “Nah, cakep.” Balas Vidi menyemangati Dikki yang terlihat enggan. Malam masih panjang dan mereka masih ada disana saat jam sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB. Mereka sudah makan malam, tentunya. Warkop itu memiliki pelayanan yang lengkap sehingga mereka bisa melakukan banyak hal disana. Mengerjakan tugas dan mendiskusikan proyek kelompok adalah judul menongkrong hari ini, oleh karenanya tidak mengherankan jika masing-masing dari mereka kini masih sibuk berkutat dengan laptopnya untuk mengerjakan bagiannya demi mensukseskan pekerjaan mereka. “Capek banget gila!” “Udah selesai lo?” “Gila kali, belom lah” “Balik dulu aja deh, besok lanjut lagi. Buntu nih” Ucap Vidi yang diamini ketiga temannya yang lain. Jam menunjukkan pukul 22.30 WIB saat mereka memutuskan untuk meninggalkan warung kopi tempat dimana menjadi saksi bisu perjuangan mereka menuntaskan proyek kelompok untuk kelas mereka meskipun nyatanya proyek ini belum selesai, setidaknya ada progress. Walau sedikit. “Ki, lo jadi nebeng gue kagak?” Tanya Dhean pada temannya. “Ya iya la, ya kali gue jalan kaki.” Sahut Dikki yang bersiap mengangkut tasnya yang tergeletak dilantai warkop yang dingin tanpa alas, kasihan sekali benda itu. “Buruan.” “Iye.” Semua orang sudah berada diatas kendaraannya masing-masing dan mereka bersiap untuk kembali ke kendang mereka. Dhean dan Dikki berada dimotor yang sama, mereka bernyanyi sepanjang jalanan, sudah seperti cabe – cabean. Dhean mengantarkan Dikki ke kosannya yang berada tidak jauh dari kosnya sendiri. Kadang Dikki membawa motornya sendiri, tapi hari ini Dikki lagi manja dan dia tadi pagi entah berangkat dengan cara apa intinya dia tidak membawa motor dan hanya membawa helm saja. Aneh sekali anak ini. “Thank’s Dhean – ku sayang – ku” Ucapnya seraya turun dari motor Dhean dengan manis yang sungguh menjijikkan sekali untuk dilihat. Mohon untuk tidak dibayangkan. “EUH. Apaan si.” “Hahahaha. Ati – ati lo. Langsung tidur ya.” Lanjut Dikki pada Dhean yang sudah berlalu. Setelah Dhean mengantarkan Dikki dengan selamat dia membuka pagar kosan dan memasukkan motornya ke dalam. Mencopot sepatunya tepat di depan pintu kos dan bersiap menuju kamar untuk tidur dengan nyaman karena sungguh sudah tidak ada pekerjaan yang harus dikerjakan. Nongkrong dengan teman-temannya adalah hal membuatnya lelah namun dia tidak bisa tidak ikut hadir karena dia suka. Oleh karena itu dia sekarang merasa lelah dan harus segera tidur untuk mengisi daya pada tubuhnya. Oh iya, perkenalkan, dia adalah Dhean Al-Faruq, mahasiswa hubungan internasional semester 5 di sebuah kampus yang tidak terlalu ternama disalah satu kota besar di Indonesia. Dhean, sapaannya. Setelah selesai urusannya di warkop dia memutuskan untuk kembali ke kamar kosnya, membersihkan diri dan melanjutkan kegiatannya untuk tidur karena besok ada kelas pagi yang harus dihadirinya. Sebelum tidur, Dhean menyempatkan membuka kembali ponsel. Sekedar memeriksa apakah ada hal yang penting yang perlu untuk diketahui, dan menurutnya saat itu tidak ada yang perlu untuk dilakukan dengan ponselnya selain meletakkan benda itu dan mulai mencolokkan pada pengisi daya hingga pagi menjelang. /-/ “Yan!” Ada suara yang berteriak memanggil namanya. Dhean menoleh dan menemukan seseorang yang kemarin namanya muncul pada pemberitahuan di ponselnya menunjukkan sebuah pesan baru untuknya yang sampai saat ini masih diabaikannya, hingga saat ini saat dia melihat sosok itu. “Eh Nay, apa?” sahutnya sembari menghampiri sosok itu, gadisnya. “Chat gue kemarin gak masuk apa ya?” dengan wajah kesal dia menanyakan pada kekasihnya akan kejelasan pesannya kemarin. “Hehe, masuk kok sayang aku. Maaf ya aku kemarin ngerjain tugas sama anak – anak setan terus langsung tidur pas sampe kos. Capek banget. Maaf ya Cinta.” Balasnya sembari mencubit pipi gadisnya dengan lembut dan sayang. “Ih, nyebelin. Aku nungguin tau. Tapi ya udah lah nggak apa – apa yang penting sekarang masih idup kamunya.” “Yaaa yang kamu marah ya, maaf ih beneran. Nanti siang kita makan bareng aja yuk. Udah lama kita gak makan siang bareng.” “Nanti? Hmm Yan, maaf aku nanti ada rapat sama himpunan sampe sore.” “Hmm iya deh, nanti aku makan sama anak – anak setan aja deh. Kamu jangan lupa makan ya sayang aku” Dengan gemas lelaki itu mengusap pucuk kepala kekasihnya yang hari ini tampak sangat fresh. “Iya. Maaf ya Yan. Gak marah kan cinta aku yang paling ganteng semana – mana?” ucapnya menggoda Dhean untuk memaafkan dirinya lagi kali ini. “Iya iya. Udah sana masuk kelas nanti telat. Kamu ngapain sih parkir di parkiran fakultas aku?” “Pake nanya. Kan fakultas aku gak punya parkiran. Gedung doang gede parkiran kaga ada hahaha” “Hahaha. Bye sayang. Semangat kuliahnya.” “Iya bye kamu juga ya. Sayang kamu.” Ucap Naya sembari berlalu meninggalkan Dhean yang menatapnya. Helaan nafas keluar dari Dhean yang lagi dan lagi harus merelakan Naya menolak ajakannya untuk menghadiri acara berbagai organisasi yang diikutinya. Naya super sibuk. Kuliah, organisasi, belajar dan tentunya istirahat. Hampir tidak ada waktu untuk Dhean. Dhean selalu mencoba memakluminya karena dia tau Naya selalu berusaha menyisihkan waktunya untuk Dhean dan Dhean menghargai hal itu, setidaknya hingga saat ini. Sesaat diam disana memandangi Naya yang berlalu pergi ke dalam fakultasnya dan menghilang, Dhean pun melakukan hal yang sama. Gadis itu, Naya. Kinaya Andriana, gadisnya. Mahasiswi semester 3 jurusan manajemen bisnis yang gedung fakultasnya berada tepat disamping gedung fakultas Dhean. Gadis ini sangat cantik dan kecil. Dia bertubuh kecil, jauh lebih kecil dari Dhean dengan beberapa bagian yang menonjol tepat di tempatnya. Dia pintar, cerdas dan ceria. Banyak sekali orang yang menyukainya karena dia menyenangkan sekali. Sangat menarik. Bisa melakukan segala hal, sempurna. Hanya saja wajah dan intonasi suaranya sering kali membuat orang yang baru mengenalnya merasa enggan untuk mengenalnya lebih jauh. Tapi tetap saja ia gadis yang manis dan tegas. Sangat indah. Kekasihnya. Dhean menyayanginya, sangat menyayanginya. Naya sangat sibuk belakangan ini. Mereka tidak memiliki banyak waktu untuk dihabiskan berdua karena kesibukan Naya. Tapi apa yang bisa dilakukan Dhean selain mendukungnya? Dhean tidak mau menghambat perkembangan yang dilakukan Naya setengah mati itu. Susah sekali baginya untuk memasukkan dirinya ke dalam kumpulan manusia. Dia sulit mengingat nama orang lain dan hal ini sungguh mengganggunya. Dhean sudah sampai di kelas saat tiba-tiba ada suara yang mengagetkannya. “He! Kok lo baru sampe sih Yan” Sapa Vidi yang sudah sejak lama menunggu temannya itu. “Lo aja kepagian b**o, malah nyalahin gue lagi lo” “Udah buruan sini tugas lo mana kumpulin ke gue” Ucap Vidi yang sedang menata tugas milik teman-temannya yang harus disetorkan pada dosen mereka. “Nih, awas rusak” Ucap Dhean seraya menyerahkan tugasnya pada Vidi yang berada di depannya dengan baik-baik tentu saja. “Bacot dajjal” Sahut Vidi sambil menarik kasar tugas miliki Dhean yang membuat Dhean tertawa terbahak karena temannya itu selalu penuh emosi. “Mana anak setan yang lain?” Tanya Dhean setelah melihat sekeliling kelasnya dan tidak menemukan temannya yang lain. “Mana gue tau, lo pikit gue mboknya apa?!” Lagi dan lagi Vidi melakukannya dengan tetap menata tugas milik teman sekelas mereka yang baru datang. “Yeu, sensi amat”. Ucap Dhean membalas sikap ketus Vidi padanya. “Heh! Gembel” Sapa Raffi yang baru datang pada Dhean dan Vidi yang sudah berdamai dan tidak saling melempar hinaan kasar. “Gembal gembel, sini tugas lo.” Todong Vidi pada Raffi yang bahkan belum menjatuhkan pantatnya di kursi. “Bentar ngapa, duduk dulu gue” “Iye buruan” “Anjir bentar ngapa. p****t gue nih capek.” “Idih paan lama amat ini bocah. Ngondoy lo hah? Ngondoy p****t lo?” Ucap Vidi membalas perkataan Raffi yang saat ini sedang mengeluarkan tugasnya dari dalam tasnya. “Nih nih nih makan nih makan” Raffi menyerahkan tugasnya dengan cara mendorongkan kertas tidak bersalah itu pada bahu Vidi yang tentunya membuat Vidi semakin naik pitam tanpa ada yang tau apa yang telah terjadi sebelumnya sampai dia yang memang mudah kesal ini menjadi sangat kesal pagi ini. “DIH! GUE BAKAR LO YA!” Sontak saja seisi kelas langsung menertawakan Vidi sang ketua kelas yang terlihat sedang sangat kesal entah karena apa. “KETAWA LO KETAWA HAH? GUE BAKAR YA TUGAS KALIAN!” Bukannya mereka diam malah semakin keras tawa mereka pada Vidi yang kini ikut tertawa bersama mereka, tidak jelas memang. Dosen memasuki kelas diikuti Vidi yang menyerahkan tugas semua anak kelas, lalu kelas pun dimulai dengan damai. Saking damainya tidak satu pertanyaan pun yang terlontar dari mahasiswa di kelas ini pada sang dosen yang sudah siap menjawab setiap pertanyaan yang mungkin akan diterimanya, entah sudah sangat paham atau benar-benar tidak tau apa yang sedang dosen ini bicarakan sedari tadi. Hanya hati nurani para mahasiswa ini yang tahu. Berbeda dengan kelas Dhean yang sedang berlangsung. Naya sedang bersenda gurau dengan teman sekelasnya karena ternyata sang dosen berhalangan hadir hari ini dengan tiba-tiba. Pemberitahuan 30 menit sebelum kelas dimulai. Karena masih pagi dan mereka semua masih kenyang, Naya dan teman-temannya hanya bersantai di kelas sembari menunggu waktu makan siang. “Si Naya mah enak punya pacar se kampus, serukan Nay?” tanya Aca pada Naya ditengah obrolan mereka. “Biasa aja anjir, orang kemana-mana gue juga sama elo” “Hmm iya sih sebenernya” “Noh, Si Arman noh pacaran sekelas noh enak kemana-mana berdua, ngerjain tugas juga berdua. Elo iri ama gue, salah sasaran anjrot” “Dih, gak kaya Arman juga kali, eneg gue setiap saat bertemu gitu hahaha” “a***y. Hahahahaha” Untung saja Arman sedang sibuk bermain, dengan kekasihnya. “He, sini lo main uno” Teriak Arsya pada mereka yang asyik menggibah. “Join kagak? Ketawa mulu lo. Buruan” Lanjut Uzan menimpali ucapan Arsya pada Naya dan Aca yang masih sibuk menggibahkan teman yang lain. “Iya ih bentar ngapa” Jawab Aca pada mereka yang duduk di lantai di depan papan tulis yang berdiri sendiran. “Minggir lo” Ucap Naya yang menyingkirkan Rey agar memberinya ruang untuk duduk diantara dirinya dan Uzan. “Apaan si, kaya lo gede aja” Tentu Rey mengatakannya sembari menggeserkan pantatnya agar Naya bisa duduk dan ikut bermain bersama mereka. Bermain kartu Uno tidak pernah tidak seru jika dimainkan oleh banyak orang. Tidak lupa dengan kehebohan yang selalu terjadi selama permainan yang sangat membantu untuk membunuh waktu untuk menunggu waktu makan siang. Saat bermain seperti ini sangatlah bagus untuk mengakrabkan diri antar teman sekelas, hanya permainan yang menjadi fokus semua pemain dan juga orang-orang lain yang sedang menonton permainan mereka. Tidak ada yang mengoperasikan ponsel di lingkaran permainan itu, termasuk Naya yang saat ini ponselnya berdering menandakan panggilan telepon dari Dhean yang sebelumnya sudah mengirimkan pesan bahwa kelasnya selesai lebih cepat dari biasanya. Empat kali panggilan dari Dhean untuk Naya yang tidak terjawab. Sepertinya Dhean diujung sana sudah menyerah. Seperti rencana sebelumnya, dia memutuskan untuk langsung bergabung dengan teman sekelasnya yang lain untuk pergi ke wakrop depan, seperti biasanya. Dengan muka suntuk Dhean bergabung dengan temannya. Meskipun dia tidak sekesal itu tapi hal ini masih cukup membuatnya mengerutkan dahinya dan memajukan bibirnya. Yang mana hal seperti ini tentunya terdeteksi oleh mata jeli Vidi. “Apaan sih lo Yan. Datang-datang muka kek p****t ayam, mengkerut gitu. Kenape lo?” Semprot Vidi pada Dhean yang memainkan sedotan kertas yang berada di gelasnya dengan enggan. “Ha? nggak papa.” “Idih. Kenape lo.” Tanya Dikki yang baru datang dari kamar mandi untuk melakukan kegiatannya. Entah apa. Dhean hanya tersenyum. Obrolan mereka berlanjut. Tidak ada yang seru hari itu, hanya obrolan ringan yang terjadi di meja mereka. Mengobrol tentang para gadis yang dekat dengan Raffi dan Dikki. Dhean bosan dan hanya menjadi pendengar hari itu. Naya. Dhean memikirkan gadis itu yang sejak tadi tidak menjawab panggilannya. Dia merindukan gadisnya yang saat ini dia tidak tahu yang sedang dilakukannya. Apakah gadis itu juga merindukan nya? Dhean tidak tahu, tapi dia mencoba meyakinkan dirinya bahwa Naya juga merindukan dirinya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tuan Bara (Hasrat Terpendam Sang Majikan)

read
109.8K
bc

Love You My Secretary

read
242.6K
bc

Bukan Cinta Pertama

read
51.9K
bc

My Husband My Step Brother

read
54.7K
bc

Orang Ketiga

read
3.6M
bc

Dua Cincin CEO

read
231.2K
bc

Enemy From The Heaven (Indonesia)

read
60.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook