bc

RAPUH (Ketika Cinta Benar-Benar Pergi)

book_age18+
1.7K
FOLLOW
11.0K
READ
love-triangle
love after marriage
arranged marriage
sensitive
self-improved
drama
bxg
gxg
friends
like
intro-logo
Blurb

Aqna dan Zaidan pernah terjerumus lembah kemaksiatan hingga menghadirkan Zaina ke tengah-tengah hidup mereka.

Sebuah dendam keluarga membuat Aqna dan Zaidan tidak dapat menyatukan cinta mereka. Aziz telah mengusir Zaidan dan keluarganya, dia bersumpah sampai mati tidak akan menikahkan Aqna dengan Zaidan.

Zaidan meminta Aqna untuk menjaga anaknya, dia berjanji suatu saat akan menemuinya. Hari berganti hari, Minggu berlalu, Bulan enggan menunggu, hingga bertahun-tahun Aqna masih sabar menanti kedatangan Zaidan.

Hingga sepuluh tahun kemudian. Zaidan merasa sudah lelah mencari keberadaan Aqna dan Zaina, dia pun melabuhkan kapalnya pada seorang perempuan bernama Aqila. Nahasnya, pertunangannya dengan Aqila membuat Aqna terluka.

Aqna pikir Zaidan mencarinya, ternyata Zaidan malah sibuk merencanakan pernikahan dengan sahabatnya sendiri. Aqna kecewa, luka yang sempat kering itu kembali basah, apa yang harus dia katakan pada Zaina?

Zaidan ingin Aqna tahu, bahwa selama ini dia mencarinya, dia juga ingin Aqna mempertemukannya dengan Zaina dan memberitahukan bahwa dia adalah ayahnya. Namun, Aqna menolak, dia tidak ingin Zaina kecewa sama sepertinya. Dia juga tidak ingin kemurkaan Aziz memisahkan kembali antara ayah dan anaknya.

Tak ada cara lain, Zaidan terpaksa membeberkan aibnya bersama Aqna pada Aqila, dia meminta bantuan Aqila untuk mempertemukannya dengan Zaina.

Apa yang terjadi setelah Aqila tahu, bahwa calon suaminya adalah ayah dari anak sahabatnya sendiri?

Mampukah Zaidan dan Aqna menghapus dendam di hati Aziz terhadap Hamdan? Akankah Aziz menarik sumpahnya dan menyatukan cinta mereka?

chap-preview
Free preview
Prolog
Batam, 10 tahun yang lalu.  Buku beterbangan terlempar ke udara. Pembatas buku juga alat tes kehamilan ikut menghambur dan jatuh tepat di depan seorang gadis yang sedari tadi hanya bisa menangis memohon maaf. Linangan air mata tak dapat dibendung.  Dia sadar kesalahannya tidak akan terhapus hanya dengan kata maaf. Napasnya terengah, tamparan keras membuat pipinya panas dan berdenyut nyeri saat disentuh, apalagi cairan asin berwarna merah keluar dari sudut bibirnya yang robek. Dia memeluk kaki ayahnya. Meminta maaf karena perbuatannya telah merusak nama baik keluarga.  Pria dengan rahang kokoh itu menarik napas dan membuangnya kasar. Dia juga mendorong tubuh anak gadisnya dengan penuh murka. Sang ibu hanya menangis di sudut rumah menyaksikan semuanya. Marini tak sanggup melihat Aqna disiksa, meski oleh ayahnya.  Kaki Aziz mengentak dengan kasar. “Papa memang bukan orang berada, papa hanya orang bodoh yang terlalu berharap besar akan kesuksesan anaknya.” Dia mengusap kasar wajahnya sendiri.  Apa yang dikatakan Aziz malah semakin membuat hati Aqna tersayat-sayat. Penyesalan semakin menggunung. Lalu apa yang harus Aqna lakukan setelah ini? Aqna menarik napas, berjalan dengan lutut, mendekat pada ibunya. “Ma, Aqna minta maaf.” Dia memeluk kaki ibunya. Napsanya tersengal-sengal bercampur isakan. Marini menarik napas menahan luka. “Kamu hamil anak siapa?” tanyanya lirih.  Air mata penyesalan kembali jatuh tak terelakkan. Dua kata yang berjarak sehelai benang telah berhasil meruntuhkan pertahanannya. Secara sadar Aqna telah menyerahkan mahkotanya pada seorang pria yang ia sayangi, tanpa ikatan pernikahan. “Maafin Aqna, Ma,” ucapnya lagi.  Aqna sadar, meski seribu kali maaf terlontar. Luka yang sudah Aqna buat, terlanjur membekas di hati kedua orang tuanya. Segala bentuk pengorbanan yang telah orang tua lakukan terlintas di kepalanya. Sebagai anak Aqna benar-benar telah mengecewakan mereka, kepercayaan yang telah dibangun selama ini luluh lantak. Aqna telah menghunuskan pedang di jantung ayah dan ibunya. Marini menjatuhkan tubuh dan memeluk anaknya. “Kami perlu tahu, ayah dari anak yang kamu kandung.” Marini terdiam sejenak. “Katakan.” “Zaidan Manaf,” ucap Aqna sembari terisak-isak dalam pelukan ibunya.  “Apa?” Aziz semakin murka, dia menarik rambut Aqna hingga Aqna terlepas dari pelukan ibunya. “Apa kami pernah mengajarkanmu untuk jadi w************n?!” Satu tamparan kembali Aqna rasakan, hingga pipi terasa membengkak.  “Pa,” teriak Marini, mencoba menghentikan suaminya. Dia tidak sanggup melihat Aziz terus menerus menyiksa Aqna. “Berhenti Pa.” Tangannya terlentang melindungi sang anak. “Jangan lakukan lagi, Pa.” Marini memelas dengan linangan air mata yang membuat hati Aziz semakin perih.   Aziz membuang muka dan menjatuhkan b****g di sofa. Amarah masih merajai jiwa. Napasnya terasa semakin berat dan memburu. Dia mencoba menahan sakit di d**a, juga melawan nafsu agar kemurkaan tidak membuatnya kalap dan menghancurkan semuanya.  Kini semua berubah hening. Kemarahan berhasil di redam. Isak tangis masih terasa, hanya saja Aqna dan Marini mencoba menyemunyikannya. Dingin dari ubin tak dihiraukan Aqna. Dia merasa cukup tenang dengan tidur di pangkuan ibunya. Tiba-tiba terdengar suara salam dari luar. Pintu di ketuk berulang kali. Tisa tergopoh membukakan pintu. “Iya?” Dia menunduk mencoba ramah, pasalnya suasana masih terasa begitu menegangkan. “Ada apa ya, Pak?” tanyanya. “Katakan pada tuanmu, kami ingin bertemu.”  Apa yang harus Tisa lakukan? Sungguh dia bimbang. Takut jika dia terkena marah dari majikannya.  “Bisa, ‘kan?” Tisa mengangguk ragu. Dia menghampiri majikannya. Sebisa mungkin tidak menampakan rasa takut. Namun, tetap saja dia begitu tegang saat berujar, “Pak ada tamu.” Aziz menatapnya tajam. “Katakan kami tidak menerima tamu,” ucap Aziz tegas. Tisa mengangguk, dan kembali ke pintu depan. Namun sesaat kemudian dia tergesa kembali pada majikannya. “Sudah saya katakan, Pak. Tapi katanya ini sangat penting.” Tisa berlalu dan memilih pergi ke dapur.  “Assalamualaikum.” Dua orang pria berdiri di depan mereka membuat Aziz terkesiap, begitupun dengan Marini dan Aqna yang langsung terbangun dari tidurnya.   Zaidan dapat melihat pipi Aqna yang bengkak dengan luka robek di sudut bibir. Kedua matanya sembab dan tak kalah bengkak. Bahkan tatanan rambut begitu berantakan. Sungguh kondisi Aqna begitu mengkhawatirkannya.  “Mau apa kalian?” tanya Aziz garang.  “Saya mau bertanggung jawab, Pak,” ucap Zaidan.  “Tanggung jawab apa?” Pekik Aziz. Dia benar-benar tidak bisa bersikap tenang seperti Hamdan.  “Aziz, kita berdamai saja. Kasihan anak-anak,” ucap Hamdan. Aziz mendecih. Tidak suka dengan apa yang dikatakan Hamdan. “Berdamai? Anak-anak? Apa maksudnya?” Dia pura-pura menutup telinga. “Sekarang kalian keluar, kami sedang tidak menerima tamu.  “Tapi, Pak. Aqna sedang mengandung anak saya,” ucap Zaidan.  “Anak?” Aziz menantang. “Kalian tidak usah khawatir. “Anak itu akan segera digugurkan.” Jantung Zaidan mencelus. “Tapi, Pak--”  Telapak tangan Aziz teracung ke depan menghentikan ucapan Zaidan. “Sekarang kalian pergi.” Aziz menunjuk pintu keluar. “Sampai mati, aku tidak akan sudi menikahkan anakku dengan anak Hamdan Manaf,” ucapnya penuh penekanan.  “Astaghfirullah ….” Hamdan mengurut dadanya. Sementara Aqna terus menangis dan tak bisa berbuat apa-apa. Zaidan semakin terluka melihat orang yang dia sayangi tersiksa seperti itu. “Pak, tolong, Pak.” Zaidan terus memohon.  “Ke luar!”  Hamdan tidak terima niat baiknya dihinakan seperti itu, bahkan harga dirinya sudah di injak-injak dengan begitu kasarnya. Dia menarik tangan Zaidan. “Ayo Nak. Kita pergi.” “Aqna?” teriak Zaidan. Dia berharap Aqna akan bersuara untuk membela haknya. “Aqna ….” Zaidan kembali berteriak. Namun, Aqna bergeming dengan sejuta kalut dalam hatinya. “Aqna jaga anak kita, aku berjanji suatu saat aku akan menjemputmu,” teriak Zaidan. “Aku Janji.” Aziz berjalan penuh amarah ke arah pintu. “Pergi kalian. Anak saya tidak butuh janji darimu.” Dia menutupnya dengan kasar.  Hamdan mematung di depan pintu. Dia terluka melihat anaknya di perlakukan seperti ini. Dia sadar apa yang dilakukan Zaidan adalah dosa besar. Namun, dia percaya, Zaidan sudah bertaubat dengan sebenar-benarnya. Dalam seminggu terakhir ini Zaidan memang selalu meminta maaf pada kedua orang tuanya. Namun, Hamdan dan istrinya tidak tahu, jika maaf yang diucapkan Zaidan adalah untuk ini semua. 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
50.6K
bc

The Ensnared by Love

read
103.6K
bc

HURTS : Ketika Hati Yang Memilih

read
112.2K
bc

Long Road

read
118.3K
bc

Because Alana ( 21+)

read
360.0K
bc

(Bukan) Istri Pengganti

read
48.8K
bc

Kupu Kupu Kertas#sequel BraveHeart

read
44.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook